TIMESINDONESIA, MALANG – Banyak orang yang bergelimang harta, tetapi hatinya selalu diliputi kegalauan hati sahabat ngopi pagi. Antara senang punya harta banyak, tapi kepikiran bagaimana mengamankannya. Antara perasaan Bahagia karena ada banyak kekayaan, akan tetapi tiap hari pusing memikirkan agar semuanya mampu memberikan hasil yang memuaskan. Akhirnya hidupnya dipenuhi oleh pemikiran akan harta yang dimilikinya.
Lama lama tanpa terasa fikiran menjadi terbelenggu oleh harta, harta, dan harta. Pagi, siang, sore, malam, bahkan bangun tidurpun yang diingat pertama adalah harta yang dimilikinya. Padahal sejatinya yang bisa dinikmati hanyalah sebagian kecil yang terkadang tidak signifikan dibandingkan dengan total kekayaan yang dimilikinya.
Banyak bukti dimana manusia sudah banyak harta, akan tetapi hatinya merasa kosong. Kejadian bunuh diri justru lebih banyak terjadi di negara negara maju dan bukan di negara berkembang. Banyak orang menjadi stress dan datang ke psycholog untuk berkonsultasi, padahal tidak pernah kekurangan harta untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapannya.
Memang kodrat manusia diciptakan itu menurut Al Qur’an hakekatnya senang pada harta benda, senang pada perhiasan, dan senang pula kepada lawan jenis. Namun jika kecintaan terlalu dalam akan menjadi terbalik. Manusia yang seharusnya bisa mengatur bagaimana menggunakan harta, menjadi harta yang membelenggu setiap perilaku kehidupannya.
Setiap harta yang diberikan kepada seluruh ummat manusia telah ditegaskan oleh Allah swt akan adanya hak orang lain yang harus diberikan baik melalui zakat, infaq, maupun sodaqoh. Harta juga merupakan sarana agar ibadah kepada Allah swt agar menjadi lebih baik. Bukan sebaliknya yang justru menjauhkan ummat manusia dari kebutuhan yang hakiki yaitu kebutuhan untuk menghambakan diri kepada Allah swt dzat yang menciptakan alam semesta beserta segala isinya.
Islam memberikan resep ketenangan dengan mendekatkan diri kepada Allah swt. Sambil harta terus didistribusikan sebagaimana mestinya, perbanyaklah berdzikir. Alaa bidzikrillahi tatmainuul quluub. Sesungguhnya dengan berdzikir akan membuat hati ummat manusia menjadi lebih tenang karena terasa lebih dekat kepada Allah swt. Rasa dekat kepada Allah swt inilah yang akhirnya dapat mengurangi kecintaan yang berlebihan terhadap harta, sehingga bisa lebih terasa lega karena tanggungan yang berkurang.
Atas tulisan ini, simpulan pendeknya bahwa mengumpulkan harta itu baik, akan tetapi harus diimbangi dengan ibadah kepada Allah swt yang juga lebih baik. Ingat Rasulullah saw mengungkapkan bahwa sebaik baik rizqi itu adalah yang diusahakan dengan tangannya sendiri. Namun demikian, niatkanlah sebagai sarana untuk mencari bekal beribadah agar apa yang dilakukan juga dicatat sebagai amal ibadah pula. Bagaimana sahabat ngopi pagi ?
*) Penulis Noor Shodiq Askandar adalah Ketua PW LP Maarif NU Jatim dan Wakil Rektor 2 Unisma.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |