Peristiwa Internasional

Pembantaian Rakyat Myanmar Oleh Militer Terus Berlanjut

Rabu, 31 Maret 2021 - 10:30 | 50.50k
Seorang pengunjuk rasa anti rezim militer yang menentang kudeta. (Foto: The Irrawaddy)
Seorang pengunjuk rasa anti rezim militer yang menentang kudeta. (Foto: The Irrawaddy)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pembantaian manusia sepertinya terus dilakukan pasukan keamanan Myanmar terhadap pengunjuk rasa setelah Senin malam hingga Selasa (30/3/2021). 15 orang lagi terbunuh dengan peluru tajam dan granat tangan

The Irrawaddy melansir, jumlah nyawa yang hilang itu bisa lebih dari itu karena beberapa orang lainnya dilaporkan terluka parah akibat tembakan acak yang dilakukan aparat keamanan.

Bahkan yang lebih tidak manusiawi lagi mereka yang terluka parah justru ditahan. Hingga Selasa, korban meninggal dunia terkait protes telah mencapai 475.

Empat kematian hari Selasa terjadi di Kotapraja South Dagon Yangon karena penembakan acak dan serangan brutal terhadap penduduk. Tindakan keras mematikan terhadap pengunjuk rasa anti-rezim dimulai Senin pagi dan berlanjut hingga setelah tengah malam. 

Daerah itu telah diberlakukan darurat militer sejak pertengahan bulan. Dan telah menjadi titik nyala untuk konfrontasi fatal antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan selama berhari-hari.

Sejak pemberlakuan darurat militer, akses internet telah terputus di Kotapraja dan orang-orang disana menghadapi kesulitan untuk pergi atau datang karena pasukan militer dikerahkan di setiap sudut kota.

Pengunjuk rasa anti-rezim menginformasikan kepada The Irrawaddy bahwa pasukan keamanan juga menggunakan granat tangan dan beberapa amunisi peledak dalam menindak pemblokiran jalan dan protes pada hari Senin.

Seorang perawat yang memberikan perlindungan medis untuk orang-orang yang terluka di kotapraja mengatakan kepada The Irrawaddy bahwa seorang penduduk dipukuli sampai mati dengan popor senapan oleh pasukan keamana. Setelah pria tersebut menolak membantu melepaskan penghalang jalan yang didirikan oleh pengunjuk rasa anti-rezim di Bangsal 71 di Kotapraja South Dagon pada hari Selasa.

Selain itu, dua warga dilaporkan ditembak mati oleh pasukan keamanan selama penghapusan penghalang jalan di 107 Bangsal kotapraja pada hari Selasa. Sebelumnya pada hari itu juga warga menemukan tubuh yang terbakar yang diyakini telah dibakar dengan penghalang jalan di Kotapraja.

Lima pengunjuk rasa lainnya juga telah ditembak mati oleh pasukan junta militer selama tindakan keras di ibu kota Negara Bagian Kachin, Myitkyina, Muse Negara Bagian Shan Utara dan Kawthaung Wilayah Tanintharyi.

Seorang anak laki-laki berusia 17 tahun bernama Kyaw Min Htet, yang ditembak dan diseret oleh tentara dan polisi pada 27 Maret di ibu kota Wilayah Thanithryi, Dawei, juga dinyatakan meninggal pada hari Selasa.

Rekaman TV Sirkuit tertutup menunjukkan bocah lelaki itu diseret setelah dia dan dua temannya yang mengendarai sepeda motor menjadi sasaran tembakan polisi dan tentara dengan dua kendaraan. Namun, pihak militer mengatakan bahwa bocah itu tewas karena cedera otak parah akibat jatuh dari sepeda motor.

Pada hari Senin, dua warga sipil termasuk seorang bocah lelaki berusia 15 tahun bernama Yarzar Htwe juga ditembak mati oleh pasukan keamanan di ibu kota Wilayah Ayeyarwady, Pathein.

Sementara itu, Ko Wai Lin Oo (22), Ko Zaw Hein Htun (32) dan satu pria lainnya ditembak mati oleh pasukan keamanan dalam serangan terhadap protes anti-wilayah di Kotapraja Myingyan, Mandalay, Senin.

Dalam penembakan tersebut, seorang pria bernama Ko Soe Lwin, yang berusia lebih dari 30 tahun terluka parah di lengan dan telah ditahan. Dua orang yang mencoba menyelamatkannya juga ditangkap oleh pasukan keamanan.

Di tengah tindakan keras mematikan oleh pasukan junta militer, puluhan ribu orang di seluruh negeri turun ke jalan setiap hari untuk menunjukkan pembangkangan mereka terhadap rezim militer.

Sementara itu Reuters melansir, kelompok pemberontak Persatuan Nasional Karen yang beroperasi di timur sepanjang perbatasan dengan Thailand mengatakan pihaknya bersiap untuk serangan besar pemerintah.

"Sekarang, ribuan pasukan darat militer Burma memasuki wilayah kami dari semua lini," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.

"Kami tidak punya pilihan lain selain menghadapi ancaman serius yang ditimbulkan oleh tentara junta militer tidak sah ini untuk mempertahankan wilayah kami,"

Kelompok itu mendesak komunitas internasional, khususnya negara tetangga Thailand untuk membantu orang-orang Karen melarikan diri dari "serangan gencar" dan menyerukan negara-negara untuk memutuskan hubungan dengan junta guna menghentikan kekerasan terhadap warga sipil.

Seorang juru bicara junta Myanmar tidak menjawab panggilan telepon untuk dimintai komentar. Para penentang kudeta telah menyerukan front persatuan dengan kelompok pemberontak untuk membantu mereka yang melawan militer.

Myanmar kini menjadi kacau setelah Militer melakukan kudeta sejak 1 Februari 2021 lalu dengan alasan hasil pemilu November 2020 penuh penipuan. Namun hingga detik ini militer tidak pernah membeberkan bentuk penipuannya. Sementara lebih dari  475 orang yang menentang kudeta itu dibantai dengan keji. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES