Gaya Hidup Indonesia Bangkit

Mimpi Topeng Monyet dan Janji, Dua Buku Terbaru Hamid Nabhan Banjir Pujian

Rabu, 07 April 2021 - 02:15 | 155.35k
Hamid Nabhan bersama dua buku terbarunya, Selasa (6/4/2021). (FOTO: Dok. Hamid Nabhan)
Hamid Nabhan bersama dua buku terbarunya, Selasa (6/4/2021). (FOTO: Dok. Hamid Nabhan)
FOKUS

Indonesia Bangkit

TIMESINDONESIA, SURABAYAHamid Nabhan, pelukis, penyair dan penulis kembali menelurkan dua karya buku terbaru berjudul Mimpi Topeng Monyet dan Janji, Selasa (6/4/2021). 

Seperti karya monumental Hamid Nabhan sebelumnya, buku tersebut berisi kisah yang sarat pesan sosial.

Buku bertajuk Janji merupakan cerita pendek ketiga Hamid Nabhan setelah Sang Badut dan Penyair. Hamid melukis sendiri untuk semua cover bukunya. 

Cerpen Janji menyajikan kisah klise sejak lama, mengenai janji-janji kosong para calon pemimpin. Prof Jakob Soemardjo dalam kata pengantar mengatakan bahwa topik ini tak lekang waktu.

Namun di tangan Hamid Nabhan selaku sastrawan berpengalaman, topik klise mampu menjelma menjadi sebuah cerpen yang segar dan menarik dengan tokoh utama Tuan Kabun. 

Hamid Nabhan mengatakan, janji-janji yang terlontar di dunia politik adalah air pelepas dahaga bagi orang yang haus.

Cerpen-Janji-dan-Mimpi-Topeng-Monyet-karya-Hamid-Nabhan.jpgCerpen Janji dan Mimpi Topeng Monyet karya Hamid Nabhan sarat renungan dan pesan sosial, Selasa (6/4/2021). (FOTO: Dok. Hamid Nabhan) 

Sementara dalam Mimpi Topeng Monyet, Hamid Nabhan berkisah tentang Reha, lelaki buruh kayu di sebuah pabrik furniture. Ia berusia 40 tahun.

Saat tidur dalam kelelahan, ia bermimpi menaiki gajah Afrika yang sangat besar berhias aneka bunga beraneka warna. Ia berkeliling jalanan kota. Orang-orang di sepanjang jalan menatap penuh decak kagum sembari melambaikan tangan. 

Ahli tafsir mimpi mengatakan jika Reha akan menjadi seorang pemimpin di negeri itu. Namun ternyata gegara mimpi tersebut ia harus menghadapi serentetan ancaman atas keselamatan diri dan keluarganya. 

Pada cerpen kedua, Hamid Nabhan berkisah tentang Monyet dan Koruptor. Kisah monyet bernama Birda yang mencari uang untuk tuannya.

Birda masuk melangkah masuk ke sebuah bangunan tempat penyimpanan bahan pangan bantuan sosial dari pemerintah dan mencuri beberapa butir telur dan mie instan.

"Birda mencuri karena lapar. Koruptor menggarong karena perut gaduhnya tak pernah kenyang," kata Hamid dalam quote. 

Tak tanggung-tanggung, karya ini meraih banyak pujian dari rekan seprofesi dan kolega. 

"Cerita lamunan yang luar biasa, kisah legendaris Firaun yang dikisahkan di masa sekarang," puji Prof Abdul Djalil (AD) Pirous seniman kawak Tanah Air dengan sederet pengalaman berkarya yang panjang dimulai dari masa kolonial, Orde Lama, dan Orde Baru sampai Reformasi. 

Menurut Prof AD Pirous, kisah dalam Topeng Monyet tentang kritik kejahatan moral yang tajam, sangatlah kontekstual. 

"Mulanya tadi saya menduga (Hamid) akan  mengisahkan bagaimana, manusia terhormat yang kreatif dan berakal , menyerahkan nasib hidupnya pada monyet yang hanya bisa meniru. Di Sumbar (Sumatera Barat) pun banyak orang bergantung hidup dengan mengajar monyetnya pandai memanjat dan memetik buah kelapa. Manusia kadang-kadang tidak semena-mena," tambahnya. 

Senada, Yusuf Susilo Hartono pemilik Majalah Galeri Nasional menyebut cerpen Hamid Nabhan sarat renungan. 

Sedangkan Hamid Nabhan sendiri mengatakan, memang ide-ide dahsyat dalam karyanya bisa keluar begitu saja setelah melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi. 

"Ya kadang semalam sebuah cerpen jadi, kadang satu dua hari jadi," terangnya. 

Seniman asal Surabaya ini menambahkan, memang banyak pesan moral dalam cerpen kedua dan ketiganya ini.

"Seperti dalam Topeng Monyet, saya menyindir kerakusan manusia yang tak ada kenyangnya. Dalam Janji, saya bercerita bagaimana dalam sebuah pemilihan umum yang meninggalkan permusuhan sesama anak bangsa," jelas Hamid. 

Apalagi kondisi saat ini sangatlah membingungkan. Bagaimana segelintir orang bahkan penguasa tidak bisa membedakan antara kritik dan ujaran kebencian. 

Padahal kritik dalam demokrasi adalah hal yang biasa. Namun seniman memiliki cara tersendiri dalam menyampaikan kritik. Lewat kisah kiasan dalam cerita pendek maupun lukisan. Seperti yang selama ini dilakukan oleh Hamid Nabhan. 

"Jadi saya sebagai seniman melakukan kritik yang membangun dengan cara saya sendiri, seperti kritik terhadap penebangan hutan saya membuat lukisan pohon sunyi di mana di dalamnya tidak ada kehidupan," jelas Hamid Nabhan. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES