Peristiwa Nasional

Kisah Susi Pudjiastuti Melawan Penangkapan dan Bisnis Baby Lobster

Rabu, 07 April 2021 - 13:41 | 66.14k
Mantan Menteri Kelautan Perikanan Susi Pudjiastuti saat menghadiri pemusnahan alat tangkap baby lobster di Pangandaran (Foto : Syamsul Ma'arif/TIMES Indonesia)
Mantan Menteri Kelautan Perikanan Susi Pudjiastuti saat menghadiri pemusnahan alat tangkap baby lobster di Pangandaran (Foto : Syamsul Ma'arif/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PANGANDARAN – Banyak kisah perjalanan Susi Pujiastuti saat melawan penangkapan dan bisnis baby lobster yang terjadi di laut Indonesia.

Kisah tersebut dipaparkan Susi Pudjiastuti mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) 2014-2019 pada acara pemusnahan alat tangkap baby lobster di lapang Katapang Doyong, Pangandaran, Jawa Barat, Rabu (7/4/2021)

Susi menerangkan, melawan penangkapan dan bisnis baby lobster ibarat melawan sebuah tembok besar. "Banyak keterlibatan oknum dalam praktik bisnis baby lobster yang menjanjikan banyak uang tersebut," kata Susi.

Susi Pudjiastuti 1

Oknum tersebut ada yang dari petugas bandara, oknum dari KKP hingga oknum dari aparat polisi.

"Karena keuntungan dalam menyelundupkan baby lobster ke Vietnam itu bisa mencapai ratusan juta dolar," tambahnya.

Untuk satu rangsel berisi baby lobster, kata Susi bisa menghasilkan uang Rp1 miliar hingga Rp2 miliar. "Waktu saya jadi Menteri, terungkap salah seorang eselon III di KKP memiliki uang Rp195 miliar hasil bisnis baby lobster," terang Susi.

Susi mengaku, sejak tahun 1983 hingga tahun 2000 dirinya menjadi pedagang bakul ikan dan bisa ekspor lobster ke luar negara. Pasar yang menerima ekspor lobster dari Indonesia itu adalah negara Jepang, sekitar 80 persen lobsternya yang dikirim dari laut Pangandaran.

Susi Pudjiastuti 2

"Sekitar tahun 2000 kami merasakan lobster mulai langka, setelah saya jadi Menteri KKP tahun 2014 baru tahu kalau ada yang menjalankan bisnis baby lobster," jelasnya.

Dulu, kata Susi, nelayan bisa mendapat lobster membawa menggunakan sepeda motor dengan keuntungan Rp7 juta hingga Rp10 juta. "Satu orang bakul ikan, dulu bisa mendapat lobster 3 kwintal, jika diuangkan menjadi Rp30 juta hingga Rp40 juta," sambungnya.

Dipaparkan Susi, nelayan Pangandaran, kalau hanya untuk cari makan cukup dengan mendapat ikan dan kalau mau kaya dari lobster, uangnya dibeli rumah, sawah dan kebun.

"Kondisi normal seperti dulu mendapatkan uang dari ikan dan lobster saya rasa sulit saat ini karena orang dengan mudah merusak dan menjarah laut dengan begitu mudah dan seenaknya," terang Susi.

Susi menegaskan, lobster yang bisa dikonsumsi dan tembus ke pasar ekspor hanya dari 12 negara, Indonesia masuk pada ke 12 negara itu. "Jadi kesimpulannya adalah, yang paling mudah untuk menggerakan ekonomi rakyat adalah laut dengan hasil perikanannya," tegas Susi.

Lalu, kata Susi, potensi kekayaan alam yang sangat menjanjikan itu dengan seenaknya dirusak, dikeruk sumber daya alamnya. "Bagaimana nasib anak dan cucu kita mendatang kalau laut sudah tidak menghasilkan ikan dan lobster," papar Susi.

Semasa jadi Menteri, Susi pun mengeluarkan regulasi tegas larangan penangkapan baby lobster, hal itu menjadi kontroversi dari beberapa pihak. "Risiko yang paling saya rasakan adalah dibenci orang dengan saya mengeluarkan regulasi larangan penangkapan baby lobster itu, tapi saya tetap teguh pada pendirian agar laut Indonesia tetap terjaga," lanjut Susi.

Susi Pudjiastuti menerangkan, protein dari ikan dan lobster itu sangat bagus, sehingga bisa mencerdaskan generasi muda saat ini untuk masa depan. "Makan ikan dan lobster harus digalakan sejak dini, agar otak anak-anak cerdas dan bisa bersaing dengan negara maju, jangan hanya jadi pembantu ke negeri orang," ucapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES