Kopi TIMES

Urgensi Mindset Entrepreneurship bagi Pelajar

Rabu, 31 Maret 2021 - 01:49 | 151.57k
Wildan Pradistya Putra, Pendidikan di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.
Wildan Pradistya Putra, Pendidikan di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Barangkali pandemi yang telah menghantam tahun 2020 dan masih berlangsung sampai saat ini telah menjelma seperti ombak besar yang telah menenggelamkan banyak kapal. Ya, pandemi telah berdampak bagi hampir seluruh sektor di Indonesia dan berefek langsung bagi para pekerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga periode Agustus 2020 saja menunjukkan jumlah pengangguran meningkat sebanyak 2,67 juta orang. 

Sementara itu, data Kementerian Ketenagakerjaan bersama dengan BPJS Ketenagakerjaan hingga per 30 Agustus 2020 menunjukkan bahwa pekerja formal yang terkena PHK sebanyak 386.877 orang dan yang dirumahkan sebanyak 1.155.630 orang. Sedangkan, sebanyak 633.421 orang pekerja informal terdampak pandemi. Jika ditotalkan, maka ada 2.175.928 pekerja formal dan informal yang terdampak pandemi.

Berdasarkan data tersebut menyiratkan pesan bahwa dampak pandemi begitu nyata. Namun, pesan lain yang lebih penting ialah Indonesia harus bangkit dan mulai mempersiapkan langkah strategis pascapandemi. Indonesia perlu membangun lapangan kerja baru untuk mengentaskan pengangguran. Untuk itu, tentu saja perlu pengusaha-pengusaha baru yang memiliki integritas tinggi. 

Namun, sayangnya saat ini jumlah warga negara Indonesia yang menjadi pengusaha masih rendah.  Menurut Kementerian Perindustrian pada 2018 lalu rasio wirausaha di dalam negeri masih sekitar 3,1 persen  dari total populasi. Indonesia pun masih tertinggal dari Malaysia dengan jumlah 5 persen dan Singapura dengan jumlah mencai 7 persen. Padahal untuk menjadi negara maju jumlah penduduk yang menjadi pengusaha harus lebih dari 14 persen dari total populasi. 

Hal ini berarti, jika penduduk Indonesia kurang lebih 270 juta jiwa, maka ada sekitar 8,37 juta jiwa (3,1 persen) yang menjadi pengusaha. Indonesia butuh setidaknya 37,8 juta jiwa (14 persen) untuk menjadi negara maju. Jika dicari defisitnya, saat ini Indonesia masih butuh 29,43 juta jiwa agar dapat disebut negara maju. Harapan besar tentu muncul dari para pemuda untuk mengisi pos tersebut. 

Urgensi Mindset Entrepreneurship

Anak muda yang terkenal dengan kedinamisan dan semangat yang tinggi memiliki semua antribut untuk memulai usaha baru. Apalagi era serba teknologi yang terkenal akan ‘sahabat’ bagi kaum muda. Namun, sebagian besar pelajar Indonesia tidak ada bayangan sama sekali untuk menjadi entrepreneur. Barangkali cita-cita mereka hanyalah bekerja diperusahaan dan menjadi pegawai kantoran. Padahal, di era teknologi yang serba instan ini peluang untuk menjadi entrepreneur bagi anak muda sangatlah besar.

Veithzal Rivai Zainal dkk. dalam bukunya yang berjudul “Islamic Entrepreuship” (2017:90) menyatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh entrepreneur itu bisa dipelajari sebagaimana kita memelajari pengetahuan lainnya, yang lebih penting adalah menangkap spirit entrepreneur. Ini artinya, menanamkan mindset  entrepreneurship merupakan suatu hal yang utama. Salah satu tempat strategis untuk membangun pondasi entrepreneurship saat seseorang berada di lingkungan pendidikan.

Menghasilkan lulusan yang berkompeten, dapat beradaptasi dengan zamannya, dan dapat bersaing dikancah global merupakan tantangan tersediri bagi sebuah institusi pendidikan. Pendidikan entrepreneur yang diterapkan di bangku sekolah dapat mewadahi pelajar dalam menyongsong kesuksesan. Erwin Widiasworo dalam bukunya yang berjudul 'Mencetak Generasi Multitalenta' (2018:182) menyatakan bahwa pendidikan entrepreneur sangat menentukan masa depan anak-anak karena mendidik anak-anak dalam kerangka entrepreneurship adalah membentuk jiwa mereka menjadi insan yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, dan yakin.

Pengenalan entrepreneurship di institusi pendidikan sangat layak dipertimbangkan. Institusi pendidikan sebagai tempat mencari ilmu dapat membangun pemahaman yang mengakar pada diri pelajar. Dengan adanya pengajaran entreprenuer dapat membuat pelajar setidaknya memberikan gambaran apa yang harus dilakukan jika berniat menjadi pengusaha. Atau setidaknya membuka cakrawala berpikir pelajar untuk suatu saat nanti mulai berwirausaha.

Apabila sudah tertanam dalam-dalam, pikiran itu akan terus dibawa sampai bertahun-tahun setelah mereka lulus. Jadi bayangkan, jika ada sekitar 100.000 pengusaha dengan minimal 100 karyawan saja, maka ada sekitar 10.000.000 lapangan kerja baru yang tercipta. Acapkali, keengganan anak-anak muda Indonesia untuk terjun ke dunia wirausaha karena mereka tidak punya pemahaman yang cukup dan tidak percaya diri untuk memulai. Oleh karena itu, mereka memerlukan pendidikan entrepreneurship yang dapat mengakar di benak mereka.

Terakhir, bekerja di perusahaan atau sebuah lembaga memang hal yang baik. Namun, dapat membangun usaha sendiri dan mampu membuka lapangan kerja bagi orang lain merupakan hal yang mulia.

***

*)Oleh: Wildan Pradistya Putra, Pendidikan di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES