Gaya Hidup

Dari Kota Batu, Batik Sumari Mendunia

Kamis, 25 Maret 2021 - 21:26 | 204.84k
Beberapa karya batik Sumari, warga Jl Arjuna Gang 3 RT 14 RW 3, Dusun Ngujung, Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji. (FOTO: Muhammad Dhani Rahman/ TIMES Indonesia)
Beberapa karya batik Sumari, warga Jl Arjuna Gang 3 RT 14 RW 3, Dusun Ngujung, Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji. (FOTO: Muhammad Dhani Rahman/ TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BATU – Dari Kota Batu Batik Sumari, Jl Arjuna Gang 3 RT 14, RW 3, Dusun Ngujung, Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji mendunia. Batik bermotif khas Kota Batu yang menggunakan pewarna berbahan dasar alam dicampur bahan kimia ini digemari warga Belanda, Jepang dan Perancis.

Selain corak warna batiknya yang menarik, batik ini dikenal karena menggunakan motif sayur dan buah seperti apel, strawberry menjadi ciri khas tersendiri bagi karya Sumari. Namun bukan hanya itu, Sumari juga menorehkan motif layang-layang, hewan seperti kupu-kupu dan monyet juga wayang.

batik-2.jpg

Sumari juga menggambar motif anak-anak pada batiknya, sehingga batiknya semakin digemari siapa saja bukan hanya pasar lokal namun juga internasional. Bahan pewarna alami yang dipergunakannya semakin membuat batik buatannya semakin indah.

Ia menggunakan bahan kimia, yang dicampurnya dengan menggunakan pewarna organik yang memanfaatkan bahan dari kulit apel, daun alpukat, daun teh, wortel hingga mawar. Hal ini dilakukan selain untuk menambah corak warna batik, pewarna alami ini akan membuat karyanya akan semakin awet dan menyehatkan pemakainya karena bisa menghilangkan faktor alergi akibat penggunaan pewarna kimia.

Kepada Times Indonesia, Sumari mengatakan tidak khawatir karyanya akan dibajak oleh orang lain. Malah ia mengatakan bangga bisa memberi motivasi bagi pembatik lainnya untuk terus berkarya. Karena baginya kreatifitas tidak bisa dibajak.

“Saya memulai membuat usaha ini sekitar tahun 2003, saya suka membuat motif khas Batu seperti apel dan bunga,” kata Sumari. Kemampuan membatiknya didapatkan dari pengalamannya membuat wayang kulit pada tahun 1996.

Dimana salah satu tuntutan membuat wayang kulit adalah menorehkan gambar pada wayang yang strukturnya sama dengan batik. Tidak hanya gambar, Sumari betul-betul menjaga kualitas batik buatannya.

Karena menggunakan pewarna organic, proses pewarnaan batiknya membutuhkan waktu yang cukup lama, berkisar tiga bulan dan tentu saja bergantung pada kerumitan motif yang dibuatnya. Lamanya proses perwarnaan ini, dikarenakan ia harus mengulang beberapa kali prosesnya, berbeda dengan perlakuan membuat batik dengan pewarna kimia.

batik-3.jpg

Harga batiknya pun bervariasi tergantung, bahan proses dan kualitas kain. Batik berukuran lebar 1,2 meter dengan panjang 2 meter dijualnya seharga Rp 100 ribu hingga Rp 50 juta. “Satu bulan saya bisa menghasilkan batik kurang lebih 200 lembar,” ujarnya.

Dalam kondisi Pandemi Covid, Sumari optimis Pasar Batik tetap mengedepan. “Ya mungkin harus sering diadakan pameran batik di Kota Batu, karena ke depan persaingan konsumen batik akan terjadi, harus kita tingkatkan kualitasnya,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Drs Arief As Siddiq MH mengatakan batik di Kota Batu terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Batik Sumari adalah satu satu wujud aktualisasi karya pembatik di Kota Batu yang tidak hanya bisa diterima pasar lokal saja, namun bisa tembus internasional.

Disparta Kota Batu sudah menyiapkan serangkaian program terbaik untuk melakukan pembinaan pembatik.

“Kita punya program massif, mulai dari pengembangan, pemberdayaaan, pelatihan, lomba, dan sudah  disampaikan ke pimpinan, kita akan membentuk Asosiasi Batik Kota Batu, ke depan mereka sudah beraktualisasi di Asosiasi Batik, membuat program, melalui lembaga mulai dari edukasi hingga pasar,” ujarnya. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES