Ekonomi Indonesia Bangkit

Geliat Kopi Krucil Probolinggo, Mampu Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19

Senin, 05 April 2021 - 15:27 | 68.74k
Pengolahan kopi di kediaman Hasan, mampu orbitkan kopi lokal. (FOTO: Hasan for TIMES Indonesia)
Pengolahan kopi di kediaman Hasan, mampu orbitkan kopi lokal. (FOTO: Hasan for TIMES Indonesia)
FOKUS

Indonesia Bangkit

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Pandemi Covid-19 menumbangkan berbagai macam sektor usaha masyarakat. Namun tidak demikian dengan usaha pengolahan Kopi Krucil milik pemuda asal Desa Sumberduren, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Melalui tangan dingin Muhammad Hasan (31), kopi hasil petani lokal di lereng Argopuro ini, bahkan mampu bersaing di taraf nasional maupun internasional.

“Ide awalnya itu saya prihatin dengan nasib petani kopi di sini. Tidak pandemi saja kondisinya tak terlalu mujur, karena murahnya harga biji kopi dari petani. Apalagi sekarang, masa pandemi. Tentu makin terpuruk,” ujarnya, Senin (5/4/2021).

Padahal, kopi saat ini menjadi komoditi primadona. Lantaran budaya “ngopi” menjadi tren di kalangan generasi milenial. Pengalaman mengolah biji kopi menjadi bubuk berkualitas siap seduh, kemudian diterapkan secara langsung oleh Hasan.

Memanfaatkan bahan baku kopi lokal dari kebun sendiri dan hasil panen petani di desanya. Ditunjang nekat dan sejumlah uang miliknya, Hasan kemudian memulai usaha pengolahan kopi itu. Perintisan usaha itu sebetulnya jauh sebelum pandemi, tepatnya sekitar 2016 silam. Bersama Sugianto, yang tak lain adalah kakaknya sendiri, Hsan mulai merintis usaha tersebut.

Untuk mendukung usahanya itu, Hasan merogoh kocek sekitar Rp 33 juta. Untuk membeli mesin roasting sebesar Rp 22 juta dari luar kota. Sisanya, untuk modal lain-lain. Seperti membeli kemasan, label dan sebagainya.

Dari biji kopi lokal, Hasan mengolahnya menjadi kopi bubuk siap seduh. “Dengan begini, ada nilai jual yang lebih, dari kopi petani di sini. Kalau dibandingkan dengan harga saat masih biji, jauh,” ujar alumnus Pendidikan Ekonomi STKIP Jombang ini.

Kopi-2.jpgHasil olahan kopi krucil dalam kemasan siap seduh. (FOTO: Hasan for TIMES Indonesia)

Dalam setahun, Hasan bisa mengolah sampai tiga ton kopi. Jumlah tersebut, satu ton dihasilkan oleh kebunnya sendiri. Sedangkan dua ton sisanya, diserap dari petani di sekitar desanya. “Kalau perhari, biasanya produksi sampai 30 kilogram saja,” ujarnya.

Platform jual beli online, menjadi etalase pemasaran produk kopi olahan Hasan. Pemasaran pun merambah berbagai daerah di Indonesia, bahkan mancanegara. Sampai ke Aceh, Lampung dan Malaysia. Hasil olahannya pun, sesuai permintaan pasar saat ini. Meliputi Kopi Robusta, Arabica dan kopi nangka khas Krucil.

“Semoga saja produk kopi Krucil ini, bisa menjadi produk unggulan. Baik lokal, nasional maupun internasional. Karena memang layak untuk dikembangkan,” sebut lajang kedua dari tiga saudara ini.

Bahkan ketika badai pandemi Covid-19 menghantam, usaha pengolahan kopi milik Hasan masih bisa bertahan. Selama sebulan, omzet yang didapat tak kurang dari Rp 8 juta.

Namun demikian, usaha pengolahan kopi milik Hasan bukan tanpa kendala. Akses jalan yang sulit dari kediamannya, membuat biaya pengiriman membengkak. Sekali berangkat ke kantor ekspedisi di luar kota, biayanya mencapai Rp 600 ribu.

Dirinya pun berharap, ada perhatian pemerintah setempat. Agar pelaku UMKM pengolahan kopi lokal seperti dirinya, diperhatikan. Termasuk mempermudah ijin usaha dan lainnya.

Kopi-3.jpgPengolahan kopi murni menyerap hasil panen petani kopi setempat. (FOTO: Hasan for TIMES Indonesia)

“Melalui pengolahan yang benar, kualitas kopi lokal bisa kok bersaing dengan daerah penghasil kopi lain. Seperti Aceh Gayo, Lampung dan beberapa daerah penghasil kopi lainnya,” katanya.

Sehingga tidak ada lagi cerita atau keluhan, soal kemalangan nasib petani kopi lokal. Sebab selama ini, petani lokal di lereng Argopuro Probolinggo, hanya menjual kopi dalam bentuk bijian saja. Dengan kondisi sudah dikupas, atau masih lengkap dengan kulitnya. Otomatis, harga jual juga rendah.

Padahal saat ini, kopi menjadi komoditi yang sangat diperhitungkan. Untuk memenuhi permintaan pasar, baik lokal maupun nasional, atau bahkan internasional. Itu terjadi karena kopi menjadi salah satu tren yang digandrungi generasi muda abad ini.

Tapi melalui usaha keras Hasan, Kopi Krucil, Kabupaten Probolinggo, bisa bersaing di pasar nasional. Bahkan selama pandemi Covid-19, usaha itu masih bisa bertahan dan sukses. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES