Peristiwa Nasional

Di PPMI Arab Saudi, Wakil Ketua MPR RI Semangati Alumni Arab untuk Membangun Indonesia

Selasa, 06 April 2021 - 07:18 | 30.27k
Wakil Ketua MPR Hidayat Nurwahid berbicara daring di PPMI Arab Saudi. (Foto: PPMI Arab Saudi for TIMES Indonesia)
Wakil Ketua MPR Hidayat Nurwahid berbicara daring di PPMI Arab Saudi. (Foto: PPMI Arab Saudi for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Wakil Ketua MPR RI Dr Hidayat Nur Wahid hadir secara daring di sarasehan hari pertama yang digelar PPMI Arab Saudi (Perhimpunan Pelajar dan Mahasiswa Arab Saudi). Acara yang didukung oleh TIMES Indonesia ini berlangsung tiga hari, 1-3 April 2021 secara daring.

HNW, sapaan akrab Dr Hidayat Nur Wahid, menyampaikan, pada tahun 1903 di Jakarta (dulu Batavia), sudah berdiri suatu ormas Islam yang orientasinya adalah bagaimana membangkitkan kesadaran ummat untuk membebaskan tanah air kita dari penjajahan Belanda. 

Mereka, kata HNW, menyelenggarakan Konferensi Islam sebelum tahun 1908. Nama organisasinya adalah Jamiatul Khair, yang didirikan di Betawi, Jakarta tahun 1901. Tokohnya saat itu antara lain KH Ahmad Dahlan yang kemudian menjadi pendiri Muhammadiyah. Lalu ada KH Wahab Hasbullah yang nanti bersama KH Hasyim Asyari mendirikan NU, dan Haji Umar Said Cokroaminoto yang nanti mendirikan Syarikat Islam.

Alumnus S3 Universitas Islam Madinah tersebut menyebutkan, Jamiatul Khair selain visinya untuk membebaskan tanah air dari penjajahan Belanda, juga menyuarakan tentang pendidikan. Mereka mendirikan sekolah.

"Organisasi ini juga peduli pada masalah kemanusiaan. Karenanya mereka membantu juga fakir miskin dan juga anak-anak yatim supaya mereka bisa maju," ucap HNW.

Selain itu, mereka juga bergerak mementingkan dakwah dengan menyebarkan juru dakwahnya. Yang luar biasa, sambung dia, pada masa itu 1901-1903 mereka sudah memikirkan tentang Makkah dan Madinah.

PPMI Arab Saudi 1

"Mereka mengumpulkan dana untuk membantu penyelesaian pembangunan proyek kereta api dari Madinah ke Mekkah, program Turki Usmani pada waktu itu," ucapnya.

HNW juga menegaskan bahwa embrio bangkitnya kebangsaan Indonesia sudah dikerjakan melalui keormasan. Juga melalui organisasi yang mementingkan pendidikan, sosial, dakwah dan konsolidasi yang saling menguatkan. 

"Jadi, ini bisa kita jadikan salah satu rujukan yang riil dan konkrit. Maka sudah selayaknya Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengoreksi hilangnya frasa agama dalam draf visi Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2020-2035 karena telah mengingkari fakta sejarah Indonesia," ujarnya.

Anggota PPI Saudi Arabia tahun 1982-1985 ini juga menambahkan, secara spesifik menyebutkan bagaimana peran pemuda Islam dalam deklarasi Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Peran pemuda Islam dalam penyusunan pembukaan UUD 1945. Mereka adalah tokoh yang memahami agama sekaligus mencintai bangsa. 

“Tokoh-tokoh yang memperjuangkan kemerdekaan dari beragam latar belakang, yang menandakan bahwa Indonesia merdeka dengan mujahadah jama’iyyah. Melibatkan ormas yang beragam di Indonesia. Ada Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah yang berperan besar. Ada PERSIS, Al-Irsyad, dan Jamiatul Khair kita sebutkan diawal. Lalu ada al Khairiyyah di Banten," terangnya.

"Para tokoh yang masih relatif muda pada waktu itu juga berperan besar. Ada alumni pesantren dalam negeri seperti Ki Bagus Hadikusumo, tokoh Muhammadiyah, alumni pesantren di Jogja. Ada otodidak seperti Haji Agus Salim lalu lanjut belajar ke Mekkah sebagimana KH Hasyim Asyari dan KH Ahmad Dahlan,” ujar wakil ketua MPR RI ini di acara PPMI Arab Saudi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES