STAI Taswirul Afkar Surabaya Mantapkan Diri Menjadi Kampus Aswaja

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Nama Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Taswirul Afkar Surabaya tidak bisa lepas dari Taswirul Afkar. Secara historis Taswirul Afkar ialah gerakan kebangkitan ulama pada abad ke-19 yang diprakarsai oleh KH Abdul Wahab Hasbullah, KH Ahmad Dahlan Achyad, dan KH Mas Mansur.
Dr H Rangga Sa’adillah SAP MPdI, Wakil Ketua II STAI Taswirul Afkar Surabaya, menjelaskan kiai tiga serangkai tersebut resah dan prihatin akan nasib pendidikan anak bangsa terutama masyarakat sekitar Ampel yang ditindas oleh Belanda.
Foto KH Ahmad Dahlan Achyad.
“Tiga kiai tersebut kemudian mendirikan sebuah wadah perkumpulan para ulama dan juga para pemuda untuk bertukar pikiran serta melakukan dialektika intelektual kemudian diberi nama wadah tersebut menjadi Taswirul Afkar pada tahun 1918,” kata Rangga, Selasa (6/4/2021).
Rangga menjelaskan, Taswirul Afkar yang baru didirikan oleh tiga serangkai tersebut begitu diminati oleh kalangan ulama dan pemuda-pemuda sekitar Ampel. Untuk memantapkan arah juang Taswirul Afkar tiga serangkai tersebut kemudian mengatur siasat supaya Taswirul Afkar bukan lagi menjadi lembaga informal melainkan menjadi lembaga formal yang bisa melakukan penyelenggaraan pendidikan secara penuh kepada masyarakat.
“Maka dengan siasat tiga serangkai tersebut Taswirul Afkar menginduk pada organisasi yang diakui oleh pemerintah Belanda yakni Surya Sumirat, sehingga menginduklah Taswirul Afkar pada organisasi tersebut dan bertransformasi menjadi Surya Sumirat Afdeeling Taswirul Afkar,” kata Rangga
Menurut Rangga, strategi dependensi Taswirul Afkar pada anak organisasi Budi Utomo tersebut ternyata semakin diminati oleh masyarakat sekitar. Selanjutnya, secara keseluruhan Taswirul Afkar sebagai lembaga pendidikan formal dipimpin langsung oleh KH Ahmad Dahlan Achyad sedangkan KH Abdul Wahab Hasbullah melebarkan peran untuk mendirikan Nahdlatul Ulama, sementara KH Mas Mansur memilih untuk hijrah ke Muhammadiyah.
“Secara kelembagaan peran tiga tokoh (KH Abdul Wahab Hasbullah, KH Ahmad Dahlan Achyad, dan KH Mas Mansur) berpengaruh terhadap pendirian Taswirul Afkar yang tidak lain ialah cikal bakal berdirinya Nahdlatul Ulama,” tegas dia
Bahkan, lanjut Rangga, baru-baru ini ada data terbaru yang diperoleh dari Bani Sagipodin bahwa tersebut tokoh sentral presiden Nadhlatul Ulama pertama yang juga ikut berperan dalam perjuangan Taswirul Afkar, tokoh tersebut ialah Haji Hasan Gipo.
“Dengan demikian memerhatikan beberapa tokoh besar yang ikut menginisiasi wadah perjuangan Taswirul Afkar bisa disadari ialah wadah perjuangan yang strategis berkumpulnya ulama lintas disiplin yang bergerak bersatu demi pendidikan rakyat Indonesia,” ungkap dia.
Drs H Fathur Rahman AR MPdI, Wakil Ketua I STAI Taswirul Afkar, menambahkan, historis dari Taswirul Afkar yang penuh dengan perjuangan tersebut menjadi energi penggerak dari STAI Taswirul Afkar dalam mengelola perguruan tinggi. Dia mengatakan, penyelenggaraan pendidikan di STAI Taswirul Afkar ini dilaksanakan dengan meneladani spirit KH Ahmad Dahlan Achyad dalam menjaga aqidah ahlussunnah wal jama’ah.
“Salah satu karya peninggalan KH Ahmad Dahlan Achyad kitab yang berjudul Tadzkiratun Naf’ah. Melalui Bahasa Arab yang fushah Kiai Dahlan menjelaskan fenomena munculnya aqidah khawarij pada abad ke-19, dan fenomena ini merupakan kelanjutan dari gerakan wahabisme yang terjadi di dataran Hijaz,” kata Fathur Rahman.
Dalam kitab tersebut, kata Fathur Rahman melanjutkan, Kiai Dahlan menegur dengan sopan generasi muda yang anti akan tabaruk dan ajaran kesufian. Selain itu posisi Kiai Dahlan juga sangat strategis dalam organisasi Nahdlatul Ulama periode awal yakni sebagai Wakil Rais Akbar Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari.
“Mengingat peran dan posisi beliau yang sangat strategis tersebut kami terinspirasi bahwa STAI Taswirul Afkar harus melanjutkan perjuangan beliau dalam mengemban misi keaswajaan,” terang Fathur Rahman.
Menurut dia, pihaknya berkeinginan mencetak guru PAI yang beraswaja, sementara ini banyak guru-guru PAI yang memiliki ideologi selain aswaja, STAI Taswirul Afkar berperan untuk melakukan pendidikan keaswajaan milenial.
Dia menambahkan, generasi milenial guru PAI harus memiliki aqidah yang kuat tidak lain aqidah tersebut ialah ahlussunnah wal jamaah. Selain itu, harus memiliki pemikiran yang moderat tidak terkontaminasi aqidah yang radikal serta bisa bekerja secara professional.
“Bagi orang tua yang berminat untuk menguliahkan anaknya di kampus ini (STAI Taswirul Afkar Surabaya) bisa melakukan pendaftaran secara online dengan mengisi pendaftaran di http://bit.ly/pmb2021staita. Pendaftar gelombang pertama (tanggal 1 Maret s/d 31 Mei 2021) akan mendapatkan potongan pendaftaran 100 persen,” jelas Fathur Rahman. (*)
Hubungi News Commerce Room TIMES Indonesia di 08-822-2850-8611 KLIK (WA Only)
Publisher | : M. Rofiul Achsan |