Peristiwa Daerah

Optimalkan Pemberdayaan Ekonomi dan Pendidikan Rakyat Miskin, G25 Indonesia Gandeng UTM

Kamis, 08 April 2021 - 20:24 | 31.97k
Rektor UTM, Dr Muh Syarif dan Ketua G25 Indonesia, Dasuki Rahmad usai menandatangani MoU. (FOTO: Riyan Pandi for TIMES Indonesia)
Rektor UTM, Dr Muh Syarif dan Ketua G25 Indonesia, Dasuki Rahmad usai menandatangani MoU. (FOTO: Riyan Pandi for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANGKALAN – Yayasan Gerakan Dualima Indonesia atau G25 Indonesia menandatangani nota kesepahaman dengan Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Penandatangan MoU itu, guna mengoptimalkan pemberdayaan ekonomi dan pendidikan rakyat miskin di Madura.

"Penandatanganan kerja sama dengan UTM ini, sekaligus sebagai launching kelembagaan G25 Indonesia yang awalnya berbasis komunitas," kata Ketua G25 Indonesia, Dasuki Rahmad, Kamis (8/4/2021).

Semakin bertambahnya relawan, donatur, dan pemetik manfaat, lanjutnya, menjadi dasar perubahan status kelembagaan G25 Indonesia menjadi yayasan yang berbadan hukum sesuai Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Nomor AHU- 0006620.AH.01.04.Tahun 2021.

"Selama ini kami rutin donasi uang minimal Rp 25 ribu setiap bulan. Hasilnya, dibelikan barang sesuai kebutuhan para pemetik manfaat. Inilah latar belakang terbentuknya G25 Indonesia," imbuh Dasuki.

Mantan aktivis GMNI itu mengutarakan, G25 Indonesia aktif bergerak di bidang pemberdayaan usaha mikro warga tak mampu dan donasi pendidikan. Termasuk menyalurkan bantuan bersifat insidentil.

Donasi untuk pemberdayaan usaha mikro produktif warga kurang mampu, kata Dasuki, berupa barang sesuai kebutuhan setelah melalui proses survei lapangan. Begitupun donasi pendidikan bagi anak yatim, anak putus sekolah, maupun anak kurang mampu.

"Setelah G25 Indonesia menjadi lembaga resmi berbadan hukum berbentuk yayasan, kami ingin menebar manfaat yang jauh lebih besar lagi," imbuhnya.

G25-Indonesia-UTM-2.jpg

Dasuki mengaku sengaja menjalin kerjasama dengan UTM supaya ada lembaga lain yang juga bisa memberikan perhatian, pendampingan, dan pengawalan terhadap semua pemetik manfaat yang dibantu G25 Indonesia melalui program pemberdayaan ekonomi dan pendidikan rakyat miskin.

"Kami memilih UTM karena rektornya, Bapak Syarif sebagai dewan pembina G25 Indonesia. Selain itu, mudah terjangkau dan ada kesamaan program pemberdayaan," ungkapnya.

Salah satu manfaat dari kerjasama yang dibangun, sambung Dasuki, UTM bisa mengamalkan dan menjalankan fungsi Tri Dharma Perguruan Tinggi berupa penelitian maupun memberikan pelatihan pemberdayaan kepada para pemetik manfaat.

"G25 Indonesia bersama UTM akan memberikan pendampingan dan pelatihan kepada para pemetik manfaat yang jumlahnya lebih dari 100 orang," ucapnya.

Sementara itu, Rektor UTM Dr Muh Syarif mendukung penuh kegiatan G25 Indonesia. Menurutnya, ini merupakan langkah konkrit dan bisa menjadi bagian dari implementasi kampus merdeka.

"Kewirausahaan menjadi kegiatan pembelajaran kampus merdeka. Jadi memang butuh fasilitator dan pendampingan," ujarnya.

Bagi Syarif, program G25 Indonesia dangat menarik. UTM bisa menjadi fasilitator dan mengirim dosen ataupun mahasiswa untuk memberikan pendampingan kepada para pemetik manfaat yang selama ini menjadi binaan G25 Indonesia.

"Kita tidak perlu bicara hal-hal besar, tapi konkrit itu yang penting. Biarkan kampus menjadi menara air," tandasnya, usai penandatangan MoU UTM dengan G25 Indonesia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES