Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Khawarij dan Geneologi Radikalisme Islam

Jumat, 09 April 2021 - 12:45 | 53.06k
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Asal mulanya kaum khawarij adalah orang-orang yang mendukung sayyidina Ali. Akan tetapi, akhirnya mereka membencinya karena dianggap lemah dalam menegakkan kebenaran, mau menerima tahkim yang sangat mengecewakan, sebagaimana mereka juga membenci Mu’awiyah karena melawan Sayyidina Ali Khalifah yang sah. Mereka menuntut agar Sayyidina Ali khalifah yang sah mereka menuntut agar Sayyidina Ali mengakui kesalahannya, karena mau menerima tahkim. Bila Sayyidina Ali mau bertobat, maka mereka mau bersedia lagi bergabung dengan untuk menghadapi Mua’wiyah.

Tetapi bila dia tidak bersedia bertobat, maka orang-orang Khawarij menyatakan perang terhadapnya, sekaligus juga menyatakan perang terhadap Mu’awiyah. Semboyan mereka “tidak ada hukum kecuali dari Allah”. Bila ada pihak Sayyidina Ali berpidato, mereka membuat kehebohan sambil berteriak-teriak.Demikian pulaapabila pihak Muawiyah yang berpidato, mereka mengganggunya dan membikin keonaran dengan berteriak.Jumlah mereka sekedar sekitar 12000 orang, mula-mula bermarkas di Harura’, dekat Kufah. Mereka itu dinamakan Khawarij, karena mereka memisahkan diri atau keluar dari jamaah umat.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Diterangkan Asy-Syahrastani bahwa:

"Tiap yang berontak kepada imam yang benar yang disetujui oleh jamaah dinamakan kawari baik berontaknya itu pada masa sahabat terhadap Khulafaur Rasyidin atau pada masa sesudahnya terhadap tabiin dan imam-imam pada setiap zaman"

Mu'tazilah adalah sebutan bagi orang-orang yang memisahkan diri dari jamaah Hasan al-Bashri, dipimpin oleh Wasshilbin Atho’. Tetapi Wasshil bin Atho’ menanamkan golongannya dengan Ahlul Ad-li wat Tauhid. Hal itu berbeda dengan Khawarij ini. Mereka memang menerima sebutan Khawarij dengan pengertian seperti orang-orang yang keluar pergi berperang untuk menegakkan kebenaran.

"Barangsiapa berhijrah dijalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini terhadap hijrah yang luas dan rizki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah.Dan adalah Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nisa [4]: 100)

Kaum Khawarij kadang-kadang menanamkan diri mereka sebagai kaum Syurah. Artinya orang-orang “yang mengorbankan dirinya” untuk kepentingan keridhaan Allah Swt. Mereka mendasarkan pada ayat:

"Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya khawatir karena mencari keridhaan Allah dan Allah maha penyantun kepada hamba-hambanya.(QS. Al-Baqarah [2]: 207)

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Bahwa “Khawarij” adalah nama yang sering dipakai kepada golongan ini. Perkataan tersebut berasal dari kata kerja “kharaja”(telah keluar), dan mereka disebut Khawarij ialah karena mereka telah ke luar dari golongan Ali ra., padahal tadinya mereka adalah sebagian dari pengikut-pengikutnya. Mereka sendiri menyebut diri mereka dengan “Syurah”(pembeli), yang berarti mereka membeli kehidupan akhirat dengan kehidupan duniawi. Arti ini sama dengan pengertian yang di atas, bahwa mereka mempertaruhkan kehidupan dunia untuk kepentingan kehidupan akhirat kelak.

Ajaran-ajaran pokok firqoh khawarij ialah khalifah, dosa dan imam. Apabila firqah syi’ah berpentdapat bahwa khalifah itu bersifat waratsah, yaitu warisan turun-temurun dan demikian pula yang terjadi kemudian khilafah-khilafah bani umayah dan bani abbasiyah, maka berbeda sama sekali pendirian khawarij ini tentang khilafah. Mereka menghendaki kedudukan khilafah dipilih secara demokrasi melalui pemilihan bebas. Menurut sunni, khalifah haruslah seorang penguasa yang bebas, tanpa kekurangan-kekurangan pribadi, seseorang yang berwatak baik, mempunyai kesanggupan untuk mengurus soal-soal negara dan memimpin jama’ah waktu shalat.

Menurut As Syahrastani, Firqoh Khawarij dalam hal ini pendiriannya lebih extrem. Sebagaimana beliau berkata:

“Mereka (Khawarij) lebih extrem daripada Mu’tazilah, karena mereka menganggap orang yang berdosa besar itu kafir, sedangkan Mu’tazilah tidak menganggapnya kafir dan tidak pula Mukmin. Mereka juga lebih extrem daripada Mu’tazilah dalam memegangi prinsip-prinsip amar makruf nahi munkar tanpa memperhitungkan keadaan, kekuatan dan kelemahan.”

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES