Pendidikan UIN Malang

Guru Besar Bidang Teknik Sipil UIN Maliki Malang Tanggapi Kontur Tanah di Malang

Selasa, 02 Maret 2021 - 20:49 | 105.47k
Prof. Dr. Agung Sedayu, M.T, Guru Besar Bidang Teknik Sipil UIN Malang. (FOTO: Agung Sedayu for TIMES Indonesia)
Prof. Dr. Agung Sedayu, M.T, Guru Besar Bidang Teknik Sipil UIN Malang. (FOTO: Agung Sedayu for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Guru Besar Bidang Teknik Sipil, Dosen Jurusan Teknik Arsitektur di Fakultas Sains dan Teknologi (Fakultas Saintek) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Maliki Malang), Prof. Dr. Agung Sedayu, M.T menanggapi kontur tanah pegunungan di Malang.

INFORMASI SEPUTAR UIN MALANG DAPAT MENGUNJUNGI www.uin-malang.ac.id

"Topografi dan kontur tanah yang beragam di Malang dikarenakan kondisi geografis yang dikelilingi oleh pegunungan seperti Gunung Kawi, Semeru, Bromo, Arjuno, dan Kelud," ujar Prof. Dr. Agung Sedayu, M.T, Guru Besar Bidang Teknik Sipil UIN Malang kepada TIMES Indoensia, Selasa (2/3/2021).

Agung-Sedayu-2.jpg

Prof. Dr. Agung Sedayu, M.T menjelaskan, Kota Malang yang memiliki kontur tanah datar masih bisa dilihat dan dirasakan tidak ratanya topografi tanahnya. Apalagi pada beberapa daerah di Kabupaten Malang terlihat sangat mencolok kondisi topografi tanahnya yang tidak rata.

Kontur tanah yang tidak rata dengan ketinggian tanah yang beragam memiliki potensi dan tantangan tersendiri dalam mendirikan bangunan. Potensi tersebut dapat memberikan keindahan arsitektur dan kenyamanan kawasan, sedangkan tantangan akan memunculkan kerusakan bangunan akibatnya terjadi longsor atau penurunan tanah.

Menanggapi hal itu, Prof. Agung Sedayu memberikan 5 tips sederhana untuk membangun rumah atau gedung di lahan berkontur pegunungan.

1. Pahami dan patuhi peraturaran bangunan setempat

Pemerintah daerah setempat menetapkan peraturan mendirikan bangunan agar layak huni dan tidak merusak lingkungan. Pembangunan wajib mengikuti tata guna lahan yang ditentukan. Persyaratan dan kaidah bangunan dari berbagai sumber khususnya di Indonesia dapat dijadikan acuan untuk mendirikan bangunan bertujuan menjamin keamanan dan keselamatan bagi pengguna dan lingkungannya.

2. Lakukan survei lokasi dan lahan

Tahap ini merupakan awal sebelum merancang dan mendirikan bangunan. Bangunan sebaiknya didesain dan ditata menyesuaikan karakteristik kontur tanah. Kondisi tanah yang tidak ideal harus dihindari agar tidak menimbulkan kerugian akibat kerusakan tanah dan bangunan. Potensi lahan berupa vegetasi atau pohon dapat dipertahankan atau ditambah karena dapat memperkuat stabilitas tanah dan konservasi kualitas air tanah di kawasan proyek bangunan.

3. Lakukan penanganan lahan secara bijaksana

Lahan yang tidak rata dapat diproses dengan sistem Cut and Fill yaitu memangkas tanah dan memanfaatkannya sebagai pengisi pada bagian tanah lain yang tidak ideal. Untuk mengantisipasi longsor tanah yang miring dapat digunakan dinding penahan yang berpori sehingga air tidak tertahan dapat merembes keluar. Utilitas kawasan berupa saluran drainase (air hujan dan air kotor) dan area resapan disiapkan dengan kapasitas yang memadai.

4. Pilihlah desain tata ruang bangunan yang teratur

Desain layout bangunan yang teratur tidak harus simetri. Pertimbangan kebutuhan ruang dan estetika bangunan memungkinkan desain tata ruang yang bervariasi, namun setidaknya keteraturan modul ruang menjaga stabilitas kekuatan bangunan. Layout bangunan yang teratur akan menunjang modul struktur yang teratur sehingga efektif dan efisien dalam memperkokoh bangunan. Keteraturan struktur bangunan akan mempermudah pekerjaan fisik bangunan tersebut.

5. Gunakan material yang ringan dan ramah lingkungan

Bangunan rumah atau gedung akan membebani tanah dengan gaya desak (tekan), sehingga tanah cenderung untuk bergerak. Pergerakan tanah bisa berupa longsor atau ambles (penurunan). Untuk mengurangi pergerakan tanah ini, saat ini banyak tersedia material ringan dan ramah lingkungan yang dapat digunakan seperti beton ringan, bata ringan, baja ringan, dan lain-lain.

Material yang dipilih telah memenuhi standard mutu minimal. Penerapan material bangunan tersebut menunjang kenyamanan thermal secara alami sehingga menghemat energi. Disamping ringan, material tersebut rendah emisi karbon dan non zat kimia berbahaya.

INFORMASI SEPUTAR UIN MALANG DAPAT MENGUNJUNGI www.uin-malang.ac.id

"Apabila tidak memperhatikan konsep pembangunan tanah, resiko yang didapatkan adalah kerusakan bangunan yang berdampak kerugian jiwa dan harta," ujar pria yang juga sebagai anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).

Agung-Sedayu-3.jpg

Ia mengatakan, dampak lainnya adalah kerusakan dan gangguan keseimbangan lingkungan alam akibat longsor dan amblesnya tanah. Penanganan kerusakan tanah membutuhkan waktu yang panjang dan biaya yang mahal bergantung tingkat kerusakan yang terjadi.

Maka Prof. Agung Sedayu berpesan, seluruh lapisan masyarakat wajib peduli dalam menerapkan konsep bangunan yang ideal di lahan berkontur. Konsistensi dan ketegasan pemerintah daerah dan pusat dalam menerapkan peraturan bangunan yang ideal diperlukan agar masyarakat mematuhi dan menerapkan konsep tersebut. Perguruan Tinggi melalui Tri Dharma PTnya dapat melakukan sosialisasi dan pendampingan kepada masyarakat tentang pentingnya kelestarian lingkungan dalam pembangunan rumah atau gedung. 

"Penerapan konsep konstruksi berkelanjutan (sustainable construction) menjadi isu hangat dan sangat cocok dilakukan pada lahan berkontur," pungkas Prof. Dr. Agung Sedayu, M.T, Guru Besar Bidang Teknik Sipil UIN Maliki Malang. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES