Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Religious Extrimism Dalam Perspektif Pemikiran Yusuf Qardhawi

Kamis, 08 April 2021 - 13:15 | 43.12k
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA)
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Perlu dijelaskan bahwa akhir-akhir ini di bumi Nusantara telah kebanjiran paham-paham keagamaan yang dirasakan merisaukan dan mengganggu kemapanan. Paham transnasionalisme ini diusung dari kawasan Timur Tengah oleh kelompok fundamentalisme yang merupakan "sayap kanan"atau Ashab al-Yamin atau al-Ushuliyah dan kelompok liberalisme yang merupakan "sayap kiri" atau Ashab al-syimal atau Tahririyah. Keduanya telah melahirkan "militansi", hanya saja mereka berbeda dalam gaya gerakannya.

Seperti halnya yang terjadi di negara-negara Islam kawasan Timur Tengah,maka di Indonesia pada era kebangkitan kembali perhatian terhadap agama,setelah melahirkan paham dan kelompok-kelompok agama, di antaranya justru ada yang extrim.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Di tengah hiruk-pikuk munculnya gerakan keagamaan di tanah air ini, tambahnya Islam Fundamentalis, mulai berhasil menarik minat banyak kalangan terutama kalangan muda. Kelompok ini secara perlahan-lahan tapi pasti,dapat merebut simpati khalayak di tengah kebingungan umat menghadapi perubahan sosial, politik, ekonomi, budaya, dan lain-lain.

Ajakan kembali kepada tuntunan agama,berhasil meraih simpati umat yang sedang kebingungan dan rindu kepada nilai-nilai spiritual yang islami. Mereka telah dapat menarik minat kalangan terpelajar di kalangan komunitas Muslim di perkotaan, kalangan kampus kampus, perguruan tinggi, terutama di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Solo, dan lain-lain.

Kaitannya dengan benda fundamentalisme Islam, ada dua kelompok yang patut disoroti. Pertama, ideologi yang direfleksikan dengan jihad, untuk memperjuangkan dan membela agama. Dengan semangat ideologi jihad dapatlah menggugah militansi dan radikalisasi gerakan. Kedua, gerakan yang berusaha keras memberlakukan syariat Islam dalam segala segi kehidupan,sebagai solusi alternatif terhadap krisis bangsa Indonesia yang belum kunjung berakhir.

Karena itu kajian terhadap benda Fundamentalisme Islam sebagai kelompok gerakan layak memperoleh perhatian,apakah mereka bakal menjadi ancaman terhadap peradaban di masa-masa mendatang atau bagaimana.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Menurut Yusuf Qardhawi, dari sudut pandang yang mirip dengan di atas, konflik bernuansa agama bisa terjadi akibat ekstrimisme agama. Qardhawi berpendapat ada beberapa indikator religious extrimism.

Pertama, fanatisme dan intoleransi, sebagai akibat dari prasangka (prejudice), kekakuan (religidity), dan kebijakan pandangan (lack of insight). Ini kemudian menggiring mereka untuk memaksa orang lain, baik dalam bentuk terorisme intelektual seperti fitnah dan tuduhan penganut bid'ah (mengada-ada), kafir, fasik (menyimpang), murtad dan sebagainya, yang lebih terrifying (mengagetkan, menakutkan) daripada terorisme fisik. Kedua, berlebih-lebihan atau melampaui batas. Misalnya, ada saja kelompok agama yang cenderung mengambil garis keras (hard-line) yang hobi berdemonstrasi dengan makian, hasutan, dan bahkan ancaman bom.

Para penganjur ini indoktrinasi kaum awam dan memanipulasi solidaritas kelompok akibat kedangkalan pemahaman agama. Ketiga, membebani orang lain tanpa mempertimbangkan situasi dan kondisi. Dan keempat,keras dalam memperlakukan diri sendiri dan orang lain sehingga misalnya, asas praduga tak bersalah tidak pernah dihiraukan.

Semua ciri ekstrimisme agama yang tiranik dan tidak egaliter ini jelas membahayakan hak-hak orang lain. Ekstremisme juga melahirkan bahaya dan ketidak amanan, serta mencabut rasa aman dan perlindungan bagi orang lain.

Ketika agama lebih dipahami dari sisi dogmatis, tekstual formalistik, ritualistik dan simbolik, maka ia akan mudah memicu konflik, apalagi bila berbenturan dengan peradaban yang dianggap menyimpang. Bila hal tersebut terjadi, maka ajaran-ajaran agama yang sebenarnya surat dengan nilai-nilai humanitas (Islam rahmatan lil 'alamin) menjadi pudar. Yang muncul adalah kekerasan, radikal, dan teror. Sikap-sikap tersebut mengingatkan kita akan sikap ekstrem golongan khawarij yang pernah terjadi pasca lengsernya khalifah Sayyidina Ali bin Abi Tholib kw. pada 40 H/ 661 M. ***

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES