Peristiwa Daerah

Ini Profil Singkat Ketua ISNU Jatim Prof Mas'ud Said

Senin, 22 Februari 2021 - 21:21 | 258.53k
Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur, Prof Mas'ud Said. (Foto: Dok. Pribadi Prof Mas'ud Said for TIMES Indonesia)
Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur, Prof Mas'ud Said. (Foto: Dok. Pribadi Prof Mas'ud Said for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur, Prof Mas'ud Said memiliki rute keilmuan unik yang cukup panjang. Hingga kini dipercaya menjadi jajaran Ketua MUI Jatim.

Prof M Mas'ud Said (57 tahun) juga menjadi Guru Besar di Universitas Islam Malang (UNISMA) sekaligus Direktur Pascasarjana UNISMA. Sebelumnya, ia hampir 6,5 tahun menguatkan pengalaman birokrasi kenegaraan di Kantor Staf Khusus Presiden dan Kementerian Sosial (2011-2017).

Seperti kata pepatah perjalanan jauh pasti ada kendaraannya. Kereta bagi seorang ilmuwan adalah jalur keilmuan, dimana menimba ilmu dan siapa guru-gurunya.

Sejak kecil ia menempuh pendidikan SMP dan SMA di Sidoarjo. Jalur pendidikannya umum. Aktif sejak kecil di Pramuka dan IPNU kecamatan, guru kehidupan aktivis Mas'ud adalah orang-orang pramuka dan mentornya seperti KH Agus Ali Masyhuri dan sesepuh ulama KH Achmad Chudlory Tulangan. Mas'ud mengaku semasa kecil hidup di kalangan santri walau dia sendiri mengaku tak bisa mengaji dengan benar.

Oleh kerabatnya KH Masduqi Zakaria pengasuh Ponpes Darunnajjah Tulangan, Mas'ud Said yang cenderung sekolah umum pernah "dititipkan" ke kyai di Ponpes Al Khoziny Buduran Sidoarjo sekitar tahun 1982 dengan pengantar khusus ke pengasuh untuk dapat dididik. Tak lebih dari setahun diambil oleh ayahnya dengan alasan kesehatan.

Setelah lulus sarjana 1990, Masud Said masuk ke Universitas Muhammadiyah Malang masa kepemimpinan Prof. A. Malik Fajar. Status kepagawaian Mas'ud adalah PNS yang diperbantukan oleh Kopertis Wilayah VII (sekarang LLDIKTI Surabaya).

Masud mengaku bahwa sebagai kader NU sejak kecil belajar manajemen universitas di kalangan Muhammadiyah yang menurutnya saat itu penuh disiplin, pendekatan manajemennya lebih rasional dan ada tradisi menghindarkan rasa kepemikikan jam'iyah  secara lebih kolektif.

"Jadi walau Pak Malik itu tokoh besar maka beliau dengan ringan memisahkan kakayaan lembaga dengan kepemilikan pribadi," katanya dalam keterangan tertulisnya diterima TIMES Indonesia, Senin (22/2/2021).

Bagi Mas'ud muda ini adalah sesuatu yang berharga. Secara keilmuan atas kebaikan Prof A Malik Fajar Mas'ud Said muda diberi kesempatan mewakili untuk presentasi di Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia dan kemuadian menjadikannya berguru ke Prof M. Ryaas Rasyid dan membuka networking nasional pada aras keilmuan pemerintahan.

Bersamaan dengan networking tersebut M. Mas'ud Said berguru ke tiga tokoh secara bersamaan yaitu Kyai Hasyim yang Ketua Umum PBNU, Prof A Malik Fajar yang jago manajemen perguruan tinggi dan Prof M. Ryaas Rasyid yang ahli pemerintahan.

Namun demikian, kedekatan psikologis lebih ke Kyai Hasyim, Kyai Tolchah dan jajaran Kyai Kyai NU lainnya. Bahkan ijin belajar ke luar negeri diberikan Rektor A Malik Fajar saat beliau ada acara silaturrahmi di rumah Kyai Hasyim di Cengger Ayam Malang.

Setelah lulus Doktor dari School of Political and International Studies Flinders University melalui beasiswa AusAid Australia tahun 2005, M. Mas'ud Said bergabung di Yayasan Sabilillah Malang dengan predikat ahli pemerintahan daerah dan otonomi daerah.

Disinilah Mas'ud mengaku setiap saat bisa berguru kepada Prof. KHM Tolchah Hasan yang kemudian memberi tugas menemani Yayasan Sabilillah Malang sampai sekarang.

Kini Mas'ud dikenal sebagai orang yang dekat dengan Gubernur Jatim. Kedekatan itu dirajut secara profesional dan psikologis karena Mas'ud Said adalah salah satu staf khusus Mensos 2015-2017 yang kebetulan sama-sama pernah aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII ) dan sama-sama memiliki kedekatan dengan Kyai A Hasyim Muzadi, KH Shalahuddin Wahid yang merupakan komponen pendorong Khofifah Indar Parawansa di Pilgub 2008 dan Pilgub 2018.

Ponpes Al Khoziny Buduran memiliki reputasi spiritual yang bagus sebab tak kurang dari KH Hasyim Asyari, Mbah Jailani Kajeksan yang juga merupakan kerabat Mas'ud yang dikeramatkan dan ulama yang khatib Muasis NU Syaifudin Chalim ayah dari Prof KH Syaifuddin Chalim dan deretan ulama lainnya pernah  berguru di Al Khoziny.

Pada pertengan 1999 M selepas lulus Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, Prof Mas'ud Said yang saat itu Ketua PMII Cabang Malang mulai menjadi santri kalong KH A Hasyim Muzadi dan relatif dekat dengan Ketua Umum PBNU tersebut saat aktif di Malang. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES