Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Dialektika Akademik

Senin, 08 Maret 2021 - 13:30 | 34.00k
Khoirul Muttaqin, S.S., M.Hum. pernah mengajar di beberapa sekolah dan saat ini menjadi dosen di FKIP Unisma.
Khoirul Muttaqin, S.S., M.Hum. pernah mengajar di beberapa sekolah dan saat ini menjadi dosen di FKIP Unisma.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Dunia akademik bukanlah dunia yang dapat lepas dari dialektika. Terutama pada ranah keilmuan sosial humaniora. Seberapa kuat para civitas akedemika memberikan alasan penguat argumentasi mereka tentu masih saja menimbulkan dialektika yang mengundang perdebatan. Dilektika itu tentu sedikit berbahaya bagi para civitas akademika yang tidak memahami hal tersebut.

Dalam dunia akedemik, terutama ranah universitas, banyak ditemukan fenomena  beberapa mahasiswa terkadang menjadi stres dan depresi karena tidak siap mendengar atau menerima argumentasi seorang dosen yang menentang argumentasi dosen lain yang merupakan pembimbing tugas akhir mereka.

Mahasiswa tersebut pasti merasa ketakutan dengan kemungkinan adanya hal buruk yang akan menimpa tugas akhir yang telah mereka rancang. Dalam pikiran mereka tentu tersimpan ketakutan bahwa ketika ujian tugas akhir, seorang dosen tersebut akan membantai diri mereka dan berujung pada kegagalan mereka dalam meraih kelulusan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Sungguh hal tersebut akan berbahaya bagi mahasiswa yang tidak memahami dialektika seperti itu. Hal yang paling menakutkan adalah ketika mahasiswa tersebut tidak dapat berpikir jernih dan nekat mengakhiri hidupnya. Seperti yang diberitakan beberapa media lokal, nasional, bahkan internasional, banyak mahasiswa yang bunuh diri karena kegagalan dalam penulisan tugas akhir mereka.

Oleh karena itu, penting untuk mengantisipasi terjadinya hal tersebut. Pertama, bagi mahasiswa harus dikenalkan segala kemungkinan dialektika akademik dan juga solusi untuk menghadapi kemungkinan tersebut. Dengan demikian, mahasiswa akan merasa siap jika di kemudian hari mendapatkan perdebatan seperti itu. Mereka harus banyak mencari informasi tentang kakak angkatan atau teman sejawat yang berhasil keluar dari tekanan atau situasi seperti itu.

Kedua, bagi pihak dosen, dosen tentu harus sadar diri dan mau mengerti dialektika seperti itu. Terkadang ada dosen yang menyadari bahwa dia tidak bagus dalam bidang tertentu. Akan tetapi, karena menurut dia bidang itu tidak sesuai dengan logika berpikirnya maka dia tidak setuju. Dengan demikian, dia berusaha menentang habis-habisan argumentasi dosen lain yang sebenarnya mempunyai keahlian lebih dalam bidang itu.

Contoh kasus, ada dosen yang ahli dalam pendidikan atau bahasa yang menentang argumentasi dalam bidang sastra yang dicetuskan oleh dosen ahli bidang sastra. Padahal dosen tersebut sudah menyadari bahwa dia tidak ahli bidang sastra. Akan lebih berbahaya jika yang diserang adalah mahasiswa bimbingan tugas akhir dari dosen yang argumentasinya tidak disetujui itu.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Ketiga, bagi pihak universitas, alangkah lebih baik pihak universitas berusaha mengantisipasi hal tersebut dengan cara memetakan apakah ada sentimen pribadi antardosen. Hal yang ditakutkan adalah ketika dosen yang dikenal mempunyai sentimen pribadi pada dosen tertentu menjadi penguji tugas akhir mahasiswa bimbingan dari dosen yang dia benci itu. Akan sangat berbahaya ketika mahasiswa tersebut yang menjadi korban sentimental dosen dengan tidak diluluskannya tugas akhir mereka.

Penting rasanya memahami hal demikian. Seperti banyak pernyataan dari dosen di suatu grup sosial media yang berisi para dosen dari beberapa perguruan tinggi di Indonesia, bahwa dosen berhak memberikan penilaian, tetapi tidak berhak menjadi malaikat pencabut nyawa. Hal itu merujuk pada istilah dosen killer yang di luar batas, seperti adanya sentimen pribadi pada dosen lain tadi. Alangkah pentingnya saling memahami.

Jika proses yang dilakukan oleh mahasiswa sudah sesuai prosedur, hasil pengerjaan mereka sedikit banyak dapat berterima, tentu sedikit banyak kekurangan mereka pun seharusnya dapat diterima, meskipun dengan diberikan kesempatan revisi. Dengan demikan, hal buruk yang dialami oleh mahasiswa seperti stres, depresi, atau bahkan bunuh diri akan tereduksi secara masif. ***

 INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Khoirul Muttaqin, S.S., M.Hum. pernah mengajar di beberapa sekolah dan saat ini menjadi dosen di FKIP Unisma.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES