Kopi TIMES

Minggu Palma di Katedral Makassar dan Reseller Warta

Rabu, 31 Maret 2021 - 19:32 | 54.86k
Yung Setiadi, Redaktur Majalah Jubileum.
Yung Setiadi, Redaktur Majalah Jubileum.

TIMESINDONESIA, SURABAYAPADA hari Minggu (28 Maret 2021) ini, umat Katolik merayakan Minggu Palma, hari pertama dalam rangkaian Pekan Suci sebelum perayaan Paskah. Minggu Palma dirayakan untuk mengenang peristiwa masuknya Yesus Kristus ke Yerusalem dan disambut oleh masyarakat dengan sukacita.

Di Katedral Makassar, saat pergantian shift ibadah kedua dan ketiga perayaan Minggu Palma (sekitar jam 10.30 WITA) terjadi ledakan akibat bom bunuh diri di bagian depan gereja. Pada kejadian ini, dua orang diduga pelaku bom bunuh diri tewas. Sementara 20 orang lainnya yang terdiri dari masyarakat dan petugas keamanan gereja luka-luka.

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate dalam siaran pers hari itu mengimbau agar masyarakat tidak ikut posting atau menyebarluaskan konten gambar, foto, dan video korban aksi terorisme di media apapun. Karena dengan menyebarkan itu akan memberikan peluang bagi pelaku teror untuk mencapai tujuannya yakni menyebarkan ketakutan di kalangan masyarakat.

Hal tersebut mengingatkan penulis pada awal artikel Origins of The Term Terorism dalam situs web crimemuseum.org/. Disebutkan bahwa kata teror berasal dari frase Romawi “terror cimbricus” yang berarti “untuk menakut-nakuti”. 

Imbauan Menkominfo tampaknya selaras dengan pesan Paus Fransiskus dalam menyambut Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-55, 16 Mei 2021. Tema yang disampaikan pertengahan Maret lalu adalah “Datang dan Lihatlah. Berkomunikasi dengan Menjumpai Orang Lain Apa Adanya”. 

Dalam pesan tersebut, Paus Fransiskus menyebutkan bahwa internet, dengan keberlimpahan ekspresi sosialnya, dapat meningkatkan kemampuan bercerita dan teknologi digital mempercepat arus informasi. Tapi di sisi lain, eksesnya adalah informasi hanya dirancang di ruang redaksi, di depan komputer, di jejaring sosial, tanpa “menghabiskan sol sepatu” (turun ke jalan), tanpa bertemu orang untuk mencari cerita, dan tanpa verifikasi situasi dengan mata kepala sendiri.

Ada juga persoalan dalam pemberitaan berupa digantikannya liputan investigatif yang original menjadi liputan berisi narasi tendensius yang tidak menangkap kebenaran dari pelbagai hal dan kurang memahami kehidupan kongkrit banyak orang. 

Kecepatan teknologi informasi dan berkembangnya media sosial harus dibarengi sikap kritis, analitis, dan kemampuan memahami informasi. Bukan dengan bersikap ‘latah’ dengan ‘menelan mentah-mentah’ informasi yang belum terbukti kebenarannya, apalagi lalu mereplikasinya. Lebih baik bila laman media sosial berisi sharing pengalaman empiris dan positif keseharian kita. Marilah menjadi produsen warta, bukan reseller warta.

Tanpa menafikan rasa simpati pada para korban aksi teror, imbauan Menteri Johnny dan pesan Paus Fransiskus tampaknya diikuti oleh teman-teman pengurus dan relawan Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Surabaya. Pada whatsapp group, sharing info peristiwa hanya terjadi satu kali dan tidak dilakukan replikasi info pada pihak lain. Pun pada laman-laman media sosial milik pengurus dan relawan yang sempat saya perhatikan, semuanya tampak “bersih dan aman” dari gambar, foto, dan video korban aksi teror bom di Minggu Palma.

***

*)Oleh: Yung Setiadi, Redaktur Majalah Jubileum.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

________
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES