Peristiwa Nasional

Cegah Pelajar Indonesia di Luar Negeri Terpapar Radikalisme, PPI Dunia Gandeng BAIS TNI

Jumat, 09 April 2021 - 13:04 | 95.48k
Koordinator PPI Dunia Choirul Anam (berdiri) saat memberi sambutan pada Webinar bersama BAIS TNI. (FOTO: PPI Dunia for TIMES Indonesia)
Koordinator PPI Dunia Choirul Anam (berdiri) saat memberi sambutan pada Webinar bersama BAIS TNI. (FOTO: PPI Dunia for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTAPPI Dunia (Perhimpunan Pelajar Indonesia Se-Dunia) bersama Badan Intelelijen Strategis Tentara Nasional Indonesia atau BAIS TNI kolaborasi membendung paham terorisme dan radikalisme. 

Kolaborasi ini ditandai dengan Webinar bersama yang dihadiri 39 Atase Pertahanan (Athan) dan 60 ketua PPI seluruh dunia. Acara bertema “Penguatan sinergitas antara PPI dan Atase Pertahanan di Seluruh Dunia”. 

Webinar yang digagas PPI Dunia ini menghadirkan Kepala BAIS TNI Letjen TNI Joni Supriyanto, Direktur E BAIS TNI Brigjen TNI Rudy Rachmat, dan Koordinator PPI Dunia Choirul Anam. 

Koordinator-PPI-Dunia-Choirul-Anam-2.jpg

Acara ini dihelat secara daring dengan tetap mengikuti protokol kesehatan ketat. Dalam momen istimewa ini, Choirul Anam menyampaikan bahwa acara ini sangat penting bagi PPI seluruh dunia. Terutama agar terjadi hubungan multisektor antara Athan dan PPI.

"Pelajar sebagai aset bangsa dan first-line defense of nation bagi Indonesia, sangat membutuhkan arahan dan bimbingan para stakeholders. Terutama dari KBRI dan Athan yang berdekatan dengan tempat mereka belajar," jelasnya.

Cak Anam, sapaan akrabnya, mengungkapkan, fakta mencatat, bahwa pada 2012-2014 terdapat beberapa mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Mesir dan Turki bergabung dengan ISIS. "Tentu saja hal ini sangat mengkhawatirkan, mengingat baru-baru ini di Indonesia sedang terjadi gerakan teror di Makassar dan Mabes Polri Jakarta," tandas Anam.

Karena itu, sambung dia, PPI Dunia perlu dan penting untuk mendapatkan pemahaman tentang radikalisme dan terorisme. "Ini penting agar para pelajar memiliki sikap nasionalisme yang kuat membangun Indonesia dan mewujudkan Indonesia ke depan," jelasnya.

Koordinator-PPI-Dunia-Choirul-Anam-4.jpg

Apalagi tantangan besar di depan mata. Sebagaimana laporan Price Waterhouse Cooper (PWC) tahun 2017 bahwa Indonesia akan menjadi negara besar dunia ke-4 di bawah Tiongkok, Amerika, dan India di tahun 2050. 

"Maka tantangan ini bisa dijawab dengan memanfaatkan bonus demografi melalui pemanfaatan SDM berkualitas dalam membangun Indonesia," jelas Cak Anam.

Sementara, Kepala BAIS TNI Letjen Joni Supriyanto dalam sambutannya sangat mengapresiasi acara yang diinisiasi oleh PPI Dunia ini. Ia menyambut hangat dan terbuka inisiasi acara yang dilakukan PPI Dunia tersebut. 

"Dengan meningkatkan hubungan yang erat antara PPI Dunia dan Athan, diharapkan ke depan semakin banyak mahasiswa yang berkualitas dan berilmu pengetahuan luas yang jauh dari paham Radikalisme dan Terorisme," jelas Joni.

Koordinator-PPI-Dunia-Choirul-Anam-3.jpg

Joni juga berharap, mahasiswa yang saat ini kuliah ke luar negeri fokus untuk belajar dan menimba ilmu. Dan yang penting lagi tidak mudah terpapar paham radikalisme dan terorisme.

"BAIS dan Athan siap menjadi orang tua dan kakak bagi pelajar di seluruh dunia. Kami siap membantu menyukseskan kegiatan PPI yang dapat berdampak pada peningkatan kualitas pelajar," tegas Joni.

Kepala BAIS juga berpesan agar seluruh pelajar tetap menerapkan protokol kesehatan yang diterapkan negaranya masing-masing. Ini dilakukan agar pelajar Indonesia bisa kembali setelah studinya untuk membangun Indonesia. Karena banyak riset yang menunjukkan hubungan positif antara kualitas SDM berpendidikan dengan kemajuan ekonomi dan pembangunan suatu negara.

Koordinator-PPI-Dunia-Choirul-Anam-5.jpg

Perkembangan Radikalisme dan Terorisme

Sementara Direktur E BAIS TNI, Brigjen TNI Rudy Rachmat, menjelaskan tentang kondisi terorisme yang berkembang di beberapa negara. Seperti Afghanistan, Filipina, Suriah, dan terutama di Indonesia. 

Perkembangan itu terkait besarnya peran Al-Qaeda dan ISIS dalam berbagai teror di seluruh dunia. "Peran teknologi sebagai sarana penyebaran paham radikalisme dan terorisme serta semakin banyaknya perekrutan wanita sebagai bagian dalam melakukan teror, seperti yang terjadi di Makassar dan Mabes Polri Jakarta, ini menjadi bukti nyata radikalisme dan terorisme," papar Brigjen Rudy.

Rudy juga mengungkapkan adanya keterlibatan pelajar di luar negeri dalam terorisme. Keterlibatan itu dimulai sejak perang Afghanistan-Uni Soviet. Selain itu juga direkrutnya pelajar yang sekolah di Turki dan beberapa negara lain untuk bergabung dengan ISIS di Suriah. 

Koordinator-PPI-Dunia-Choirul-Anam-6.jpg

Karenanya BAIS berpesan agar PPI Dunia dapat menjadi agen perubahan dan aktif dalam menangani paham intoleransi, radikalisme dan terorisme di luar negeri. Di sisi lain bisa menangkal  dan melindungi segenap bangsa Indonesia dari segala pengaruh ancaman paham yang bertentangan dengan Pancasila.

Dalam acara yang berlangsung selama 2 jam tersebut, terdapat pula tanggapan dan pemberian masukan dari beberapa panelis. Di antaranya Duta Besar RI untuk Singapura Suryo Pratomo; Athan RI di Canberra Laksma TNI Agus Rustandi; dan Athan RI di Manila Kolonel Mar M Reza Suud.

Masukan juga datang dari Koordinator PPID Kawasan Asiana Adi Kusmayadi; Koordinator PPID Kawasan Amerop Yitzhak Simatupang; dan Koordinator PPID Kawasan Timur Tengah Afrika Hamzah Assuudy Lubis.

Acara yang ditutup dengan saling memberikan cindera mata oleh Koordinator PPI Dunia dan Kepala BAIS TNI sebagai wujud semakin mempererat hubungan antara PPI Dunia dan BAIS. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES