Entertainment

Pergerakan Musik Underground di Kota Malang

Selasa, 09 Maret 2021 - 16:33 | 96.69k
Salah satu band legenda Kota Malang, No Man's Land saat perform dan bernyanyi bersama para penonton di Houtenhand, Kota Malang. (Foto: Dok. Gaharujabal/TIMES Indonesia)
Salah satu band legenda Kota Malang, No Man's Land saat perform dan bernyanyi bersama para penonton di Houtenhand, Kota Malang. (Foto: Dok. Gaharujabal/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANGKota Malang yang menjadi salah satu barometer pergerakan musik di Indonesia punya cerita menarik soal musik underground.

Berawal dari tahun 1996, pergerakan musik underground Kota Malang dimulai dari beberapa band yang sangat berpengaruh. Mulai dari No Man's Land, Rotten Corpse, Ritual Orchestra hingga Extreme Decay.

Salah satu founder toko musik Rekam Jaya yang juga sebagai pegiat musik, Hilman mengatakan, pergerakan musik underground di Kota Malang sendiri dari tahun 1996 lebih menonjolkan genre-genre cadas yang bergerak secara masif.

"Yang banyak itu genre Metal, Grindcore dan Deathmetal. Seputar musik cadas, termasuk juga Punk. Itu masih mendominasi di Kota Malang," ujar Hilman, Selasa (09/03/2021).

Pergerakan musik underground yang cukup cepat dalam penyebarannya ini, dikatakan Hilman, karena kekuatan jejaring para pegiat dan penikmat musik di Kota Malang yang sangat kuat.

"Kekuatannya dulu itu di jejaring. Sepengetahuan saya, jejaring mereka kuat dengan Kota Bandung. Jadi kalau acara dulu itu kan nyebutnya Parade Gigs ya, kalau di Malang bikin parade pasti ngundang band Bandung. Sama juga halnya kalau Bandung bikin parade pasti ngundang band Malang," ungkapnya.

Hilman menyebutkan, dulu venue (tempat) gelaran parade Gigs di Kota Malang sendiri sangatlah banyak dan bersejarah. "Kalau sejarah dulu itu banyak mas, pastinya yang paling kental adalah GOR Pulosari ya. Tapi ada juga KNPI, itu juga punya sejarah. Lalu di Sanan dan juga Gedung Pramuka," katanya.

Beranjak ke tahun 2000an, Hilman menjelaskan, perkembangan genre underground di Kota Malang sendiri semakin masif. "Tahun 2000an itu aksesnya sudah mulai mudah. Apalagi ada MTV juga kan. Jadi sangat berpengaruh banyak," paparnya.

Hilman menyebut seperti genre Grunge, Indie Pop, Hardcore, Ska hingga Alternative Rock muncul sekitar tahun 2000 an. "Itu sudah mulai banyak mas. Setiap generasi dan genre itu ada puncaknya masing-masing. Punya pergerakan yang masif dan sangat berpengaruh di Kota Malang, hingga ke seluruh Indonesia," ungkapnya.

Untuk venue sendiri dalam tahun 2000an hingga 2019, dikatakannya banyak venue kecil yang memiliki pengaruh besar. Seperti Backline hingga Houtenhand (saat ini sudah tutup).

Tak dipungkiri lagi bahwa Kota Malang sendiri dalam lingkup musik cadas/underground memiliki pengaruh besar di Indonesia. "Pasti sudah banyak yang dengar bahwa Malang sendiri menjadi barometer musik rock. Di luar sepakat atau enggak, emang itu bener," tegasnya.

Di Hari Musik Nasional yang diperingati hari ini, Senin (09/03/2021) Hilman sebagai pegiat musik di Kota Malang berharap ke depan agar Pandemi bisa segera usai dan ekosistem musik di Kota Malang pun bisa kembali pulih. "Harapan saya secara pendek saja ya seperti itu. Yang penting itu pinginnya ya biar musiknya bisa segera dirayakan kembali," ucapnya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES