Kuliner

Musim Hujan Sebabkan Rasa Durian Banyuwangi Tak Semanis Dulu

Rabu, 24 Maret 2021 - 14:09 | 120.19k
Buah durian dari Banyuwangi. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)
Buah durian dari Banyuwangi. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Curah hujan tinggi menyebabkan kelangkaan buah durian di Banyuwangi. Jika berbuah, rasanya pun berubah. Hampir merata, rasa durian yang dipanen di Banyuwangi saat ini tidak semanis dulu.

Tidak hanya rasanya yang berubah, harganya pun cenderung lebih mahal. Dibandingkan harga biasanya saat panen raya yang bertepatan bukan di musim penghujan.

Penelusuran TIMES Indonesia di dua kecamatan di Banyuwangi utara dan barat, rasa durian di musim penghujan ini tidak cukup jauh berbeda. Selain kurang manis, beberapa buah durian bahkan tidak ada rasanya sama sekali.

Durian Banyuwangi 1

Jika dilihat dari kalender, pada bulan Februari hingga April merupakan jadwal panen raya durian di Banyuwangi. Namun dengan kondisi cuaca saat ini, dapat dikatakan bahwa sejumlah petani durian di Banyuwangi mengalami gagal panen.

"Gagal panen mas. Hujannya terus-terusan gak berhenti sejak awal tahun kemarin. Akibatnya puluhan pohon durian enggak berbuah. Biasanya bulan 2 sampai bulan 4 saatnya panen," kata Yanto, salah satu pemilik pohon durian di Desa Jambewangi, Banyuwangi wilayah barat, Rabu (24/3/2021).

Menurut Yanto, tingginya curah hujan menyebabkan bunga durian berguguran. Meski ada beberapa bunga yang tumbuh menjadi buah, namun karena hal serupa durian-durian muda tersebut rontok.

"Bunganya itu gugur kalau kena hujan. Ya ada yang sampai jadi durian, cuman belum sampai tua sudah rontok. Ambrol semua buah-buahnya," katanya.

Durian Banyuwangi 2

Yanto menyebutkan, dari 3 hektar lahan durian miliknya, hanya belasan buah saja yang selamat hingga bisa dipanen. Namun, durian tersebut memiliki daging buah berwarna putih pucat. Rasanya pun tidak karu-karuan alias hambar tidak berasa.

"Ya adalah beberapa yang sampai tua. Cuman ya gitu, hambar. Rasanya nggak ada, kadang separuhnya jelek atau busuk," jelasnya.

Hal senada dikeluhkan oleh tengkulak durian asal Desa Pesucen, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi wilayah utara. Sholik (40), mengeluhkan pada musim panen saat ini pundi-pundi rupiahnya berkurang sangat drastis.

Dari keuntungan jutaan rupiah per bulan, kini anjlok menjadi puluhan ribu saja per bulan. Bahkan untuk mengais nafkah dari berjualan durian ini, diakuinya cukup sulit. Selain itu, Sholik mengaku jika dulu dirinya bisa menjual ratusan buah durian sehari, untuk saat ini hanya beberapa biji saja.

"Dulu, keuntungannya saja dari jualan durian sampai jutaan sebulan. Sekarang, bisa dapat seratus ribu saja sudah syukur. Musim kayak gini nyari durian susah, kemana-mana pada rontok pohonnya," ungkap Sholik.

Namun demikian, Sholik tetap bersikukuh untuk berjualan. Hal ini dilakoninya meskipun kadang dirinya harus terpaksa merugi.

"Saya sudah jualan durian sejak 2002 lalu. Ya mau bagaimana lagi, mending ada pemasukan meski sedikit. Daripada diam saja. Namanya juga usaha, kadang berhasil kadang tidak," katanya.

Soal harga, diakui Sholik memang lebih mahal. Dari petani saja, dia mengambil di harga Rp30 ribu untuk ukuran durian sebesar kepala bayi.

"Durian langka, apalagi yang manis. Harganya mahal juga. Ambil dari petani saja Rp30 ribu yang kecil. Agak besar sekitar Rp 50 ribu. Kalau dijual, ya lebih dari itu pastinya," kata salah satu penjual durian di Banyuwangi tersebut. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES