Indonesia Positif

Industri Rumahan Gula Merah, Sumber Ekonomi Warga di Lokasi TMMD Pacitan

Rabu, 03 Maret 2021 - 08:16 | 98.51k
Proses pembuatan gula merah di lokasi sekitar TMMD Pacitan tahun 2021 di Desa Widoro, Donorojo, Pacitan. (Foto: Rojihan/TIMES Indonesia)
Proses pembuatan gula merah di lokasi sekitar TMMD Pacitan tahun 2021 di Desa Widoro, Donorojo, Pacitan. (Foto: Rojihan/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PACITAN – Industri rumahan gula merah di sekitar lokasi program TMMD Ke-110 tahun 2021 di Desa Widoro, Kecamatan Donorojo, Pacitan, Jawa Timur menjadi salah satu penggerak ekonomi sehari-hari masyarakat.

Seperti halnya keluarga Srimulyani (49), warga Dusun Sukoharjo, Desa Widoro yang sudah sejak berpuluh-puluh tahun memproduksi gula merah. Dia menceritakan selama ini dirinya dan suaminya telah meneruskan usahanya tersebut sudah turun temurun.

"Sudah lama, penghasilannya lima kilo dalam satu hari dari 23 pohon kelapa, sementara harga tiap kilonya Rp 12 ribu,"katanya, Rabu (2/3/2021).

Dia mengaku dari hasil produksi gula merahnya dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Saat TIMES Indonesia bersama Satgas TMMD berkunjung ke rumahnya dini hari, tampak kedua pria salah satunya Suraji (49) suami dari Srimulyani memanjat pohon kelapa untuk mengambil cairan nira bunga kelapa.

pembuatan gula merah 2

Lalu setelah itu satu demi satu cairan tersebut mulai dituangkan dalam dandang besar kusus untuk membuat gula merah, kobaran api pun terlihat berkobar dengan besar. Air nira mulai mendidih dan membentuk warna kecoklatan hingga mengental.

"Kita produksi ini nanti paling 45 menit sudah jadi, kita tidak ada campuran semuanya murni, paling-paling modal hanya beli pancinya,"jelasnya.

Meski terbilang harga baru-baru ini menurun tinggal Rp 12 ribu per kilonya, pihaknya tetap memproduksi. Srimulyani menceritakan turunnya harga tersebut diakibat musim hujan tiba. Sedangkan harga sebelum hujan turun mencapai Rp. 15 ribu.

"Ini termasuk menurun biasanya, Rp. 15 ribu, kalau dibilang cukup ya cukup saja, selain memang untuk kebutuhan sehari-hari dari situ disamping membantu di Desa,"imbuhnya.

Sebagai informasi, Rt 1 Dusun Sukoharjo memang menjadi komoditas home industri gula merah, menurut pengakuan Srimulyani selain dirinya terdapat 43 kepala keluarga yang telah memproduksi hingga saat ini.

pembuatan gula merah 3

Meski begitu menurut Suraji (49), suami Srimulyani mengatakan termasuk menurun dibanding dahulu. Alasan berkurangnya itu diakibatkan tidak adanya penerus lagi khusus yang memancat pohon kelapa untuk mengambil cairan nira.

"Ya saat ini tentunya menurun mas, rata-rata mereka tidak ada penerusnya,"terangnya.

Dia mencontohkan dirinya yang saat ini mulai beranjak tua kelincahan memanjat pun berkurang, apalagi saat hujan pohon kepala pun licin maka harus berhati-hati. Apalagi anak sekarang lebih memilih bekerja di perkotaan.

"Menurun mas, karena saya juga sudah tua tidak bisa manjat pohon kelapa terlalu banyak,"ucapnya.

Sehingga tak bisa berbuat banyak dia meminta tolong kepada warga sekitar untuk membantunya mengambil cairan nira dengan bagi hasil,"satu hari buat keluarga saya satu hari buat dia,"kata, Suraji.

Terlihat para anggota TNI Satgas TMMD pun mencicipi gula merah yang sudah jadi, rasanya pun benar-benar manis alami, ditambah dengan senyuman dan keakraban keluarga Srimulyani dengan para TNI suasana menjadi indah. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Bambang H Irwanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES