Menikmati Mbah Djakas, Ritual Kuno Seruput Kopi Khas Iyeng Cafe Pacitan

TIMESINDONESIA, PACITAN – Prihatin dengan mulai hilangnya budaya ngopi masa lampau, Iyeng Cafe di Kabupaten Pacitan punya cara unik. Menu itu bernama Mbah Djakas.

Tri Hartono, owner Iyeng Cafe mengatakan, pada tahun 70-an, pemandangan orang tua ngopi begitu mengasyikkan, baik penyajiannya maupun cara minumnya.

"Kopi diseduh dalam cangkir kecil dan disajikan di atas lepek. Kopi dalam keadaan pahit alias tanpa gula. Kemudian di atas lepek, di sebelah cangkir disiapkan sepotong gula aren atau gula kelapa," paparnya.

Cara meminumnya pun unik dan khas. Sebelum minum kopi, terlebih dahulu menggigit gula dan mengunyahnya. Baru kemudian dilanjutkan menyeruput kopi dalam kondisi panas.

"Menurut saya, itu bukan hanya sekadar minum kopi, tapi sudah seperti sebuah tradisi atau budaya. Sekarang yang seperti itu sudah mulai hilang. Kami di Iyeng Cafe mencoba mempertahankan dengan menyajikan menu Kopi Mbah Djakas," tambahnya.

Mbah Djakas adalah menu kopi yang disajikanya dengan menjaga tradisi leluhur.  Kopi robusta yang cenderung pahit, kata Tri Hartono, akan nikmat bersanding dengan gula aren atau gula kelapa dengan terlebih dahulu mengunyahnya.

"Kopinya lokal, dari petani Nawangan atau Gembuk. Kami juga menyediakan menu lain seperti kopi Liberika dan kopi Lanang. Kopi dari luar Pacitan juga ada, lengkap," katanya.

Untuk bisa merasakan sensasi Kopi Mbah Djakas, silakan datang saja ke Iyeng Cafe di Jalan IG Ngurah Rai 9A Baleharjo Kabupaten Pacitan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement