Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Empat Golongan yang Tercegah dari Ampunan dan Rahmat Malam Nisfu Sya’ban

Rabu, 31 Maret 2021 - 12:28 | 73.63k
Thoriq Al Anshori, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang (UNISMA).
Thoriq Al Anshori, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Bulan Sya’ban termasuk bulan-bulan yang dimuliakan oleh Allah swt. Selain karena bulan ini diapit oleh dua bulan yang tak kalah mulia yaitu Rojab dan Romadhon, Bulan ini juga  mempunyai satu malam yang hampir-hampir para Ulama menyamakannya dengan malam lailatul qadar bulan Ramadhan. Ia adalah malam Nisfu Sya’ban, malam ini mempunyai banyak sebutan, banyaknya sebutan di kalangan para Ulama menunjukkan agungnya sesuatu yang disebut. Diantaranya adalah malam keberkahan, malam pembebasan, malam penentuan taqdir dan malam mustajabah. Abdullah Ibn Umar ra pernah mengatakan, “Ada lima malam, jika doa dipanjatkan di dalamnya maka ia tak akan tertolak; malam Jumat, malam pertama bulan Rajab, malam Nisfu Sya’ban, Malam lailatul Qadar –tak ada yang dapat memastikan kapan malam ini tiba -, dan malam Idul Fitri dan Idul Adha.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Bulan bulan mulia adalah anugrah bagi umat Nabi Muhammad saw, dalam waktu yang sama ia dapat menjadi momok bagi beberapa kalangan. Sebagaimana keterangan Mulla Ali Al Qoori salah satu pemuka madzhab Hanafi kontemporer, beliau mengatakan “sebagaimana pahala dilipatgandankan di bulan-bulan yang mulia, maka dosa yang dilakukan di dalamnya pula dilipatgandakan”, muslim yang cerdik harus jeli membaca dan mencermati peluang, jangan sampai anugrah malah berbalik menjadi malapetaka.

Dalam Kitab Tuhfatul Ikhwan diterangkan, sesungguhnya Allah swt mengampuni dan berbelas kasih terhadap seluruh umat Islam pada malam nisfu sya’ban kecuali empat golongan: Penyihir, Pemabuk, Orang yang saling bermusuhan dan Orang yang durhaka terhada kedua orang tua.

Pertama Sihir, ia termasuk tipu daya syetan dalam menggoyahkan keimanan manusia, semua pihak yang ada kaitannya dengan sihir tidak akan mendapatkan ampunan di hari dimana kebanyakan orang mendapatkan keberuntungan. Bukan hanya tidak mendapat ampunan, sihir bahkan dapat mendatangkan kesengsaraan dunia dan akhirat (murtad), orang yang terlibat dalam sihir besar kemungkinan rasa percayanya terhadap Allah swt telah tergerus oleh ego. Padahal ego manusia mutlaq tidak dapat mengatur atau mendikte kekuasaan Allah swt.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Kedua mabuk, sebabnya hilang akal, hilang pula berbagai nilai-nilai kemanusiaan dalam diri orang yang meneguknya. Hilang akal dapat dikatakan pangkal berbagai keburukan karena pemabuk tidak dapat mengendalikan dirinya sama sekali sebagaimana kisah masyhur Kyai Barseso yang sering dikisahkan dalam buku-buku hikmah. Bahkan Imam Ibnu Hajar al Haitami menggolongkan mabuk ke dalam kategori dosa besar yang akan mendatangkan kerugian dunia maupun akhirat bagi pelakunya yang tidak kunjung bertaubat.

Ketiga orang yang saling bermusuhan. Manusia adalah makhluk yang sangat kompleks, ia bukan tetesan di tengah samudra namun samudra dalam bentuk tetesan, oleh karenanya interaksi dengan seksama dibutuhkan seni mengolah prilaku yang sangat baik. Tidak jarang antar sesama manusia terjadi perselisihan yang berujung pada tindakan saling memusuhi. Muslim yang dalam hatinya terdapat rasa benci, iri, dengki atau hasud terhadap sesama saudaranya termasuk orang yang rugi di malam nisfu sya’ban, kecuali jika yang bersangkutan menyegerakan taubat dengan berupaya ishlah dan mengikhlaskan semua yang telah terjadi. Ulama kontemporer penulis karya-karya fenomenal Syaikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi pernah mewasiatkan kepada para murid dan pecintanya, “Upayakan modal utama kalian kelak saat hendak menghadap Allah swt adalah hati yang bersih dan suci dari segala keruhnya kebencian dan kedengkian, banyaknya amal baik tidak akan ada gunanya jika menghadap Allah dalam keadaan membawa hati yang sakit, namun sedikit amal baik disertai dengan bersihnya hati dapat menyelamatkan seorang muslim dari malapetaka dan siksa”.

Keempat orang yang durhaka terhadap kedua orang tua, ia termasuk dalam kategori dosa besar. Baik terhadap keduanya adalah bentuk taat yang luar biasa, berlaku buruk terhadap keduanya juga bentuk maksiyat yang teramat besar. Diriwayatkan Abu Bakroh, Rasulullah SAW bersabda “semua dosa siksanya ditangguhkan oleh Allah swt hingga hari kiamat kecuali durhaka terhadap kedua orang tua, sesungguhnya Allah swt akan menurunkannya  secara langsung di dunia sebelum yang bersangkutan meninggal dunia”. Sehingga Imam Nawawi dalam Syarah Sahih Muslimnya memberikan keterangan, “Para Ulama sepakat bahwa birrul walidain hukumnya fardhu, dan durhaka terhadap keduanya adalah dosa besar, itu semua secara ijma’.      

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Thoriq Al Anshori, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang (UNISMA)

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES