Peristiwa Internasional

Siswa SMA dan Ibu-ibu Penonton Demonstrasi Juga Ditembak Mati di Myanmar

Minggu, 21 Maret 2021 - 09:26 | 43.18k
Para pengunjuk rasa di Nyaung-U, Myanmar berpartisipasi dalam tiruan tenggelam sebagai sinyal kepada dunia bahwa negara mereka perlu diselamatkan. (FOTO: Reuters)
Para pengunjuk rasa di Nyaung-U, Myanmar berpartisipasi dalam tiruan tenggelam sebagai sinyal kepada dunia bahwa negara mereka perlu diselamatkan. (FOTO: Reuters)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kekejaman junta militer Myanmar terhadap rakyatnya sendiri makin menjadi-jadi, Sabtu (21/3/2021). Seorang pelajar SMA dan seorang ibu yang sedang nonton demo ditembak mati.

Jumlah perampasan nyawa yang dilakukan junta militer Myanmar terus meningkat, dan sampai kini sudah 238 orang meninggal setelah polisi dan tentara membidik mereka dengan peluru tajam di bagian kepala dan dada.

Operasi yang dilakukan polisi bersama tentara Myanmar juga tidak pandang waktu. Mereka memberlakukan pola peperangan. Kematian pelajar SMA dan seorang ibu itu adalah dua dari tujuh hasil kekejaman junta militer Myanmar yang dilaksanakan pada Jumat malam hingga Sabtu pagi dalam merenggut nyawa rakyat Myanmar.

Aung Kaung Htet, 15, meninggal dunia ditembak di bagian pipi hingga tembus lehernya setelah pasukan keamanan yang terdiri dari polisi dan tentara menyerbu daerahnya Kotapraja Thaketa Yangon pada saat unjukrasa sudah bubar di daerah itu.

"Mereka memuntahkan peluru dengan membabi buta selama hampir 10 menit," kata seorang saksi mata kepada media The Irrawaddy.

Sebuah peluru menembus pipi Aung Kuang Htet hingga menjebol lehernya. Meski dilarikan ke rumah sakit, nyawa bocah itu tidak bisa diselamatkan. Ia menjadi salah satu martir termuda selama protes anti-rezim.

Beberapa jam sebelum siswa SMA itu tertembak, Ko Thet Paing Soe, 28, juga terbaring di genangan darahnya sendiri di Kyaukmyoung di Kotapraja Tamwe di Yangon setelah kepalanya terkena peluru dari pasukan keamanan.

Keluarganya dengan cepat memakamkannya beberapa jam setelah kematiannya, karena mereka takut polisi dan tentara akan datang untuk menyita mayatnya.

Ada modus yang dilakukan aparat keamanan Myanmar menyita mayat-mayat yang ditembak itu dalam beberapa kasus.

Di kota pedalaman Myanmar, Pakokku di Wilayah Magwe, Daw Malar Win, 39, keluar dari rumahnya hanya untuk melihat situasi ketika ia mendengar suara tembakan di lingkungannya, Jumat malam.

Namun polisi dan tentara yang sedang menyerbu orang-orang yang berdiri di pinggir jalan, menangkapnya, kemudian memukulinya

"Dia hanya nonton. Dia tidak bisa lari ketika tentara menyerbu ke jalan dan ia dipukuli. Dia berlutut dan memohon kepada mereka untuk tidak menangkapnya," kata seorang saksi mata kepada The Irrawaddy.

Tapi ibu tiga anak ini tetap dianiaya di bagian pahanya, dipukul kemudian diseret dibawa pergi. Keesokan harinya, Sabtu (20/3/2021) pagi, keluarganya tiba-tiba diminta untuk mengambil jenazahnya.

"Ada memar di wajahnya. Ternyata dia disiksa saat berada di tahanan," kata seorang anggota serikat mahasiswa yang membantu keluarga mengambil jenazahnya.

Pada malam yang sama di Yangon, Ko Kyaw Zwa dan Ko Myo Myint Aung, 27, sedang bertugas jaga lingkungan untuk memberi tahu penduduk jika terjadi penggerebekan malam oleh preman dan prajurit di Kotapraja Hlaing. Tentara dan polisi yang memang tiba di daerah itu  sekitar pukul 22:30 langsung mengumbar peluru.

"Ko Myo Myint Aung tertembak saat dia bergegas membantu Ko Kyaw Zwa yang dihantam di bagian kepalanya. Dia ditembak di bagian lengan. Namun dokter menyatakan peluru itu menembus paru-paru dan jantungnya," kata seorang anggota keluarga kepada The Irrawaddy.

Saluran Televisi Myawady milik militer mengatakan dua pria itu tewas ketika tentara dan polisi melepaskan tembakan peringatan di Kotapraja Hlaing hanya untuk menakut-nakuti mereka yang menyerang pasukan keamanan.

Di kota ruby ​​Myanmar, Moggok di Wilayah Mandalay, Ko Naing Lin Aung, 26 juga mengalami nasib yang sama ketika dia menjalankan tugas. Ia menjadi korban kekejaman junta militer yang main hakim sendiri pada Jumat malam.

Pada hari Sabtu di Bago, sebuah kota di utara Yangon, seorang pria ditembak mati setelah dipukul di kepala. Tiga orang terluka oleh tembakan pasukan keamanan.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada hari Sabtu mengutuk keras kekerasan brutal yang terus berlanjut oleh militer di Myanmar.

Dia mengatakan militer terus menentang seruan, termasuk oleh Dewan Keamanan, untuk mengakhiri pelanggaran hak asasi manusia dan kembali ke jalur demokrasi. Dia menambahkan, dibutuhkan tanggapan internasional yang tegas dan terpadu terhadap mereka.

Menanggapi tanggapan kebrutal militer Myanmar terhadap pengunjuk rasa, Presiden RI Jokowi dan Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin juga menyerukan pertemuan puncak khusus ASEAN untuk mengatasi situasi di negara anggota tersebut. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES