Gaya Hidup

Komunitas Tirai Psikologi Kupas Masalah Depresi Remaja

Rabu, 24 Maret 2021 - 10:10 | 77.17k
Suasana acara Cerita Yuk yang diselenggarakan oleh Komunitas Tirai Psikologi. (FOTO: Tirai Psikologi for TIMES Indonesia)
Suasana acara Cerita Yuk yang diselenggarakan oleh Komunitas Tirai Psikologi. (FOTO: Tirai Psikologi for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTAKomunitas Tirai Psikologi menaruh perhatian serius terhadap masalah depresi. Depresi menjadi isu kesehatan mental di seluruh dunia. Apalagi, di tengah masa pandemi Covid-19 di Indonesia banyak yang mengalami depresi terutama di kalangan remaja.

Nah, munculnya depresi tentu tidak dapat dilepaskan dari adanya informasi tentang Covid-19 yang membuat panik dan berita bohong yang bersebaran di mana-mana melalui media sosial (medsos).

Depresi juga timbul karena adanya kebijakan pembatasan sosial. Kebiasaan baru yang harus dijadikan rutinitas juga dapat menjadi faktor pemicu munculnya depresi. Melihat adanya peningkatan kasus depresi dan meningginya awareness terhadap kesehatan mental. Tirai Psikologi menyelenggarakan webinar dan sharing.

Dalam sesi ini, panitia menghadirkan psikolog Arie G. Nandjaya, S. Psi. Psikolog ini yang akan memaparkan depresi perspektif psikologi. Penyelenggara juga menghadirkan Agustina Tri Kinasih SP yang merupakan mental health enthusiast. Acara dipandu oleh Laksimoworo Kaniraras sebagai pemandu acara. Acara ini turut didukung oleh TIMES Indonesia.

“Depresi ditandai oleh adanya perubahan tingkah laku dan terpengaruhnya aktivitas sehari-hari. Depresi tergolong invisible disease yang penderitanya tidak langsung menyadari apa yang dialaminya. Kalau orang pilek, kan, dia tahu kalau hidungnya tersumbat dan harus melakukan apa (minum teh, minum obat warung, atau yang lainnya). Berbeda dengan depresi yang bahkan kehadirannya saja belum tentu terdeteksi,” kata Arie.

Cerita Yuk 1

Arie menambahkan, depresi bisa menimpa siapa saja, tak terkecuali remaja atau mahasiswa yang masih berfokus pada pendidikan. Pemicu depresi bisa berasal dari mana saja dan dapat disebabkan oleh siapa saja.

“Orang yang depresi biasanya cenderung menarik diri dari kegiatannya sehari-hari, dari lingkungan pertemanannya. Namun, orang yang menarik diri dari dan memutuskan untuk menghabiskan waktu sendiri belum tentu mengalami depresi. Bisa saja dia memang butuh waktu sendiri atau menyadari bahwa dia sudah dewasa dan tidak perlu selalu menceritakan semuanya kepada teman-temannya,” ungkap Mas Arie.

Nah, untuk menangani depresi dapat ditangani lagi oleh diri sendiri dan bantuan orang terdekat. Namun, akan lebih baik apabila menghubungi psikolog. Terkadang, seseorang yang mengalami depresi kemudian bercerita dengan teman dekannya akan mendapatkan tanggapan kurang tepat bahkan sinis. Semisal, tanggapan dengan narasi, “Lo masih mending, lah gue….” yang tentu saja narasi tersebut tidak menyelesaikan masalah.

“Tapi, ketika berkonsultasi dengan psikolog, psikolog tidak bisa langsung mendiagnosis kliennya mengidap penyakit apa. Diperlukan wawancara, pengisian kuisioner, dan sesi konseling mendalam sebelum ada diagnosis yang tepat. Psikolog saja yang sudah menempuh pendidikan lama perlu rangkaian yang sedemikian panjang untuk mendiagnosis klien, apalagi orang awam? Oleh sebab itu, diharapkan tidak ada lagi yang self-diagnose karena justru berbahaya. Kalau belum bisa berkonsultasi karena masalah biaya, bisa coba dulu yang online dan gratis. Sudah cukup banyak sekarang ini,” jelas Mas Arie.

Depresi merupakan isu yang harus dilihat secara serius dan tidak boleh dipandang sebelah mata. Dalam acara Cerita Yuk! dan berbagai acara lainnya, tingkat depresi bisa berkurang dan ada semakin banyak orang yang terbantu dalam mengatasi masalah depresi mereka.

Tirai Psikologi adalah startup yang berdiri pada tahun 2020. Selama kurang lebih setahun, Tirai Psikologi sudah lima kali menyelenggarakan acara bincang-bincang dengan beragam topik. Acara bertajuk Cerita Yuk! merupakan acara daring yang menyediakan tempat bagi para pesertanya untuk bercerita secara anonim dengan mengisi borang daring setelah mendengarkan pemaparan materi terlebih dahulu.

Pada Maret ini, Cerita Yuk! 5.0 yang diselenggarakan dua kali mengangkat tema “Bersanding dengan Depresi”. Depresi memang invisible disease yang kehadirannya tidak disadari namun bukan berarti tidak bisa dilawan sama sekali. Dalam acara ini peserta juga dapat bercerita berbagai masalah yang sedang dialaminya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES