Peristiwa Internasional

Suami Istri Warga Australia Ditahan Junta Militer Myanmar, Ada Apa?

Senin, 22 Maret 2021 - 17:38 | 22.68k
Matthew O'Kane (kiri) dan Christa Avery (kanan). (FOTO:The Irrawaddy/Facebook)
Matthew O'Kane (kiri) dan Christa Avery (kanan). (FOTO:The Irrawaddy/Facebook)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sepasang suami istri warga Australia ditahan junta militer Myanmar setelah dicegah naik penerbangan bantuan dari Yangon Jumat (19/3/2021) lalu.

Menurut Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia, suami dan istri itu adalah  konsultan pembangunan pertanian dan dilaporkan kini ditempatkan dalam tahanan rumah.

Matthew O'Kane dan Christa Avery, yang menjalankan perusahaan konsultan bisnis AOK Co. Ltd di Yangon, seperti dilansir The Irrawaddy adalah teman Profesor Sean Turnell, yang telah ditahan lebih dulu oleh rezim militer seminggu setelah kudeta 1 Februari lalu.

Seperti diketahui, Turnell adalah salah satu penasihat ekonomi teratas bagi Penasihat Negara yang digulingkan, Daw Aung San Suu Kyi. Dia kemudian dituduh oleh junta mencoba melarikan diri dari Myanmar dengan mengantongi informasi rahasia keuangan.

Rezim militer Myanmar masih terus melanjutkan dengan tindakan keras mematikan mereka terhadap pengunjuk rasa anti-kudeta di seluruh negeri.

Pemerintah Australia pada hari Jumat menyarankan warganya di Myanmar untuk kembali ke rumah jika mereka tidak perlu berada di negara itu.

Menurut catatan pendaftaran Direktorat Investasi dan Administrasi Perusahaan Badan Investasi Myanmar, O'Kane dan Avery telah menjalankan AOK Co. Ltd selama lebih dari sepuluh tahun.

Perusahaan yang mereka jalankan adalah melayani pengembangan proyek dan konsultasi komersial.

Menurut profil LinkedIn-nya, Avery, yang merupakan warga negara ganda Kanada-Australia, sudah lebih dari satu dekade menjalankan manajemen di lapangan di Myanmar.

Dia telah membantu perusahaan dari berbagai sektor membangun operasi yang sukses di pasar negara berkembang dan juga merupakan pendiri blog www.myanmarnaturally.com untuk investasi perusahaan sosial.

Pasangan itu menerima bantuan dari Kedutaan Besar Australia di Yangon, menurut media Australia.

Jurnalis Polandia Robert Bociaga, yang bekerja untuk Kantor Pers Jerman, juga ditahan oleh junta setelah ditangkap saat meliput protes anti-rezim di Taunggyi, ibu kota Negara Bagian Shan.

Lebih dari 250 warga sipil telah dibunuh oleh rezim militer Myanmar selama penumpasan terhadap unjukrasa pro-demokrasi yang damai. Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), sebanyak 2.290 orang telah ditahan oleh militer.

Kini depasang suami istri warga Australia juga telah ditahan junta militer Myanmar setelah dicegah naik penerbangan bantuan dari Yangon Jumat (19/3/2021) lalu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES