Kopi TIMES

Perempuan dan Bangsa yang Besar

Selasa, 09 Maret 2021 - 08:16 | 62.30k
Nadhiroh, S.Sos.I, M.I.Kom, dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Mulia Astuti (STAIMAS) Wonogiri
Nadhiroh, S.Sos.I, M.I.Kom, dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Mulia Astuti (STAIMAS) Wonogiri

TIMESINDONESIA, WONOGIRIPerempuan atau wanita kerap disebut-sebut sebagai sosok yang lemah jika dibandingkan laki-laki. Secara fisik, pernyataan itu sebagian bisa saja benar. Namun, jika dikaji lebih lanjut, perempuan memiliki kekuatan yang besar. Potensi-potensi yang dimiliki perempuan Indonesia harus terus digali dan dimaksimalkan untuk kebaikan bersama.

Deretan tokoh-tokoh perempuan di Indonesia terus bermunculan sejak zaman sebelum kemerdekaan sampai sekarang. Beberapa pahlawan di antaranya Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, Dewi Sartika, RA Kartini dan Nyi Ageng Serang. Di bidang agama, nama-nama seperti Zakiah Daradjat, Luthfiah Sungkar dan Siti Ruhaini Dzuhayatin sudah familiar bagi sebagian masyarakat. Ibu negara dan deretan pejabat juga sudah tak asing lagi, seperti Raden Ayu Sri Hartinah (Bu Tien Soeharto), Mufidah Jusuf Kalla, Sinta Nuriyah, Sri Mulyani Indrawati dan I Gusti Ayu Bintang Darmawati. Masih banyak deretan perempuan-perempuan Indonesia yang memiliki kiprah sesuai bidang masing-masing baik sebagai pengusaha, politisi, olahragawan, seniman dan sebagainya.

Di Indonesia, kehadiran perempuan masih sangat memerlukan perlindungan dan dukungan dari berbagai pihak. Berdasarkan data dari https://komnasperempuan.go.id/, Catatan Tahunan (CATAHU) Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mencatat kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan yang diterima oleh berbagai lembaga masyarakat maupun institusi pemerintah yang tersebar di hampir semua Provinsi di Indonesia, serta pengaduan langsung yang diterima oleh Komnas Perempuan melalui Unit Pengaduan Rujukan (UPR) maupun melalui surel (email) resmi Komnas Perempuan, dalam kurun waktu satu tahun ke belakang.

Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang tahun 2020 sebesar 299.911 kasus. Data ini dihimpun dari 3 sumber yakni; dari PN/Pengadilan Agama sejumlah 291.677 kasus, dari Lembaga layanan mitra Komnas Perempuan sejumlah 8.234 kasus dan dari Unit Pelayanan dan Rujukan (UPR), satu unit yang sengaja dibentuk oleh Komnas Perempuan, untuk menerima pengaduan langsung korban, sebanyak 2.389 kasus, dengan catatan 2.134 kasus merupakan kasus berbasis gender dan 255 kasus di antaranya adalah kasus tidak berbasis gender atau memberikan informasi.

CATAHU Komnas Perempuan diluncurkan setiap tahun untuk memperingati Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret dan dimaksudkan untuk memaparkan gambaran umum tentang besaran dan bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan di Indonesia serta kapasitas lembaga pengada layanan bagi perempuan korban kekerasan. 

Agama dan Keberanian

Penulis meyakini agama apapun pasti mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran. Kehadiran agama sebagai penerang tentu memberikan perlindungan kepada seluruh umatnya. Peran tokoh-tokoh agama termasuk penyuluh agama memegang peranan penting di masyarakat tingkat bawah untuk menanamkan nilai-nilai agama saling mengasihi dan memberikan perlindungan kepada sesama.

Islam sebagai agama yang memiliki umat terbesar di Indonesia idealnya memberikan teladan nyata untuk memuliakan perempuan. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam diutus ke Bumi untuk memperbaiki akhlak dan salah satunya adalah mengangkat derajat wanita. Bahkan, di dalam Alquran ada salah satu surat yang mengkaji lebih dalam tentang wanita yaitu QS An-Nisa. Kedudukan wanita sangat dihormati dan mendapatkan perlakuan yang sederajat dengan laki-laki.

Perempuan dan laki-laki saling melengkapi. Tanpa bermaksud mengabaikan peran kaum Adam, Allah telah menganugerahkan kepada perempuan bisa mengandung dan menyusui. Begitu pentingnya peran perempuan, ada satu ungkapan yang ditujukan tentang perempuan, “Wanita adalah tiang negara. Jika baik wanitanya maka baiklah negaranya dan jika rusak wanitanya maka rusak pula negaranya”.

Perempuan juga disebut sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya. Perempuan memiliki peran yang sangat besar sebagai seorang pendidik. Saat hamil, baik disadari atau tidak, perempuan telah berperan menjadi pendidik. Kaum Hawa mempunyai peran besar untuk mencetak generasi-generasi yang unggul. Sebagai tiang negara, perempuan perlu mendapatkan perlindungan dari berbagai tindak kekerasan, memperoleh perlakuan yang sama untuk akses pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan sebagainya

Penulis meyakini banyak pihak baik pemerintah, swasta, organisasi agama, organisasi perempuan, dan sebagainya telah berupaya untuk terus mengangkat derajat wanita dan memberikan perlindungan. Namun, yang perlu menjadi renungan bersama, mengapa tingkat kekerasan masih tinggi? Ada apa sebenarnya dan apa yang perlu kita lakukan? Bagaimana kehadiran perempuan-perempuan bisa mengangkat bangsa ini menjadi bangsa yang besar?

Mengatasi persoalan kekerasan perempuan butuh sinergi bersama, saling mendukung, dan menguatkan. Pemerintah perlu terus memberikan terobosan-terobosan agar perempuan bisa berdaya apalagi di masa pandemi ini.  

Merujuk kepada tema Hari Perempuan Internasional tahun ini yaitu #ChooseToChallenge, maka kunci utama perubahan itu tidak terlepas dari tangan-tangan para perempuan itu sendiri. Kaum Hawa harus berupaya memperjuangkan masa depan yang lebih setara di berbagai lini kehidupan. Keberanian, kemandirian, dan tekad kuat harus tertanam di dalam diri masing-masing perempuan. Keinginan untuk bangkit harus tertanam hingga sanubari.

Disadari atau tidak, sebagian perempuan Indonesia terlenakan dengan tontonan tayangan-tayangan sinetron atau film yang banyak berisi khayalan-khayalan. Terkadang, dengan alasan mencari hiburan, mereka banyak meluangkan waktu untuk menonton sinetron atau film. Media memainkan peran penting untuk menstimulan para perempuan agar tidak terbuai oleh angan-angan kosong.

Peran media untuk menjadikan bangsa ini besar melalui perempuan harus benar-benar dimaksimalkan. Pemilik media mempunyai tanggung jawab untuk mendidik para Perempuan Indonesia menjadi sosok-sosok yang berdaya melalui tayangan-tayangan atau tontonan-tontonan yang berkualitas. Wallahu’alam bish showwab. (*)

Penulis Nadhiroh, S.Sos.I, M.I.Kom, dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Mulia Astuti (STAIMAS) Wonogiri dan Alumnus S2 Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dody Bayu Prasetyo
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES