Kopi TIMES

Terorisme dan Kultur Modernitas

Sabtu, 03 April 2021 - 10:03 | 52.28k
Moh. Syahri (Pelajar, Santri dan Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'had Aly Al-Hikam Malang).
Moh. Syahri (Pelajar, Santri dan Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'had Aly Al-Hikam Malang).

TIMESINDONESIA, MALANG – Tragedi yang terjadi di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan beberapa hari yang lalu, seakan-akan menunjukkan bahwa nasionalisme bangsa yang bersifat pluralistik sedang mengalami krisis. Aksi terorisme ini sepertinya akan terus membayang-bayangi kehidupan umat manusia di masa-masa yang akan datang selama pola pandang terhadap terorisme dan cara penyelesaiannya masih bersifat parsial dan masih mengedepankan kekerasan sejenisnya.

Staf MUI dan Presiden Joko Widodo merespon kejadian terbaru bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan. Ia mengatakan bahwa terorisme Jangan dikaitkan dengan agama. Tentu respon beliau-beliau ini menjadi bola liar di tengah masyarakat sebab selama ini hampir semua pelaku teroris pasti ada kaitannya dengan agama.

Menurut saya respon itu tidak seluruhnya salah tapi juga tidak seluruhnya benar'. Prihal statement dan respon pak Jokowi mungkin ia lebih hati-hati untuk mengatakan ada persoalan dalam pengajaran agama islam yang bisa mendorong orang untuk melakukan tindakan menyakiti orang lain sebab jika narasi demikian harus dilontarkan ke publik oleh sekelas Jokowi, mungkin saja banyak orang islam yang mudah terpicu amarahnya dan Jokowi makin tersudutkan. Mungkin lho ya. Entah kalau yang Staf MUI. Dan boleh jadi sama.

Kenapa bisa demikian, sebab hal itu bisa membuat kita cenderung apriori dengan melakukan simplifikasi persoalan bahwa pelaku teror pasti kaum fundamentalisme agama. Sekali lagi, mungkin pak Jokowi mengantisipasi kejadian itu (ini mungkin lho ya).

Namun persoalan lainnya begini, bahwa banyak kasus pelaku yang melakukan tindak kekerasan itu dimotivasi oleh "semangat keagamaan" memang iya dan harus diakui. Bahkan beberapa riset mengatakan seperti itu. Artinya secara kasuistik memang ada. Dan itu terjadi beringin dengan penciptaan agama sebagai ideologi yang terus dikembangkan untuk melawan kelompok lain yang berbeda ideologinya. Dalam tulisan lain saya tegas mengatakan bahwa setiap ada kasus terorisme di Indonesia khususnya pasti ada kaitannya dengan agama. Lebih-lebih pada ajaran agama sendiri.

Dalam dunia modern hari ini dampak-dampak negatif yang dibawa kultur modernitas ternyata memberikan kontribusi nyata terhadap pengembangan agama sebagai ideologi. Amstrong melalui The Battle for God: Fundamentalism in Judaism, Cristianity and Islam (2002) menjelaskan bahwa selain memberikan kemudahan, memperluas cakrawala dan memberdayakan umat manusia, kultural modern juga sering menekan harga diri manusia.

Pada saat yang sama manusia modern mengandalkan akalnya saja sembari meninggalkan ketergantungan pada tuhan. Sehingga moralitasnya merosot dan martabat harga dirinya hancur. Ini lah munculnya bibit kekerasan besar yang biadab akibat akal (modernitas) menjadi satu-satunya andalan untuk dijadikan tolak ukur dalam lini kehidupannya.

*) Penulis: Moh. Syahri (Pelajar, Santri dan Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'had Aly Al-Hikam Malang).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

_______
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES