Peristiwa Internasional

Situasi di Myanmar Makin Runyam

Jumat, 26 Maret 2021 - 07:36 | 34.46k
Aksi demo senyap oleh rakyat Myanmar, dan para Pejuang Kemerdekaan Kachin tahun 2013. (FOTO:Liputan.6/AFP/The Irrawaddy).
Aksi demo senyap oleh rakyat Myanmar, dan para Pejuang Kemerdekaan Kachin tahun 2013. (FOTO:Liputan.6/AFP/The Irrawaddy).

TIMESINDONESIA, JAKARTAMyanmar semakin runyam sejak kudeta militer 1 Februari 2021 lalu, setiap hari rakyatnya terus memberontak yang ingin pemerintahan dikembalikan secara demokratis, kini sejumlah kelompok etnis bersenjata mulai bangkit bersama rakyat melawan rezim militer.

Rakyat Myanmar yang lari ke hutan karena kebiadaban pasukan keamanan, kini juga sedang berjuang keras melakukan latihan dasar peperangan.

Dilansir Merdeka.com mengutip The New York Times, Rabu (24/3/2021), mereka termasuk sejumlah mahasiswa, aktivis, dan pekerja kantoran. Di dalam hutan mereka berlatih bagaimana mengokang bedil, menarik jarum granat, dan memasang bom api.

Mereka meyakini melawan balik adalah satu-satunya cara untuk mengalahkan pasukan bersenjata yang dinilai paling kejam di dunia itu.

"Kita harus menyerang balik mereka.Ini kedengaran agresif, tapi saya percaya kita harus mempertahankan diri kita sendiri," kata salah seorang diantara mereka tanpa bersedia menyebutkan identitasnya.

Sementara itu, The Irrawaddy melaporkan, Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA), sebuah kelompok etnis bersenjata besar yang berbasis di Negara Bagian Kachin, telah menduduki bukit penting yang strategis di Distrik Bhamo yang dikuasai oleh militer Myanmar.

Petugas informasi KIA Kolonel Naw Bu mengatakan, Batalyon 30 KIA telah menyerang pos terdepan militer Myanmar di Bukit Alaw pada hari Rabu pukul 5 sore dan telah menguasai bukit tersebut sekitar pukul 4 pagi pada hari Kamis.

"Bukit Alaw relatif dekat dengan perbatasan China. Dari segi militer relatif strategis. Pasukan Inggris dikerahkan di sana selama Perang Dunia II. Laporan bahwa kami telah menduduki tiga pos terdepan tidak benar. Selebihnya hanya sekelompok penjaga yang menjaga pos terdepan," kata Naw Bu.

Myanmar-2.jpg

Ia mengatakan, serangan itu dilakukan sebagai pembalasan atas serangan militer di pos terdepan KIA dekat Laiza, yang berada di bawah kendali markas KIA, katanya.

"Pasukan rezim militer menembaki pos kami di Bukit Hpalap, dekat Laiza dengan artileri sepanjang malam pada tanggal 22 Maret. Mereka menembak lagi ke Batalyon 3 di Sadone keesokan harinya. Mereka telah melakukan penyerangan selama dua hingga tiga hari," ujarnya.

“Peluru artileri mereka jatuh di barak kami. Yang lebih buruk, peluru artileri juga jatuh di kamp Hkau Sau [di perbatasan China] dan di wilayah China," tambah Naw Bu.

KIA mengklaim bahwa dua peluru artileri jatuh di wilayah China pada hari Selasa. Militer Myanmar belum memberikan komentar.

“Kami mendengar suara tembakan sampai Rabu malam. Tapi semuanya baik-baik saja di kota. Semua orang aman, ”kata seorang warga Laiza.

Menanggapi ketegangan yang meningkat, penduduk di kamp pengungsian Weichyai menggali tempat perlindungan bom bulan ini.

Militer dan KIA sedang dalam proses merundingkan gencatan senjata sebelum kudeta 1 Februari. Kelompok bersenjata Kachin meminta Komando Utara militer untuk tidak membahayakan pengunjuk rasa Kachin yang menentang rezim militer.

Dua warga sipil ditembak mati dalam tindakan keras oleh pasukan keamanan terhadap pengunjuk rasa anti-rezim di ibukota Negara Bagian Kachin, Myitkyina, pada 8 Maret. Seorang pengunjuk rasa ketiga ditembak mati di Hpakant pada 14 Maret.

Tiga hari setelah pembunuhan Myitkyina, KIA menggerebek pos militer di pusat penambangan batu giok, Hpakant, dan menyerang pos militer lainnya di Kotapraja Injangyang pada 15 Maret.

Ketegangan militer di Myanmar juga meningkat di Negara Bagian Shan Utara antara kedua belah pihak. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES