Pendidikan

Mahasiswa Undip Bentuk Komunitas Hipertensi

Minggu, 28 Februari 2021 - 15:39 | 38.01k
Mahasiswa KKN Undip, Henry Salenussa melakukan pemeriksaan darah tinggi pada warga di Seram Bagian Barat, Maluku. (Foto: Dok. Undip)
Mahasiswa KKN Undip, Henry Salenussa melakukan pemeriksaan darah tinggi pada warga di Seram Bagian Barat, Maluku. (Foto: Dok. Undip)

TIMESINDONESIA, MALUKU – Pelaksanaan KKN Universtias Diponegoro (Undip) berbeda dengan KKN yang sebelumnya karena adanya pandemi Covid-19. KKN kali ini dilaksanakan secara individu di tempat tinggal masing-masing mahasiswa atau KKN Pulang Kampung dengan mengusung Tema "Pemberdayaan Masyarakat di Tengah Pandemi Covid-19 Berbasis Sustainable Development Goals (SDGs)”.

KKN pulang kampung kali ini berlokasi di Desa Morekau, Kecamatan Seram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku.

Salah satu program yang diangkat adalah pembentukan Komunitas Hipertensi secara door to door. Tujuan dibuatnya komunitas hipertensi sebagai solusi bagi penderita hipertensi untuk mendapatkan berbagai informasi seputar hipertensi, cara perawatan dan pengobatannya.

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik >140 mmHg atau tekanan darah  diastolik lebih >90 mmHg. Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler atau penyakit jantung dan pembuluh darah.

Berangkat dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, yang dirilis Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menunjukan prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 34,1%. Angka prevalensi hipertensi di Indonesia tersebut meningkat dari tahun 2013 yang hanya mencapai 25,8%.

Menurut World Health Organization prevalensi hipertensi meningkat  sejalan  dengan  perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik dan stres  psikososial. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20–35% dari kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi.

“Di masa pandemi Covid-19 sudah tentu membawa dampak psikologi bagi masyarakat, tidak menutup kemungkinan terhadap penderita hipertensi ataupun kepada orang yang memiliki resiko tinggi terkena hipertensi. Sangat penting untuk memantau penderita hipertensi,” ujar Henry Salenussa, mahasiswa KKN Undip di Seram Bagian Barat, Maluku.

Mengingat faktor resiko yang dapat meningkatkan seseorang terserang hipertensi cukup kompleks seperti, bertambahnya usia terutama di atas 65 tahun, wanita hamil, jarang berolahraga dan melakukan aktivitas fisik, kurang mengonsumsi makanan yang mengandung kalium, memiliki keluarga dengan riwayat tekanan darah tinggi, menderita obesitas, sleep apnea, diabetes, atau penyakit ginjal.

“Serta mengonsumsi terlalu banyak makanan tinggi garam, mengonsumsi terlalu banyak kafein, memiliki kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol, membutuhkan suatu pendekatan dan pengawasan eksra ketat oleh petugas kesehatan terutama yang berada di puskesmas yang memiliki wilayah kerja di komunitas,” ujar mahasiswa Ilmu Keperawatan.

Pembentukan komunitas hipertensi yang dilakukan dengan cara door to door diharapkan dapat menjadi salah satu solusi pendekatan tersebut dalam meningkatkan pengawasan kesehatan kepada masyarakat pada masa pandemi Covid-19. Covid-19 akan lebih berbahaya jika orang yang terkena memiliki penyakit penyerta lainnya.

“Dengan membentuk komunitas hipertensi kita dapat mengetahui seberapa banyak orang yang menderita hipertensi dari berbagai golongan umur dan juga penyakit komplikaif lainnya yang mungkin mereka derita sehingga dapat melakukan rencana penanganan yang cepat dan tepat,” ungkapnya.

Kegiatan yang dapat dilakukan dalam komunitas hipertensi seperti pemeriksaan kesehatan, pengukuran tekanan darah, penyuluhan tentang hipertensi dan penanganannya, olahraga dan masih banyak kegiatan positif lainnya. Komunitas hipertensi ini juga dibuat dengan tujuan pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan dimana diharapkan penderita hipertensi secara berkelanjutan dapat memiliki pengetahuan yang baik tentang hipertensi dan secara mandiri dapat melakukan penangan hipertensi.

“Jika nanti pandemi Covid-19 telah berakhir, maka banyak sekali kegiatan positif yang dapat dilakukan secara berkelompok yang tentunya akan lebih mudah untuk di intervensi dan kontrol oleh petugas kesehatan,” ujarnya.

Di komunitas ini penderita hipertensi dapat berbagi cerita satu sama lain, bercanda tawa bersama, sehingga diharapkan dapat mengurangi stres yang mungkin saja dialami oleh mereka.

Penderita hipertensi merasa senang dan sangat terbantu dengan pembentukan komunitas hipertenisi ini. Mereka berpendapat bahwa dengan adanya komunitas ini mereka dapat memperoleh penegetahuan tentang hipertensi dan bagaimana cara mengatasinya, selain itu mereka bisa mengukur tekanan darah mereka secara teratur.

“Mereka berharap untuk selanjutnya komunitas ini mendapat perhatian dari petugas kesehatan puskesmas yang memiliki wilayah kerja dengan berbagai kegiatan. Semoga harapan masyarakat untuk sehat dan sejahtera secara berkelanjutan dapat diwujudkan,” ujarnm Henry Salenussa, mahasiswa KKN Undip. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES