Wisata

Memanjakan Mata di Taman Kincir Angin Tasikmalaya

Kamis, 11 Maret 2021 - 23:42 | 110.74k
Warna-warni kincir angin kecil berbahan fiber plastik dibentuk beberapa formasi yang menjadi spot foto instagramable di Taman Kincir Angin di Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. (Foto: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
Warna-warni kincir angin kecil berbahan fiber plastik dibentuk beberapa formasi yang menjadi spot foto instagramable di Taman Kincir Angin di Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. (Foto: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Jauh dari kebisingan suara kendaraan, terdengar suara ribuan kincir angin yang menimbulkan suara menderit-derit. Hambusan angin meniup kincir-kincir kecil yang dipasang dengan membentuk beragam formasi di Taman Kincir Angin Kampung Ciweduk, Desa Sukasetia, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. 

Kawasan wisata seluas 5 hektare milik H Endang Supratman itu kini menjadi buruan para pelancong lokal bahkan dari luar kota. Selain menyuguhkan kesejukan udara dan keindahan pemandangan berwarna hijau, tempat instagramble itu juga dilengkapi beberapa fasilitas.

Di sana tersedia juga fasilitas kolam renang, flying fox, kedai kopi, resto, dua villa, dan camping ground yang mampu menampung 1.000 orang wisatawan. Manajemen Taman Kincir Angin sengaja membuat sejumlah spot foto yang menarik dari barisan kincir berwarna-warni yang dibentuk menjadi beberapa formasi, dari bentuk hati hingga yang berjejer menyerupai barikade.

Kincir-kincir berdiameter sekitar 20 sentimeter itu terbuat dari bahan plastik fiber. Total yang terpasang mencapai 1.500 kincir yang disangga sebatang bambu sebesar kelingking. Manajer pengelola Taman Kincir Angin, Asep Jhoni Irwansyah menyebut kincir-kincir kecil itu sengaja dibuat oleh perajin di Kabupaten Garut.

Warna warni kincir angin aTati Suhaeti mendampingi putranya Yandi yang sebelumnya berlari-lari mengitari Taman Kincir Angin, di Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya. (Foto: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

Suasana resik Taman Kincir Angin membuat para pengunjung betah duduk-duduk hingga berjalan-jalan sambil berfoto. Bahkan anak-anak juga tak canggung berlarian mengitari kincir-kincir yang tak pernah berhenti berputar saat tertiup hembusan angin. Saat tak ada hembusan angin, kincir-kincir yang berhenti berputar ditiup dan diputar tangan-tangan kecil anak-anak yang takjub dengan banyaknya benda itu.

Seorang ibu terlihat melangkah sedikit tergesa, ia berusaha mengimbangi langkah putranya yang berlari-lari di tengah lorong Taman Kincir Angin. Sang Ibu yang belakangan diketahui bernama Tati Suhaeti itu sesekali berlari kecil mengejar putranya Yandi yang berusi delapan tahun.

"Awas De, larinya jangan kencang-kencang. Nanti jatuh," teriak Tati pada putranya yang tiba-tiba berhenti berlari-lari lalu asyik meniup-niup dan memutar-mutar kincir angin berwarna putih.

Tati bersama keluarga sengaja datang dari Cipasung, Singaparna, yang jaraknya sekitar 25 KM dari Taman Kincir Angin. Ia dan keluarga mengetahui keberadaan taman tersebut dari seorang temannya di pesantren.

Warna warni kincir angin bWarna-warni kincir angin kecil yang terbuat dari fiber plastik menjadi daya tarik sebagian besar pengunjung untuk berfoto bersama atau berswafoto di Taman Kincir Angin, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya. (Foto: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)

Manajer pengelola Taman Kincir Angin, Asep Jhoni Irwansyah mengungkapkan, kawasan wisata yang dikelolanya itu baru dibuka empat bulan lalu. Tempat itu sempat ditutup karena meningkatnya jumlah terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Tasikmalaya.

Lantaran beberapa pertimbangan dan adanya komitmen pengelola yang siap mengawasi pengunjung untuk menerapkan protokol kesehatan, tempat tersebut akhirnya dibuka. "Kalau weekend (akhir pekan) dikunjungi sekitar 400 sampai 500 pengunjung. Kami menyediakan fasilitas cuci tangan dan thermogun. Semua pengunjung yang akan memasuki area taman diperiksa," jelasnya kepada TIMES Indonesia, Kamis (11/3/2021).

Dalam kondisi tertentu kata Asep, taman juga bisa diberlakukan buka-tutup untuk menghindari kepadatan pengunjung. Di dalam taman juga para pengunjung diimbau untuk saling menjaga jarak dan tidak membuat kerumunan.

Di Taman Kincir Angin sebut Asep, ada beberapa lokasi yang menjadi idola sebagian besar pengunjung yakni taman kincir. Sebagian besar pengunjung dari kalangan anak muda, kerap menjadikan tempat tersebut menjadi obyek berfoto bersama atau berswafoto.

Pengelola juga menyediakan suvenir kincir angin berbahan fiber yang sengaja dijual di tengah-tengah taman dengan banderol Rp 10.000 setiap buahnya. Untuk memasuki taman tersebut, pengelola menarif tiket Rp 15.000 untuk orang dewasa dan Rp 10.000 untuk anak-anak.

Taman Kincir Angin bisa dijangkau dengan kendaraan roda empat dan roda dua. Jarak dari pusat Kota Tasikmalaya hanya sekitar 14 KM dengan waktu tempuh sekitar 25-30 menit perjalanan. Sayangnya, ke kawasan tersebut tidak ada kendaraan angkutan umum yang melintas di pintu masuk. Pengunjung yang menumpang angkutan umum mesti melanjutkan menumpang ojek dari jalan raya Sukahening. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES