Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Pendidikan Islam Berbasis Masyarakat

Rabu, 31 Maret 2021 - 13:30 | 172.22k
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Menurut Cunningham, pendidikan berbasis masyarakat yaitu suatu konfigurasi dari orang-orang yang kita hampir hidup didalamnya, seperti halnya orang-orang dengan siapa kita berbagi ikatan-ikatan umum, dalam bekerja, mencintai, berideologi, bakat artistik, dalam suatu agama, suatu kultur, suatu pilihan seksual, suatu perjuangan, suatu gerakan, suatu sejarah, dan seterusnya. Jadi pendidikan berbasis masyarakat adalah pendidikan yang dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri.

Tujuan dari pendidikan berbasis masyarakat ialah mengenalkan manusia akan perannya diantara sesama makhluk dan tanggung jawabnya dalam hidup, mengenalkan manusia melalui interaksi sosial  dan tanggung jawabnya dalam tatanan hidup bermasyarakat, dan menjelaskan manusia akan penciptaan alam (Allah) serta perintah beribadah kepada-Nya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Model pendidikan seperti ini sudah  lama diterapkan sejak kemerdekaan Indonesia, bahkan sebelum kemerdekaan. Walaupun secara konseptual model pendidikan belum baku saat itu. Lambat laun pendidikan berbasis masyarakat mengalami kemajuan, ditambah lagi pendidikan ini menjadi sejarah dalam perkembangan Islam dibumi nusantara. Hampir seluruh lembaga pendidikan di Indonesia didirikan dan dikembangkan oleh masyarakat Islam. Contoh lembaga pendidikan berbasis masyarakat yang ada di sekeliling kita sebagai perwujudanya ialah madrasah diniyah, majlis ta’lim, TPA, lembaga kursus yang dikelola masyarakat, pesantren, dan lain sebagainya. 

Masyarakat dalam dunia pendidikan ini memiliki kesempatan untuk mengembangkan dan memberdayakan dirinya sendiri melalui pendidikan yang dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri. Konsep pendidikan ini ialah dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Konteks pembelajaranya pun meliputi belajar dengan melakukan (learning to be doing), belajar berbasis pengalaman, melibatkan fisik dan aktivitas mental, belajar berbasis kompetensi, problem solving, interaktif aktif dalam lingkungan, aktualisasi diri, menyenangkan, mencerdaskan, dan produktif. Jadi menurut saya, pendidikan berbasis masyarakat adalah sebuah inovasi dalam pendidikan untuk mencetak masyarakat yang didalamnya lebih produktif dan berkualitas. Keberadaanya  sudah ada di sekeliling kita, baik itu di lembaga maupun kelompok kecil yang ada di Masyarakat. 

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Kendala yang dihadapi disini ialah minat masyarakat dalam mempelajari agama islam itu sedikit. Bisa diketahui bahwa masyarakat meliputi warga yang membentuk struktur komplek. Setiap individunya memiliki watak dan karakter yang berbeda. Selain itu, pola pikir masyarakat serba materialistik atau hedonis disebabkan sudah lama bekerja sehingga kebutuhan akan belajar pendidikan islam itu terkesampingkan. Kesibukan pekerjaan yang melelahkan, jama’ah muda dan jama’ah yang usia lanjut memiliki daya tangkap yang jauh. Kedua, tempat ibadah dan acara pengajian ternyata sangat memperihatikan dikarenakan tempat ibadah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sehingga masyarakat yang hadir dalam pengajian jumlahnya sangat rendah. Ketiga, permasalahan terletak pada pendidik, Pendidik yang ada ditengah masyarakat jumlah juga sangat terbatas. Jika disebut dalam latar belakang pendidikan akhir, paling rendah tamatan SMP/MTs sederajat. Itupun yang aktif dalam proses pembinaan terbilang masih kurang. Keempat, pengelolaan dan pengurus lingkungan. Komunikasi antara masyarakat dan aparat desa masih perlu ditingkatkan. Sehingga kerja sama yang dibangun juga berkurang. Dampaknya pengelolan dan kepengurusan menjadi lebih sedikit yang aktif.

Dari kendala tersebut terdapat solusi sebagai jalan keluarnya, diantaranya ialah: Pertama, sebagai seorang pemuda alangkah baiknya kita mengajak dan mereka untuk mengikuti dan belajar tentang wawasan agama islam. Kedua, mengatasi masalah sarana dan prasarana yang memprihatinkan bisa dikoordinaksikan dengan kepada warga sekaligus bentuk sukarela dalam pembangunan. Ketiga, dari segi pendidik sendiri berusaha untuk terus mendalami ilmu agama juga mengikuti pendidikan tambahan seperti penataran da’i, kursus dan lain sebagainya. Ditambah lagi apabila pendidik bersedia membimbing masyarakat dalam baca tulis Al-Qur’an sebaiknya pendidik mempunyai sertifikasi sehingga dapat diakui. Keempat, adanya peleburan antara aparat desa dan masyarakat dalam membangun dan mendukung pendidikan islam yang ada di masyarakat.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Kita sebagai pemuda dan sebagai penerus memiliki jiwa nasional, peka terhadap sekitar. Karena kita menjadi pendorong untuk negeri dalam kemaslahatan. Hati yang terkoyak dalam kebaikan, niscaya diberikan jalan oleh Allah swt dan semata kita tujukan kepada-Nya. Seperti pada firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 269

Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat”

Dilanjutkan setiap manusia wajib menuntut ilmu. Kewajiban menuntut ilmu terkandung dalam Q.S Al –Mujadilah 11

Wahai orang-orang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan didalam majeli-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan ornag-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan

Manusia memiliki fase dalam memperbaiki dirinya. Pendidikan islam di masyarakat condong pembenahan sikap (afektif). Ini dikarenakan adanya faktor yang mempengaruhinya, seperti fikiran materialtik, fanatik, dan tentunya tidak lepas dari pengaruh adat tradisinya. Sedikit demi sedikit corak pandang mereka akan berubah dalam mempelajari islam ssehingga memeiliki corak pemikiran yang tawashut, tawazun, tasamuh dan i’itidal. Pelajaran yang mereka terimapun akan dipetik atau diambil hikmahnya, sehingga mereka terus mengamalkannya walau sedikit namun berbau kebaikan, hal tersebut akan menjadi nilai yang berharga dimata Allah SWT.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES