Peristiwa Internasional

Para Menteri ASEAN Bertemu Virtual Bahas Myanmar

Selasa, 02 Maret 2021 - 14:00 | 14.81k
Tentara Myanmar dari divisi infanteri ringan ke-77 dengan tameng polisi, berjalan di sepanjang jalan selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar pada 28 Februari 2021.(FOTO:REUTERS)
Tentara Myanmar dari divisi infanteri ringan ke-77 dengan tameng polisi, berjalan di sepanjang jalan selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar pada 28 Februari 2021.(FOTO:REUTERS)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Para menteri luar negeri negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), Selasa ini dijadwalkan mengadakan pertemuan virtual untuk memadamkan kekerasan yang mematikan serta membuka saluran untuk mengatasi krisis politik di Myanmar yang semakin meningkat.

Dilansir Reuters pembicaraan itu telah dijadwalkan dua hari setelah hari paling berdarah dalam kerusuhan sejak militer menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi sebulan lalu, yang menimbulkan kemarahan dan protes jalanan massal di seluruh Myanmar.

Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan mengatakan rekan-rekannya di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) akan berterus terang ketika mereka bertemu melalui video call pada hari Selasa dan akan memberi tahu perwakilan militer Myanmar bahwa mereka terkejut dengan kekerasan tersebut.

Dalam wawancara televisi Senin malam, dia mengatakan ASEAN akan mendorong dialog antara Suu Kyi dan junta.

'Ada kepemimpinan politik ... dan ada kepemimpinan militer, di sisi lain. Mereka perlu bicara, dan kami perlu membantu menyatukan mereka," katanya.

ASEAN terdiri dari  Myanmar, Singapura, Filipina, Indonesia, Thailand, Laos, Kamboja, Malaysia, Brunei, dan Vietnam.

Tetapi upaya ASEAN untuk terlibat dengan militer Myanmar mendapat tentangan keras dari kelompok-kelompok gerakan anti-kudeta, termasuk komite anggota parlemen yang digulingkan yang telah menyatakan junta sebagai kelompok "teroris".

Utusan yang ditunjuk komite untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Sa Sa mengatakan, ASEAN seharusnya tidak berurusan dengan "rezim yang dipimpin militer yang tidak sah ini".

Alumni program pemuda ASEAN di Myanmar itu menambahkan, ASEAN harus berbicara dengan perwakilan internasional dari pemerintahan Aung San Suu Kyi, dan bukan dengan rezim.

"ASEAN harus memahami bahwa kudeta atau pemilihan ulang yang dijanjikan oleh junta militer sama sekali tidak bisa diterima oleh rakyat Myanmar," katanya dalam suratnya kepada ASEAN.

Menteri Luar Negeri Filipina, Teodoro Locsin, mengindikasikan di Twitter bahwa ASEAN akan tegas dengan Myanmar dan mengatakan kebijakan non-campur tangan dalam urusan internal anggota "bukanlah persetujuan menyeluruh atau persetujuan diam-diam untuk kesalahan yang dilakukan di sana".

Sementara itu dilansir CNN, barikade sementara muncul di jalanan di kota Yangon sehari setelah demo berdarah terjadi di sana.

Jalanan juga tampak tenang. Namun sisa-sisa kerusuhan masih berserakan di beberapa titik. Aksi unjuk rasa di Yangon pada Minggu (28/2/2021) itu berakhir dengan rusuh setelah pedemo menolak dibubarkan.

Polisi melepaskan tembakan hingga membuat setidaknya 18 orang meninggal dunia dan melukai 30 lainnya. Kerusuhan pada Minggu itu pun jadi peristiwa paling mengerikan sejak kudeta militer terjadi di Myanmar pada awal Februari. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES