Peristiwa Internasional

Tujuh Rentetan Ledakan Terjadi di Yangon, Korban Meninggal Terus Bertambah

Kamis, 08 April 2021 - 06:41 | 23.31k
Pasukan rezim militer tiba di pusat perbelanjaan Myanmar Plaza di Kotapraja Bahan Yangon setelah ledakan pada Rabu sore dan kebakaran di JOC Galaxy (Myanmar) Apparel Co di kota Hlaing Thar Yar, Yangon, Myanmar 7 April 2021.(FOTO:Reuters/The Irrawaddy)
Pasukan rezim militer tiba di pusat perbelanjaan Myanmar Plaza di Kotapraja Bahan Yangon setelah ledakan pada Rabu sore dan kebakaran di JOC Galaxy (Myanmar) Apparel Co di kota Hlaing Thar Yar, Yangon, Myanmar 7 April 2021.(FOTO:Reuters/The Irrawaddy)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Serangkaian ledakan setidaknya terjadi di tujuh lokasi di kota Yangon, Myanmar, termasuk kantor-kantor milik negara, area kamp militer dan pusat perbelanjaan, pada hari Rabu (7/4/2021).

Seperti dilansir The Irrawaddy, tiga ledakan terjadi di pagi hari di daerah kamp dekat Pagoda Shwedagon, di Kotapraja Dagon Yangon, tempat keluarga personel militer ditempatkan.

Seorang saksi mengatakan bahwa ledakan itu berasal dari granat setrum yang dipasang pada kendaraan di Jalan Ziwaka di depan rumah-rumah tersebut. Kendaraan hanya mengalami kerusakan ringan.

Pasukan rezim militer b

Myawaddy TV milik pemerintah menyebut ledakan tiga granat kejut tersebut terjadi di dekat perumahan,  tempat sampah dan di kaca depan mobil yang diparkir itu.

Stasiun TV itu juga melaporkan tiga ledakan lainnya  terjadi di dekat kompleks Hluttaw Yangon di Kotapraja Dagon ketika tiga granat dilemparkan.

Dua ledakan lainnya terjadi di kantor administrasi Kotapraja Sanchaung dan di bawah jembatan Myaynigone Flyover di kotapraja.

Beberapa kendaraan di dekat kantor administrasi mengalami kerusakan.

Selain itu, granat setrum juga dilaporkan telah meledak di pusat perbelanjaan Myanmar Plaza di Kotapraja Bahan dan dekat persimpangan delapan mil di Kotapraja Mayangone. 

Ledakan itu terjadi setelah ledakan terjadi di kantor Otoritas Pelabuhan Myanmar di Kotapraja Kyauktada Yangon pada Rabu pagi. Mereka yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut masih belum diketahui.

Banyak mencurigai bahwa rezim militer sengaja yang meledakan untuk  dalih agar mereka  meningkatkan tindakan kerasnya terhadap pengunjuk rasa anti-rezim yang telah dituduh oleh para pemimpin kudeta militer telah mengguncang negara.

Karena yang memiliki granat-granat itu adalah pasukan keamanan sendiri.

Di platform media sosial paling populer di Myanmar, Facebook, orang-orang juga menyuarakan kecurigaan mereka tentang siapa yang mungkin berada di balik serangan tersebut, mengingat lokasi beberapa ledakan.

Ledakan itu berada di sekitar bekas Kantor Perang yang masih ditempati oleh militer, dan bangunan-bangunan terkait tentara lainnya, kanton di Jalan Ziwaka diyakini tak tertembus.

Namun rezim militer tetap mengklaim setiap malam melalui TV yang dikelola pemerintah itu, bahwa "perusuh" - eufemisme militer untuk pengunjuk rasa anti-rezim - menyerang kantor pemerintah, kantor administrasi tingkat lokal dan kantor polisi.

Pada Selasa sore, sebuah bus milik rezim militer rusak akibat ledakan ketika sedang diparkir di kompleks terminal bus milik rezim di Kotapraja Oakkalap Selatan Yangon.

Minggu lalu, dua pusat perbelanjaan milik militer di Yangon, satu di pusat kota dan satu lagi di bagian utara kota, terbakar selama jam malam ketika tidak ada warga sipil yang dilarang keluar.

Setelah kudeta Februari, lebih dari dua lusin kantor pemerintah, kantor administrasi lokal dan kantor polisi di negara itu telah diserang.

Di tengah penindasan dan penangkapan yang mematikan setiap hari, puluhan ribu orang di seluruh Myanmar turun ke jalan untuk menunjukkan pembangkangan mereka terhadap rezim militer.

Tembak mati 15 Orang

Sementara itu Reuters melaporkan, pasukan keamanan di Myanmar menembaki pengunjuk rasa pro-demokrasi pada Rabu sedikitnya 15 orang meninggal dunia serta puluhan lainnya terluka.

"Korban terbaru dari kampanye untuk menghancurkan oposisi terhadap junta militer yang berkuasa," kata aktivis dan media.

Jenderal Senior Min Aung Hlaing, pemimpin kudeta militer yang menggulingkan pemerintah terpilih Myanmar pada 1 Februari lalu itu mengatakan, tujuan gerakan pembangkangan sipil adalah untuk menghancurkan negara.

Tetapi sebuah kelompok penelitian yang berbasis di London mengatakan militer kehilangan kendali.

Dilaporkan pula dalam kerusuhan lainnya, serangkaian ledakan kecil mewarnai ibu kota komersial Yangon dan sebuah pabrik milik China dibakar.

Sekitar 600 warga sipil Myanmar telah dibunuh oleh pasukan keamanan dalam kekacauan sejak kudeta tersebut, menurut sebuah kelompok aktivis. Protes dan pemogokan nasional terus berlanjut meskipun terjadi pertumpahan darah.

Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) mengatakan pada hari Rabu, kini militer  memfokuskan tindakan kerasnya di daerah pedesaan.

Di kota barat laut Kale, pasukan keamanan menembakkan peluru tajam, granat setrum, granat tangan dan senapan mesin ke pengunjuk rasa yang menuntut pemulihan pemerintahan Aung San Suu Kyi, kata AAPP. 

"Sedikitnya 8 orang meninggal dunia. Mereka juga menggerebek rumah dan klinik komunitas," kata AAPP.

Seorang penduduk setempat dan outlet berita Myanmar Now mengatakan 11 orang meninggal dunia dan beberapa lainnya luka-luka. AAPP juga melaporkan dua korban jiwa lainnya terjadi di kota-kota kecil di wilayah Sagaiang.

Disebutkan pula dua pengunjuk rasa juga meninggal dunia di kota Bago dekat Yangon, Myanmar. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES