Peristiwa Internasional

Sudah 28 Orang Pengunjuk Rasa Kudeta Militer Myanmar Ditembak Mati

Kamis, 04 Maret 2021 - 07:36 | 29.24k
Pengunjuk rasa di Myanmar dan saat mereka ditembaki dengan gas air mata selama demonstrasi menentang kudeta militer pada hari Rabu. (FOTO: The Irrawaddy)
Pengunjuk rasa di Myanmar dan saat mereka ditembaki dengan gas air mata selama demonstrasi menentang kudeta militer pada hari Rabu. (FOTO: The Irrawaddy)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Jumlah pengunjuk rasa yang meninggal dunia akibat ditembak peluru tajam oleh tentara dan polisi Myanmar mencapai 28 orang pada hari Rabu (3/3/2021).

Dilansir The Irrawaddy, pada hari Rabu, di kotapraja Okkalapa Utara Yangon ada 15 orang pengunjuk rasa yang meninggal saat tentara dan polisi melepaskan tembakan ke arah kerumunan massa.

Di kota Monywa wilayah Sagaing sedikitnya ada 6 orang yang meninggal dunia oleh peluru tajam tentara dan polisi.

Begitu juga di kota Mandalay, setidaknya ada 3 pengunjuk rasa yang meninggal setelah kepala dan dada mereka ditembak dengan peluru tajam.

Di Kota Myin Chan wilayah Mandalay (1 orang), Magwe (2 orang) dan Mawlamyine (1 orang) dilaporkan meninggal dunia oleh tindakan beringas tentara dan polisi Myanmar.

Pada hari Rabu diyakini banyak pula yang terluka termasuk kru medis dan sukarelawan yang dipukuli dan ditendang oleh polisi setelah diseret keluar dari mobil ambulance.

Pengunjukrasa-di-Myanmar-2.jpg

Dilansir Al Jazeera, pasukan keamanan menembaki orang-orang yang memprotes pemerintahan militer di seluruh Myanmar, itu terjadi hanya sehari setelah ASEAN menyerukan pengekangan dan menawarkan membantu Myanmar menyelesaikan krisis.

Namun karena kebijakan non interferensi, sebagian besar anggota ASEAN dianggap tidak bertaji. ASEAN juga tidak bisa mencapai kata sepakat untuk menyerukan pembebasan pemimpin negara Aung San Suu Kyi dan Presiden U Win Myint dan pemulihan demokrasi.

BBC melaporkan, Utusan PBB untuk Myanmar,  Christine Schraner Burgener mengatakan ada rekaman yang mengejutkan yang keluar dari negara itu.

Saksi mata mengatakan, pasukan keamanan melepaskan tembakan peluru tajam dan peluru karet. Schraner Burgener mengatakan, sedikitnya 50 orang meninggal sejak kudeta militer dimulai.

"Satu klip video menunjukkan polisi memukuli kru medis sukarelawan yang tidak bersenjata. Foto lainnya menunjukkan seorang pengunjukrasa ditembak dan tergeletak di jalan," katanya.

"Saya tanya beberapa ahli persenjataan dan mereka bisa memverifikasi kepada saya, belum jelas tapi sepertinya senjata polisi itu seperti senapan mesin ringan 9mm. Jadi peluru tajam," ujarnya lagi.

Staf Kementerian Menolak Kerja

The Irrawaddy juga melaporkan sedikitnya 115 orang staf Kementerian Penerangan Myanmar menolak bekerja untuk rezim militer Myanmar dan mereka bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil.

Dalam sebuah pernyataan hari Rabu (3/3/2021) para staf dari surat kabar Myanmar Alin, Kyemon, Global New Light of Myanmar dan Kantor Berita Myanmar (MNA) yang berbasis di Naypyitaw dan Yangon yang selama ini dibawah kendali kementerian, telah berhenti bekerja sejak 8 Februari.

Mereka mengatakan hanya ingin bekerja untuk pemerintah yang dipilih secara demokratis dan tidak mengundurkan diri atau gagal melakukan tugas mereka. Mereka hanya menentang pengambil alihan oleh militer.

Mereka akan kembali bekerja bila pemerintahan yang dipilih secara demokratis itu kembali.

Editor MNA, U Ye Khaung Nyunt memposting di Facebook, bahwa ia menghadapi penyelidikan atas tuduhan melanggar peraturan layanan sipil setelah ia menolak pergi ke kantornya.

Kementerian Penerangan dikendalikan oleh U Cuit Naing, mantan perwira militer yang ditunjuk rezim militer.

Sejak U Cuit Naing mengambil alih kementerian, surat kabar dipenuhi dengan artikel pro-militer, termasuk perintah kepada media independen untuk tidak menggunakan kata kudeta, rezim militer dan junta.

Ribuan pegawai negeri sipil Myanmar mengikuti staf medis melakukan pemogokan melawan rezim militer. Gelombang unjuk rasa penentangan kudeta terus berlangsung setiap hari dan hari Rabu merupakan hari paling berdarah selama ini karena 28 orang pengunjuk rasa ditembak mati. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES