Peristiwa Daerah

ITS Hibahkan I-Nose untuk RSI Jermursari Surabaya

Senin, 22 Februari 2021 - 19:42 | 56.32k
ITS saat menyerahkan alat pendeteksi Covid-19, I-Nose kepada RSI Jemursari, Senin (22/2/2021). (Foto: Khusnul Hasana/TIMES Indonesia)
ITS saat menyerahkan alat pendeteksi Covid-19, I-Nose kepada RSI Jemursari, Senin (22/2/2021). (Foto: Khusnul Hasana/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Pada Senin (22/2/2021) siang, Rumah Sakit Islam atau RSI Jemursari mendapatkan hibah alat I-Nose 19 dari ITS (Institut Teknologi Sepuluh November) Kota Surabaya.

Saat penyerahan alat untuk melakukan screening Covid-19 tersebut, principal inventor I-Nose 19, Riyanarto Sarno mengatakan bahwa selama ini inovasi Covid-19 memang tidak mudah.

RSI Jemursari 2

"Ada lembaga penelitian yang memantau. Jauh-jauh hari, Pak Menteri sudah support. Sudah dibantu mengumpulkan data PCR. Standar kebenaran yang kami acu adalah PCR," terang Riyanto.

Riyanto menjelaskan bahwa cara kerja alat tersebut adalah ketika seseorang sedang positif Covid-19 akan dikeluarkan sebuah penanda atau biomarker di ketiak, karena ketiak banyak mengandung kelenjar keringat.

Untuk menangkap gejala digunakan sensor dengan skala yang besar. Akurasinya sendiri 91 persen artinya belum bisa diproduksi massal.

"Untuk bisa produksi massal kami sekarang sedang uji Profil, setelah selesai ada lagi uji diagnosis. Sekitar 93 persen maka bisa mengajukan izin edar ke Kemenkes," ungkapnya.

Ketua Wali Amanat ITS, Muhammad Nuh mengatakan bahwa ia sangat berterimaksih kepada ITS karena turut andil dalam mengatasi Pandemi Covid-19. Menurutnya ada 3 hal yang menjadi pertimbangan penggunaan alat tersebut dalam screening Covid-19.

RSI Jemursari 3

Pertama, harganya murah karena tarif dari I-Nose hanya Rp 10 ribu. Kedua, cepat, hanya dalam 1-2 menit I-Nose bisa mendeteksi Covid-19. Dan yang ketiga aman karena cara mendeteksi alat tersebut melalui ketiak bukan melalui mulut sehingga penularannya pun minim.

"Baru punya makna kalau sudah dipakai di publik, harus ada bukti real karena ini alat kesehatan. Satunya RS swasta yang bertipe RS pendidikan, ya baru RS Islam Jemursari," terangnya 

Menurut Nuh, alat ini bisa digunakan pasien, sebelum melakukan tes PCR. I-Nose menggunakan l artificial intelligence untuk menghimpun data.

"Tidak menggantikan tes PCR. PCR itu kan lama, rupiahnya juga tinggi. Ini butuh penanganan cepat. Misal kalau dari proses PCR dan I-Nose sama, maka Bisa dipakai di depan. Kalau butuh diagnosa awal, ini sudah dapat," ucapnya. 

Sementa Direktur RSI Jemursari, Dr Bangun Trapsilla Purwaka mengatakan selama ini pilihan untuk melakukan screening ada 2 yakni Rapid Test Antibodi dan Rapid Test Antigen. Kedua pilihan screenining ini dirasa mahal dan lebih lama, sehingga I-Nose dirasa sebuah inovasi yang tepat.

"Tapi kami dari RS berpikir beda. Kalau ditiup, kalau ada 1 yang infeksi, semua bisa kena. Takut menimbulkan masalah. Ini inovasi luar biasa menjawab kesehatan. Pasien tetap pakai masker, kami dapat cairan ketiaknya," jelasnya

Nantinya alat screening yang diberikan ITS tersebut akan digunakan di Rawat Inap Isolasi dan pintu masuk test PCR. Saat ini, ITS telah menghibahkan alat I-Nose kepada 3 Rumah Sakit Kota Surabaya yakni RSI Jemursari dan Ahmad Yani, RSUD Dr. Seotomo dan National Hospital. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES