Kopi TIMES

Bonus Demografi dan Ekosistem Data Pendidikan Kita 

Selasa, 09 Maret 2021 - 07:12 | 73.35k
M. Hasan Chabibie.
M. Hasan Chabibie.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis laporan pada Januari 2021 lalu. Dalam laporan itu, BPJ menggaris bawahi betapa generasi muda mendominasi proporsi jumlah penduduk di Indonesia. Dalam data statistik BPS, warga Indonesia berjumlah 270,2 juta jiwa. Data jumlah penduduk ini meningkat 32,56 juta jiwa, dibandingkan dengan statistik penduduk pada 2010 lalu. 

Menurut laporan itu, generasi Z menempati urutan pertama dalam proporsi jumlah penduduk, yakni 27,94 %. Disusul oleh generasi milenial sebesar 25,87 % dan Gen X yakni 21,88 %. Sementara, generasi Baby Boomer sejumlah 11,56 % dan pre-boomer sebesar 1,87%. Generasi post Gen Z, atau mereka yang lahir di tahun 2013 dan setelahnya, sejumlah 10,88 %. Data ini sangat menarik, karena generasi Z menempati porsi utama dalam jumlah penduduk Indonesia. Artinya, mereka yang lahir di tahun 1997 dan setelahnya, menempati porsi jumlah yang besar. 

Selanjutnya, generasi milenial juga penting disimak karena generasi ini saat ini menempati posisi sebagai pekerja usia produktif. Mereka yang lahir di tahun 1981 hingga 1996, atau sekarang ini berusia 24 hingga 39 tahun cukup besar jumlahnya, meski disalip oleh generasi Z. Akan tetapi, karena berada di usia produktif, generasi milenial sebagian besar menempati posisi-posisi penting, yang tidak jarang sebagai pengambil keputusan ataupun eksekutor kebijakan dan program strategis, baik di pemerintahan maupun perusahaan-perusahaan. 

Jika diringkas, generasi Z dan generasi milenial sekarang ini menjadi wajah Indonesia. Dua kelompok generasi ini jika dijumlahkan, yakni generasi milenial dan Z lebih dari 50 persen penduduk Indonesia saat ini. Meski demikian, generasi X juga tidak kalah penting pengaruhnya. Karena mereka yang sekarang berusia 40-55 tahun juga menempati pos-pos strategis dalam pengambilan kebijakan, ataupun sebagai top CEO di beberapa perusahaan. Pengalaman, skill, ketenangan dan jam terbang menjadikan kelompok usia generasi X punya pengaruh.

Namun, dalam tulisan ini, saya ingin menyoroti lebih mendalam tentang data generasi milenial dan Z, dalam menganalisa peluang bonus demografi Indonesia serta kaitannya dengan membentuk ekosistem pendidikan kita. 

Peluang dan tantangan bonus demografi

Indonesia sedang memasuki tahapan berupa terbukanya kesempatan untuk memaksimalkan bonus demografi. Dalam beberapa tahun mendatang, jumlah warga dengan usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang kurang atau tidak produktif, baik usia anak-anak ataupun lansia. 

Namun, bonus demografi juga bisa menjadi bencana jika tidak terkelola secara baik. Di antaranya, karena gaya hidup yang tidak sehat, kacaunya manajemen keuangan personal, hingga keengganan untuk meningkatkan keahlian dan memperluas jaringan. Dalam konteks ini, bonus demografi memang bermata dua: potensi besar sekaligus juga tantangan tidak mudah. 

Untuk itu, pemerintah Indonesia sudah menyiapkan lima program strategis untuk memaksimalkan potensi bonus demografi. Lima strategi ini yakni: (1) meningkatkan kualitas penduduk melalui intervensi pendidikan dan Kesehatan; (2) meningkatkan kualitas penduduk dengan memastikan anak-anak menjalani pendidikan minimal 12 tahun; (3) peningkatan akses lulusan sekolah menengah atas dan sekolah sederajat untuk pendidikan tinggi, terutama dengan program KIP kuliah serta revitalisasi perguruan tinggi berbasis vokasi; (4) mendorong lulusan perguruan tinggi mendapatkan pekerjaan melalui program Kartu Pekerja dan menjalankan program pemerintah; (5) memberikan pelindungan sosial, Kesehatan, keamanan dan kenyamanan untuk mewujudkan kesejahteraan warga usia lanjut.

Kelima program strategis ini diharapkan dapat memaksimalkan bonus demografi sebagai lompatan bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang lebih sejahtera, dengan peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan dan jaminan sosial. Pemerintah juga serius untuk membuka akses kerja bagi mereka yang membutuhkan pekerjaan, terutama dengan strategi meningkatkan skill generasi muda, baik melalui pendidikan formal maupun dengan pelatihan.

Lalu, bagaimana dengan dunia pendidikan? Sejauh mana dunia pendidikan kita menyambut bonus demografi saat ini? 

Di tengah pandemi saat ini, ada hikmah yang bisa dipetik bersama: yakni meningkatnya akses dan penggunaan teknologi pendidikan, serta meningginya kesadaran para orang tua untuk mendampingi pendidikan anak-anaknya. Kedua hal ini merupakan hikmah di balik pandemi saat ini, yang mentransformasi penggunaan teknologi pendidikan untuk pembelajaran. 

Pada awal-awal masa pandemi, banyak pihak yang kaget dengan penggunaan teknologi untuk pendidikan. Namun, seiring dengan waktu, kita dipaksa oleh keadaan dan akhirnya bisa beradaptasi secara baik. 

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) telah membangun beberapa infrastruktur pembelajaran online, untuk memudahkan akses bagi para pelajar. Di antaranya, melalui platform Rumah Belajar, TV Edukasi, Radio Edukasi dan beberapa platform lain. Kami juga terus berkolaborasi dengan lintas pihak, untuk memaksimalkan pembelajaran daring untuk memudahkan siswa agar bisa belajar di mana saja dan kapan saja. 

Selain itu, Kemendikbud juga serius untuk mengelola data pendidikan. Saat ini, data is the new oil. Data itu merupakan aset berharga yang harus dikelola, untuk optimalisasi kebijakan. Dengan manajemen dan analisis data yang lebih maksimal, kebijakan-kebijakan yang diambil dan selanjutnya menjadi program strategis, akan lebih tepat sasaran. 

Kemendikbud telah menyiapkan Rencana Strategis (Renstra) tahun 2020-2025, khususnya terkait dengan data pendidikan. Dalam skema Renstra itu, tergambar bagaimana Kemendikbud secara serius membentuk sekaligus menguatkan ekosistem data di Indonesia. Dari Renstra di bidang data pendidikan, ada dua hal yang menjadi utama: (1) meningkatkan kualitas data prioritas (standar, metadata dan referensi), (2) ketersediaan data prioritas yang terintegrasi pada portal data. 

Dari rumusan pengelolaan data pendidikan, yang dipetakan dalam Renstra, untuk tahun 2021 ini ada beberapa hal yang menjadi fokus kami. Di antaranya: terbangunnya big data pendidikan, dengan integrasi data pendidikan dan integrasi data program pembangunan. Selain itu, juga tersedianya portal informasi data dan statistik pendidikan, serta peningkatan jaringan analisis pendidikan Indonesia. 

Optimalisasi data pendidikan menjadi langkah penting untuk mengembangkan ekosistem pembelajaran di era big data saat ini. Kami juga serius untuk membangun dan menguatkan ekosistem data pendidikan, yang terkoneksi dengan data-data kependudukan, ekonomi, kesehatan, yang terintegrasi dengan kementrian-kementrian yang lain. 

Dengan strategi-strategi yang tepat sasaran, bersama-sama kita menggerakkan potensi besar bangsa Indonesia, yang secara spesifik memaksimalkan bonus demografi sebagai potensi besar. (*)


*) Penulis, Dr. M. Hasan Chabibie, praktisi pendidikan, penulis buku 'Literasi Digital'. Saat ini mengabdi sebagai Plt. Kepala Pusdatin Kemendikbud dan Plt. Ketua Umum Mahasiswa Ahlut Thariqah an-Nahdliyyah (MATAN).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES