TIMESINDONESIA, MALANG – 'Banyak orang mengatakan bahwa intelektual yang membuat seseorang menjadi ilmuan hebat. Mereka salah. Yang membentuk ilmuan hebat adalah karakter.'
Tiga kalimat dari Albert Einstein itu menyiratkan sebuah pesan bahwa karakterlah yang berpengaruh besar terhadap karir seorang ilmuwan hebat. Jauh berabad-abad sebelum itu, Imam Malik rahimahullah berpesan bahwa “Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu”. Dua pendapat tersebut menempatkan karakter/adab/akhaq di atas ilmu.
Seorang anak selain mempelajari ilmu di pendidikan formal mereka secara tidak langsung juga dibentuk karakternya. Praktis, minimal ada dua lingkungan yang mendidik siswa, yakni lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga. Akan tetapi, dalam kondisi pandemi saat ini yang mengakibatkan sekolah berubah menjadi daring sejak pertengahan Maret 2020 membuat tugas mendidik anak lebih banyak dilakukan orang tua. Namun sayangnya, setiap orang tua memiliki cara mendidik yang berbeda-beda dan tidak semua orang tua mampu beradaptasi dalam situasi pandemi.
Harus Dipahami
Sebagai orang tua kita harus memahami perkembangan anak dan memperlakukan anak sesuai dengan umurnya. Setiap anak diusia tertentu memiliki karakteristik sifatnya masing-masing. Seorang psikolog, Lawrence Kohlbert membagi perkembangan moral anak menjadi tiga tahapan, yakni Pra Konvensional (4-10 tahun), Konvensional (10-13 tahun), dan Pasca Konvensional (di atas 13 tahun).
Pada tahap Pra Konvensional, orientasi anak terletak pada kepatuhan terhadap hukuman. Mereka berperilaku berdasarkan reward dan punisment. Pada tahap Konvensional, orientasi anak cenderung ingin memenuhi ekspetasi sosial terhadap dirinya. Terakhir, pada tahap Pasca Konvensional, anak mulai memperhitungkan perbedaan nilai, pendapat, dan kepercayaan orang lain.
Dikutip dari buku yang berjudul “Guru yang Berkarakter Kuat” yang ditulis tahun 2014 oleh Hawari Aka mengungkapkan bahwa Furukawa Takeji yang merupakan ilmuwan Jepang berhasil menemukan bahwa golongan darah seseorang akan mempengaruhi kepribadian dan karakter orang secara langsung.
Dari penelitian itu disebutkan bahwa orang yang memiliki golongan darah A cenderung orang yang tetap tenang dalam kondisi krisis. Orang dengan golongan darah B merupakan orang yang selalu fokus dengan apa yang dikerjakan. Orang dengan golongan darah O merupakan orang yang penuh semangat dan paling fleksibel. Terakhir, orang dengan golongan darah AB merupakan orang yang sangat sensitif dan penuh perhatian.
Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa setiap orang itu unik dan memiliki karakter masing-masing. Pun demikian dengan seorang anak yang memiliki warna karakternya sendiri. Mereka membutuhkan orang tua yang mampu memahami itu. Apalagi di tengah pandemi ini mengharuskan mereka lebih mandiri dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah.
Menanamkan Kebaikan pada Anak
Ada tiga hal yang dapat dilakukan orang tua untuk menanamkan kebaikan pada anaknya, yakni memberikan perhatian khusus kepada anak, memberi tanggung jawab anak dalam melakukan pekerjaan rumah, dan mengajak anak bersedekah. Pertama, memberikan perhatian khusus kepada anak. Orang tua bisa memberikan perhatian dalam wujud pertanyaan dengan kemasan mengajak sharing, semisal menanyakan bagaimana tugas sekolah, kabar teman-temannya, atau hobi apa yang sedang dijalani.
Hal lain yang dilakukan orang tua bisa pula dengan memastikan anak setiap hari masuk sekolah dengan mengkomunikasikan langsung dengan pihak sekolah (wali kelas). Dengan begitu, selain merasa ada yang memerhatikan, anak akan merasa ada yang selalu ‘mengawasinya’.
Kedua, memberi tanggung jawab anak dalam melakukan pekerjaan rumah. Orang tua bisa memberi tugas rutin kepada anak, misalnya anak diberikan tanggung jawab setiap hari merawat tanaman di halaman. Hal ini memang nampak begitu sederhana. Namun, pemberian tanggung jawab ini membuat anak merasa dipercaya dan merasa memiliki peran dalam keluarga.
Ketiga, mengajak anak untuk bersedakah. Seperti kita ketahui bersama, awal tahun 2021 Indonesia mengalami berbagai macam bencana, seperti banjir dan gempa bumi. Orang tua bisa mengajak anak bersedekah untuk membantu sesama. Hal ini secara tidak langsung dapat memupuk sikap empati anak.
Pandemi yang masih belum diketahui ujungnya ini memang telah mengubah sistem pendidikan di Indonesia. Orang tua perlu memahami sekali lagi karakter anaknya masing-masing. Lalu, menanamkan kebaikan kepadanya dengan penuh kasih sayang. Hal ini perlu dilakukan serentak agar tidak tumbuh lost generation di era pandemi. Kini, semua itu dimulai di dalam rumah.
***
*)Oleh: Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: opini@timesindonesia.co.id
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |