Kopi TIMES

Setahun COVID-19 di Jatim, Masif 3T dan Kolaborasi Pentahelix Jadi Andalan

Jumat, 19 Maret 2021 - 18:05 | 59.17k
 I Gede Alfian Septamiarsa, S.Sos, M.I.Kom, Pranata Humas Ahli Pertama; Biro Administrasi Pimpinan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur.
I Gede Alfian Septamiarsa, S.Sos, M.I.Kom, Pranata Humas Ahli Pertama; Biro Administrasi Pimpinan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur.

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Corona Virus Diseases 2019 atau yang dikenal sebagai COVID-19 pertama kali ditemukan di Jawa Timur (Jatim) pada tanggal 17 Maret 2020. Artinya sudah satu tahun COVID-19 telah merebak di Jatim.

Kasus pertama ditemukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya sebanyak 1 orang. Orang tersebut memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri. Pasien tersebut masuk dalam kondisi berat dan masuk di ICU RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 

Sejak ditemukannya kasus pertama, penyebaran COVID-19 semakin merebak di Jatim. Hal tersebut membuat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim bergerak cepat untuk menangani COVID-19.

Pemprov Jatim memperkuat kemampuan testing. Pada saat itu Institute of Tropical Disease (ITD) Kampus C Universitas Airlangga Surabaya yang masih memiliki satu-satunya kemampuan testing diagnostik PCR di Jatim. 

Sambil menunggu siap hasil diagnostik, Pemprov Jatim membuat self check-up melalui aplikasi ataupun website. Tujuannya agar masyarakat bisa mengakses infocovid-19 dengan cepat. Berdasarkan hasil pantauan Tim Satgas COVID-19 Provinsi Jatim, traffic yang diperoleh mencapai 5 juta. 

Tak hanya testing, Pemprov Jatim juga melakukan tracing yang massif. Apalagi tahun 2020 ditemukan klaster penyebaran COVID-19 yang cukup besar di Asrama Haji Sukolilo Surabaya. Dari situ, hampir menyebar di seluruh Jatim. 

Setelah dilakukan tracing, penyebaran pada klaster tersebut berhasil dihentikan. Dikarenakan kasus COVID-19 terus mengalami peningkatan, maka diputuskan untuk melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Surabaya Raya seperti Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik. Kemudian PSBB juga diikuti oleh Malang Raya. 

Pelaksanaan PSBB di Malang Raya saat itu mendapatkan hasil yang signifikan, sementara di Surabaya Raya masih cukup tinggi kenaikannya. Hingga akhirnya PSBB dihentikan pelaksanaannya pada Bulan Juni 2020. 

Setelah PSBB dihentikan, Jatim sempat menjadi Provinsi dengan jumlah kasus positit COVID-19 di tingkat nasional. Hal ini memacu Pemprov Jatim beserta pemerintah kabupaten/kota se-Jatim, Forkopimda Jatim melakukan upaya yang memassifkan upaya testing, tracing, dan treatment atau dikenal 3T. 

Untuk memperkuat 3T tersebut, Pemprov Jatim membuat Peraturan Daerah (Perda) untuk pengetatan protokol kesehatan. Sekitar Bulan Agustus atau September 2020, Perda tersebut disahkan oleh DPRD Jatim dan mulai diterapkan di Jatim.

Dampaknya, pada Bulan Oktober 2020, Jatim menjadi provinsi yang dinilai berhasil karena 62 persen sudah menjadi zona kuning dalam penyebaran COVID-19. Kasus COVID-19 sudah turun, bahkan Bed of Ratio (BOR) saat itu mencapai 25-30 persen. 

Namun pada akhir tahun 2020 hingga awal Januari 2021, Jatim sempat kembali mengalami peningkatan kembali kasus COVID-19. Hal tersebut menimbulkan 8 zona merah di Jatim. 

Untuk mencegah semakin merebaknya kasus COVID-19, Pemprov Jatim gerak cepat menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Tahap I, II. Hingga PPKM Mikro Tahap I dan II.

Rumah sakit yang sebelumnya penuh pasca libur panjang di awal Tahun Baru, BORnya mencapai 79 persen. Sekarang ini BOR sudah mencapai 35 persen. Sementara BOR ICU sebelum PPKM mencapai 73 persen, turun menjadi 52 persen. 

Berdasarkan informasi Satgas COVID-19 Provinsi Jatim, status COVID-19 di Jatim per 17 Maret 2021 pukul 16.00, terdapat 321 kasus konfirmasi positif baru dan 341 kasus konfirmasi sembuh dengan jumlah pasien dirawat 2.189 orang dari total kumulatif 135.464 orang (1,62 persen). Angka kesembuhan di Jatim sebesar 91,33 persen, dan angka kematian sebesar 7,05 persen.

Setelah dilaksanakannya PPKM Mikro disertai dengan Kampung Tangguh Semeru yang sangat aktif di tingkat grass root membuat penanganan Covid-19 cukup terkendali di Jatim.

Selain massifnya 3T, Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa beserta jajarannya di lingkungan Pemprov Jatim terus melakukan penguatan kolaborasi Pentahelix dalam melakukan penanganan pandemi COVID-19.

Sebagaimana diketahui, Pentahelix adalah kolaborasi pembangunan yang melibatkan 5 unsur, yakni pemerintah, masyarakat, pengusaha, akademisi, dan media. 

Menurut Khofifah, kesuksesan proses menangani bencana, termasuk pandemi ini adalah bencana non alam, adalah dengan pendekatan pentahelix. Bagaimana kampus, media, masyarakat, private sector dan juga pemerintah melakukan kerjasama agar semua nyekrup dalam satu langkah penanggulangan bencana

Sehingga kolaborasi Pentahelix ini menjadi kunci sukses Jatim dalam mengendalikan penyebaran virus yang pertama kali muncul di Kota Wuhan, Cina, itu.

Massifnya 3T disertai dengan kolaborasi Pentahelix yang kuat di Jatim ini dinilai cukup berhasil dalam penanganan COVID-19. 

Menurut laman birohumas.jatimprov.go.id, dipaparkan data aplikasi Bersatu Lawan Covid-19, kasus diperiksa di Jatim dalam satu minggu sudah mencapai 45.045, angka ini sudah di atas standar WHO yakni 1 tes tiap 1000 penduduk per minggu atau setara dengan 40.479 tes PCR/minggu. Dengan demikian, target testing PCR di Jatim sesuai sudah tercapai 111 persen dari standar WHO.

Sementara itu, dari 45 ribu kasus tersebut ditemukan kasus positif per minggu jumlahnya 2.694, artinya positivity rate  sudah mencapai angka 6 persen. Dan standar dari WHO positivity rate yang ideal adalah 5 persen. Padahal, sebelum pemberlakuan PPKM maupun PPKM Mikro positivity rate di Jatim berada di angka 20 persen.

"Alhamdulillah per minggu ini, positivity rate di Jatim mencapai 6 persen. Ini merupakan prestasi  dan kerja keras serta kerja sama semua elemen yang sangat baik, karena ini menunjukkan pemerintah terus konsisten meningkatkan testing dan hasilnya dengan jumlah testing yang sesuai standar WHO ini, kasus harian maupun keterisian rumah sakit mulai menurun," ungkap Khofifah di Gedung Grahadi, Surabaya, Minggu (14/3/2021). (birohumas.jatimprov.go.id).

Pemprov Jatim melalui tim Satgas Covid-19 terus memonitor positivity rate di Jatim. Ini penting, karena positivity rate menunjukkan apakah testing di Jatim sudah memenuhi standar dan  kasus-kasus yang tersembunyi di masyarakat  bisa ditemukan dengan baik.

Karenanya, keberhasilan ini menjadi catatan dan bisa menjadi motivasi untuk masyarakat, pemerintah provinsi maupun aparat untuk terus konsisten mengawal penurunan kasus di Jawa Timur. Termasuk dengan tetap konsisten menerapkan protokol kesehatan.

Pencapaian ini merupakan prestasi, namun seluruh masyarakat harus tetap waspada dan konsisten menerapkan protokol kesehatan. Terus memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan hanya keluar rumah untuk urusan yang penting.

***

*) Oleh: I Gede Alfian Septamiarsa, S.Sos, M.I.Kom, Pranata Humas Ahli Pertama; Biro Administrasi Pimpinan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES