Pendidikan

UAD Jalin Kerja Sama Strategis dengan BAZNAS dari Empat Kabupaten Se-DIY

Rabu, 31 Maret 2021 - 22:16 | 33.85k
Rektor UAD, Dr. Muchlas, M.T (kanan) dan Ketua BAZNAS Kabupaten Sleman, Kriswanto., M.Sc usai penandatangan Perjanjian Kerja Sama (FOTO: Humas UAD for TIMES Indonesia)
Rektor UAD, Dr. Muchlas, M.T (kanan) dan Ketua BAZNAS Kabupaten Sleman, Kriswanto., M.Sc usai penandatangan Perjanjian Kerja Sama (FOTO: Humas UAD for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTAUniversitas Ahmad Dahlan (UAD) melakukan penandatanganan MoU dan Perjanjian Kerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dari empat Kabupaten Se-DIY yaitu BAZNAS Kabupaten Sleman, Bantul, Kulon Progo dan Gunungkidul pada Rabu (31/3/2021) di Auditorium lantai 3 Kampus 1 UAD Jalan Kapas. Perjanjian Kerja sama ini berisi tentang Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Penelitian, Pengajaran dan Pengabdian kepada Masyarakat.

Acara ini dihadiri Dr. Muchlas, M.T (Rektor UAD), Wakil Rektor, Kepala Kantor, Kepala KKUI, Kepala LPSI, Kepala BIMAWA, Kabid. Kerja sama dalam Negeri, dan Kabid Kemasyarakatan UAD. Berikutnya (Ketua BAZNAS Kabupaten Sleman), Drs. H. Kriswanto, M.Sc (Ketua BAZNAS Kabupaten Bantul) Drs. H. Damanhuri, (Ketua BAZNAS Kabupaten Kulon Progo) Drs. H. Abdul Madjid, dan Ketua BAZNAS Kabupaten Gunungkidul) Samin Fauzi, M.Pd.I

Dalam sambutannya, Muchlas mengatakan misi UAD, tiga diantaranya sama dengan misi perguruan tinggi lain yang disebut dengan tri dharma perguruan tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pegabdian kepada masyarakat. “Untuk UAD ditambah menjadi catur dharma dan dharma pembinaan dan pengembangan nilai-nilai keislaman dan kemuhammadiyaan,” katanya

Menurutnya dari MoU yang kita tandatangani bersama ini, harus ada aspek-aspek iplementasinya, dengan cara ini kita memiliki satu panduan untuk bisa melaksanakan tugas-tugas kita dalam hal kerjasama ini. “Tidak hanya sekedar tandatangan tetapi ke depan ini ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan,” ujarnya

Rektor-UAD.jpgRektor UAD (ketiga dari kiri) di dampingi Ketua BAZNAS dari 4 Kabupaten Se-DIY (FOTO: Humas UAD for TIMES Indonesia) 

Ia pun berharap prinsip kerjasama yang kita bisa jalankan adalah simbiosis mutualistis, prinsip ini mengharuskan kita untuk bersikap saling menguntungkan, harus bisa memberikan program-program yang saling menguntungkan.

“Jangan ada diantara kita yang satu untung yang lainnya rugi,  jadi simbiosis mutualistis ini adalah satu spirit yang harus kita jaga agar kolaborasi ini bisa menghasilkan satu hasil yang saling menguntungkan dalam melaksanakan program-program kerjasama ini,” ungkapnya

Lebih lanjut, ia melihat banyak sekali rencana atau program-program BAZNAS yang menurutnya perlu di kerjasamakan. “Saya tahu kalau di BAZNAS itu punya proram-program pemberdayaan masyarakat,” imbuhnya

Muchlas menyoroti soal kasus perceraian dini di Gunungkidul, menurutnya siapa yang bertanggungjawab terhadap dampak dari perceraian itu,  jadi ini tanggungjawab kita bersama. Statistik menunjukkan sebagaian besar adalah para kaum milenial, ia menilai dari dua sisi pertama memang karakter dari kaum milenial itu sendiri, kemudian karena pernikahan dini dimana secara psikologis atau mental itu belum siap.

Tugas UAD bersama BAZNAS ke depan adalah melakukan pemberdayaan, khususnya membantu pemerintah untuk melakukan penguatan bagi remaja-remaja sebelum menikah. Menurutnya penguatan pranikah ini penting sekali. “Saya kira sentuhan-sentuhan humanistis, psikologis, dan nilai-nilai keagamaan kita berikan pada remaja-remaja yang belum menikah,” ucapnya

Terutama mental, Muchlas berkeyakinan perceraian itu lebih banyak bukan disebabkan karena faktor ekonomi, tetapi lebih karena faktor psikologi kesiapan mental mereka di dalam mengahdapi masalah-masalah kerumahtanggaan.

Sementara Ketua BAZNAS Gunungkidul, Samin Fauzi, M.Pd.I mengatakan persoalan yang paling urgen di Gunungkidul adalah masalah ekonomi,  hal ini menjadi kecendrungan orang  mengambil sikap seperti bunuh diri, dan sakit menahun. “Berharap UAD bisa memberikan mereka pengetahuan agama, agar dengan sakitnya banyak sabar dan berdoa itu solusi untuk lebih dekat kepada Allah SWT,” katanya

Menurutnya karena pengetahuannya tidak ada, sakit terus diderita, ekonomi juga kurang lalu mereka frustasi yang diambil bunuh diri itu yang dijalankan. Lanjut Samin, sakit dan frustasi hidup yang masih muda juga ada, pelajar saja ada. “Kalau dikaitkan dengan pulung gantung kita sebagai orang yang beragama tentu tidak percayalah dengan adanya pulung itu,” ujarnya

Kepala Lembaga Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UAD, Anton Yudhana, S.T., M.T., Ph.D menambahkan di UAD ada beberapa pusat studi yang sangat terkait yang sebelumnya UAD sudah melakukan penelitian tentang fenomena bunuh diri di Gunungkidul yaitu pusat studi ChiFEC, pusat studi Gender, dan Pusjaknas (Pusat Studi Kebijakan Nasional).

“Kita akan melakukan pemberdayaan ke ibu-ibu disana supaya nanti sebelum nikah itu ada pendidikan, kita akan membuat sekolah pranikah di Gunungkidul. Dalam waktu dekat kita membuat konsepnya dengan BAPPEDA Gunungkidul. Kalau perlu mulai dengan perjodohannya,” jelasnya

Selain itu, terkait pulung gantung atau mitos bunuh diri di Gunungkidul, menurutnya strategi yang akan dilakukan adalah menggandeng fakultas terkait di UAD yakni Psikologi dan Kesehatan Masyarakat, dan Fakultas Kedokteran, Dari tiga itu nanti kita ikat dharma UAD yang keempat yaitu keislaman dan Kemuhammadiyaan.

“Itu titipan dari BAZNAS mungkin dari sisi spiritual atau keagamaannya itu yang perlu ada pelurusan dan penguatan disana,” papar Anton, Ketua LPPM UAD dalam acara penandatanganan Perjanjian Kerja sama UAD dengan BAZNAS dari empat Kabupaten Se-DIY. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES