Ekonomi

Direktur Politeknik Banjarnegara Pilih Tidak Gunakan Televisi di Rumah

Minggu, 04 April 2021 - 23:14 | 71.75k
Dr Tuswadi saat di berada di ruang baca rumahnya. (FOTO: Dr Tuswadi for TIMES Indonesia)
Dr Tuswadi saat di berada di ruang baca rumahnya. (FOTO: Dr Tuswadi for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANJARNEGARA – Televisi bagi kebanyakan orang telah menjadi barang primer yang terjangkau oleh semua kalangan. Miskin, kaya, hampir semua keluarga Indonesia mempunyai televisi. Tetapi tidak bagi Direktur Politeknik Banjarnegara Dr Tuswadi, keluarga sederhana berlatar belakang doktor di Banjarnegara Jawa Tengah ini.

Keluarga Dr Tuswadi, dengan 4 putrinya sejak dulu sampai saat ini tidak pernah memiliki televisi. Bagi mereka, acara-acara di layar kaca dipandang lebih banyak mudharat daripada manfaatnya.

Infiltrasi budaya-budaya negatif akan mudah merambah ke keluarga ketika tidak selektif dalam memilih tontonan yang mendidik dan bermanfaat.

“TV jika tidak bisa kita kendalikan, akan menjadi racun bagi kehidupan yang sehat dan produktif,” ujar Dr Tuswadi, yang sejak 2018 diberi amanah sebagai Direktur Politeknik Banjarnegara.

Dr-Tuswadi-saat-di-berada-di-ruang-baca-rumahnya-2.jpg

Pandangan ini, dia buktikan dengan kenyataan banyak keluarga yang kesulitan mengendalikan anak-anaknya untuk disiplin belajar di rumah, atau taat beribadah tepat waktu. Dan lebih dari itu gosip-gosip seputar selebriti, misalnya telah menjadi bahan perbincangan yang kontra produktif di kalangan masyarakat.

Belum lagi budaya konsumtif dan hedonis melalui layar kaca sedikit banyak dengan mudahnya merambah keluarga-keluarga di tanah air.

Sejak dulu Dr Tuswadi membiasakan budaya baca dirumahnya berada di desa dan jauh dari kesan mewah. Sangat sederhana untuk ukuran keluarga doktor. Ruang tamunya berdekorasi almari penuh dengan buku dan asesoris Jepang.

Dr Tuswadi dan istrinya, Dr Wiji Astuti, sama-sama berprofesi guru bahasa Inggris, adalah peraih Master dan Doktor dari Hiroshima University. Keduanya bersama anak-anak menghabiskan waktu 6 tahun tinggal di Jepang untuk menjalani tugas belajar.

Putri bungsu yang kini kelas 3 SD bahkan dulunya lahir di Hiroshima. Sementara ketiga anak lainnya sejak PAUD sampai SMP terdidik di Negeri Sakura dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi.

Dr Tuswadi dan meja kerja di rumah, baik sebelum dan sesudah kembali ke Indonesia dari Jepang, Keluarga Dr Tuswadi tidak memelihara barang elektronik yang namanya televisi. Terdapat pula ruang belajar khusus yang diperuntukkan bagi anak-anak di lingkungan sekitar belajar bahasa Inggris.

Ruang tengah diset menjadi “learning space” bagi kedua putri bungsu dengan meja belajar lipat yang ditata apik terdampingi oleh rak buku bacaan. Ruang kerja Dr Tuswadi juga penuh buku-buku dengan berbagai topik. Anak-anak Disiplin Belajar di Rumah Tanpa TV

“Kami membiasakan pemberlakuan jam belajar di rumah sehabis shalat maghrib dan sehabis shalat Isya sebelum tidur. Pukul 18.00-21.00 saya membaca buku dan berkarya; sementara anak-anak belajar bersama ibunya," katanya pada TIMES Indonesia, Minggu (4/4/2021)

Jika butuh informasi untuk mengerjakan PR, anak-anak kami ijinkan membuka gadget (handphone) atau laptop terkoneksi internet.

"Di rumah, yang punya ponsel hanya saya dan isteri; anak-anak cukup meminjam dari kami untuk keperluan belajar,” jelas Dr Tuswadi.

Dr Tuswadi ternyata  telah menerbitkan 5 buku, termasuk best seller, Inspirasi Keluarga Pembelajar Negeri Sakura (2018).

Dengan tidak mempunyai dan menonton TV, seluruh anggota keluarga bisa lebih fokus belajar. Hasilnya, anak-anak keluarga Dr Tuswadi terbilang berprestasi baik secara akademik maupun keagamaan.

"Kehidupan keluarga kami menjadi lebih tenang dan nyaman mengisi hari-hari dengan segala sesuatu yang produktif," kata Dr Tuswadi Direktur Politeknik Banjarnegara. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES