Kopi TIMES

Hari Ini KOPRI Berjaya, Hari Esok PMII akan Sempurna

Selasa, 30 Maret 2021 - 03:01 | 99.43k
Faruq Bytheway, Kader PMII Kota Malang.
Faruq Bytheway, Kader PMII Kota Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Pada tahun 1967, lahir sebuah kelembagaan dalam struktural Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yaitu bernama Koprs Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Puteri (KOPRI) pada kongres III PMII di Malang, Jawa Timur.

Lembaga baru ini dibuat dengan niat tulus untuk mewadahi aspirasi kader PMII puteri yang cukup dipertaruhkan dalam segi loyalitas maupun totalitasnya untuk satu tujuan: mengembangkan kader PMII puteri dan menjawab tantangan zaman. Termasuk turut andil dalam berperang menanggapi isu-isu feminisme dan pertempuran melawan wacana-wacana miring yang berpotensi mendiskreditkan atau mendiskriminasi perempuan.

Dalam sejarahnya, KOPRI tidak semerta-merta berdiri kokoh (baca: sejarah KOPRI), namun banyak guncangan untuk tetap berpendirian teguh dan menjadi kelembagaan perempuan yang tangguh.

Seperti apa yang kita dengar dari petuah kuno terdahulu, “telur yang menetas dari dalam akan menuai kehidupan baru, namun telur yang menetas dari luar maka tunggu ajal kematiannya”. Kecamuk yang terjadi tidak lain muncul dari sikap pro dan kontra kader PMII terkait keberadaan KOPRI.

Di satu sisi banyak yang mempertanyakan “Kenapa harus ada wadah dalam wadah?” yang mengartikan untuk apa diperlukan lembaga lain lagi, sedangkan ada wadah yang tidak kita pergunakan sebaik mungkin (yaitu PMII). 

Tapi wacana demikian tidak pernah meredupkan semangat kader PMII yang pro atas keberadaan lembaga KOPRI, mereka terus berjuang mempertahankan lembaga tersebut dengan sebuah gerakan yang masif dan salah satu buktinya, KOPRI selalu menyosialisasikan tentang buruknya para pelaku pergaulan bebas yang terjadi pada masa orde baru (baca: dilarang gondrong), dimana perempuan yang usianya masih remaja menjadi korban atas perbuatan yang tidak senonoh tersebut.

Bagi pihak yang pro atas keberadaan KOPRI, kader perempuan yang berada di PMII harus memiliki wadah khusus untuk konsisten mengkaji dan menggerakkan kader PMII puteri dalam menangani isu-isu tentang keperempuanan. Hal ini cukup logis sekali, sebab mereka selalu mengaca, organisasi kemahasiswaan yang lain memiliki lembaga yang khusus untuk menaungi kader perempuannya.

Bisa kita lihat, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan Koprs HMI Watinya atau KOHATI, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dengan Sarinahnya dan masih banyak organisasi kemahasiswaan lain yang memiliki lembaga khusus untuk menaungi kader puterinya. 

Maka dirasa perlu PMII memiliki lembaga khusus yang menaungi kader puteri untuk fokus mengkaji isu-isu keperempuanan yang beredar pada saat itu. Sebab tidak hanya apa yang telah disampaikan diatas, kader PMII puteri tidak cukup jika hanya diberi wadah sebuah biro (misalnya; biro pemberdayaan keperempuanan). Namun harus ada lembaga lain dan masih berada dinaungan PMII, hal tersebut agar tidak terkooptasi oleh struktural yang ada di PMII namun masih tetap berada di naungan PMII itu sendiri.

Oleh karena itu terbentuklah Badan Semi Otonom (BSO) KOPRI yang dinilai cukup untuk mewadahi kader perempuan yang ada di PMII dan tidak berbeda arah dengan apa yang dicita-citakan oleh PMII. Namun fokus KOPRI tetap pada pengembangan kader PMII puteri serta mampu menjawab isu global yang menindas hak-hak dan kewajiban perempuan. 

Apakah ujian, halangan, cobaan, rintangan BSO KOPRI cukup sampai disitu? Tentu saja tidak. 

Frontalitas kader PMII puteri bersama kelembagaan keperempuanan yang lain terus marak dan gencar melakukan advokasi terkait pengaturan jam kerja buruh wanita yang tidak layak, dan upah buruh wanita yang sangat minim terus mereka dampingi secara total. Namun dampak dari hal tersebut mengakibatkan mereka lupa atas peraturan organisasi. Bahwa BSO KOPRI perlu melakukan laporan pertanggungjawabanya selama satu periode.

Dan hasilnya, mereka tidak mampu menunaikan kewajiban tersebut, karena disatu sisi mereka fokus dengan isu yang sedang di advokasi dan di sisi yang lain mereka memiliki perbedaan pandangan dengan kader PMII yang lain. Maka puncaknya selama 15 tahun BSO KOPRI fakum (terhitung dari tahun 1973-1988).

Pemfakuman tersebut tidak hanya dilandasi dengan polemik yang terjadi di internal PMII itu sendiri, melainkan banyak dugaan bahwa KOPRI di basis komisariat dan cabang tidak pernah bahkan acuh tak acuh terhadap agenda dan program kerja bersama. Hal ini yang kemudian menjadikan BSO KOPRI fakum selama itu.

“Habis gelap terbitlah terang”, maka secara bertahap mulai dari tahun 1988 kader PMII puteri mulai melakukan perkumpulan-perkumpulan, membangun basis secara fundamental, melakukan evaluasi agar pil pahit atas kefakuman dan penghapusan tidak dirasakan kembali. Dari gerakan secara bertahap serta dinamis, puncaknya BSO KOPRI diresmikan kembali pada kongres XIII PMII di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, 16-21 April 2003.

Dan disinilah kesadaran itu menuai titik temu, bahwa PMII akan selalu menampung kader puteri dengan semaksimal mungkin dan KOPRI tetaplah ada di PMII itu sendiri. Dengan paham dan gerakan yang sema, maka perlu kiranya PMII secara lingkup nasional akan selalu menggaungkan isu-isu global, isu-isu nasional seperti misalnya industri—digital, perdamaian dunia, mitigasi bencana, kemaritiman dan lain sebagainya.

Dengan hal itu BSO KOPRI memiliki tugas yang lebih spesifik, menangangi isu-isu yang menyentuh pada perempuan itu sendiiri, seperti misalnya isu feminisme, dan pelecehan terhadap perempuan.

PMII dan BSO KOPRI harus tetap bersinergi bila ada berbagai polemik yang mengancam kelembagaan PMII. PMII dan KOPRI harus selalu bersinergi, simbisosis-mutualisme, sebab jika BSO KOPRI jaya, maka PMII pun akan sempurna.

***

*) Oleh: Faruq Bytheway, Kader PMII Kota Malang; Penyair, aktivis, sastrawan asal Madura; Penulis Buku Nanti Ketika Di Malang (2021), anggota komunitas penulis muda malam reboan Kota Malang. Finalis Lomba Cipta Puisi (LCPN) 2018 dengan judul Puisi; Gua gua kecil.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES