Pendidikan

Rajin Belajar di Kala Subuh, Anak Buruh Tani Ini Jadi Sarjana Kedokteran dari Unej

Sabtu, 20 Februari 2021 - 20:40 | 67.13k
Eli (tengah) bersama kedua orang tuanya saat berfoto di sawah. (Foto: Humas Unej for TIMES Indonesia)
Eli (tengah) bersama kedua orang tuanya saat berfoto di sawah. (Foto: Humas Unej for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JEMBER – Senyum manis merekah dari raut Febri Fatma Lailatul Laeli. Sabtu (20/2/2021) menjadi hari yang sangat membahagiakan, bagi Eli –panggilan akrab Febri Fatma Lailatul Laeli. Lewat wisuda secara daring, Eli resmi menyandang gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) setelah menyelesaikan pendidikan S1 dari Fakultas Kedokteran Unej (Universitas Jember).

Eli menjadi salah satu dari 1.046 mahasiswa yang diwisuda secara daring dalam proses yang dipimpin langsung oleh Rektor Unej, Iwan Taruna PhD. 

Eli bFebri Fatma Lailatul Laeli alias Eli saat mengikuti wisuda secara daring di Universitas Jember (Unej). (Foto: Humas Unej for TIMES Indonesia)

“Selamat atas keberhasilan para wisudawan, walaupun pandemi Covid-19 belum berakhir, saya berharap segenap keluarga besar Universitas Jember tetap optimis menatap masa depan. Saya yakin berbagai tantangan yang muncul karena pandemi Covid-19, justru akan melahirkan lulusan Universitas Jember yang tangguh, adaptif, kreatif dan inovatif,” ujar Iwan Taruna saat dalam sambutannya. 

Eli termasuk wisudawan yang berhasil menorehkan prestasi. Menempuh studi dalam waktu 4 tahun 1 bulan, Eli berhasil meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sangat memuaskan, yakni 3,71. 

“Alhamdulillah, tinggal menempuh pendidikan profesi untuk menjadi dokter umum. Semoga juga diberi kelancaran agar cita-cita saya menjadi dokter dapat terwujud,” ujar bungsu dari dua bersaudara ini. 

Bukan hal mudah bagi Eli untuk meraih prestasi tersebut.

Asa untuk menjadi dokter sebenarnya sudah menjadi cita-citanya sejak kecil.

“Profesi kesehatan sudah lama saya idamkan, karena menurut saya, bisa menolong banyak orang itu mulia,” papar dia. 

Namun, ia sempat ragu untuk memilih kuliah di fakultas kedokteran.

Sebab, ia merasa kemampuan ekonomi keluarganya relatif sederhana.

Sang ayah, Suyono adalah seorang petani, dan Surip ibu rumah tangga yang tinggal di Desa Kesilir, Wuluhan, Jember.

Untuk kehidupan sehari-hari, bapaknya menyewa lahan seluas kurang lebih 180 meter persegi untuk ditanami padi di musim hujan. Sementara jagung ditanam di musin kemarau. Terkadang juga mengadu keberuntungan dengan menanam tembakau. Jika sedang tak mampu menyewa lahan, Suyono menjadi buruh tani. 

“Ternyata saat saya sampaikan keinginan untuk kuliah di kedokteran, orangtua sangat mendukung. Malah bapak yang sangat aktif mencari informasi biaya kuliah kepada para petugas kesehatan, kenalan, bahkan kepada kakak kelas saya yang sudah kuliah,” ujar Eli mengenang tahun 2016, saat baru lulus SMA. 

Berbekal tekad kuat untuk mencari informasi, Eli akhirnya bisa lolos kuliah di Fakultas Kedokteran Unej dengan beasiswa bidikmisi.

Berbekal belajar sungguh-sungguh, Eli mampu menembus ketatnya persaingan di jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Karena itu, begitu diterima kuliah dan mendapatkan beasiswa bidikmisi, kesempatan itu tidak ia sia-siakan. 

“Saya ingin mewujudkan harapan orangtua agar saya jadi dokter. Apalagi belum ada warga desa kami yang jadi dokter,” ujar Eli. 

Selama kuliah, Eli terbiasa untuk belajar pada dini hari menjelang salat subuh, saat kebanyakan orang sedang terlelap.

“Karena dini hari itu waktu yang efektif untuk belajar, agar lebih konsentrasi,” ungkap Eli. 

Membaca catatan kuliah dan buku yang direkomendasikan oleh dosen menjadi kewajibannya sehari-hari, selain berdiskusi dengan sesama kawan di kampus.

Selama kuliah, Eli juga kerap mengikuti berbagai lomba ilmiah.

Di antaranya menjadi juara pertama literatur review bidang kedokteran yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang dan juara ketiga karya ilmiah poster bidang kedokteran yang digelar oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Keduanya di tahun 2018. 

“Pengalaman selama mengikuti lomba selama kuliah itu amat berkesan. Saya juga menemukan banyak sekali teman dan juga dosen yang membantu saya dalam proses perkuliahan. Teman-teman selalu membantu saya dengan meminjamkan buku atau memberi e-book sehingga saya tidak kesulitan saat belajar dan lingkungan FK yang membantu saya untuk menjadi pribadi menjadi lebih baik,” ujarnya.

Berbekal dari perjuangannya itu, dia ingin menitipkan pesan kepada para generasi muda.

Khususnya mereka yang merasa terkendala biaya untuk mewujudkan cita-cita menempuh jenjang kuliah.

“Untuk adik-adik yang kebetulan berasal dari keluarga kurang mampu, apapun keadaanmu, jangan takut untuk memiliki dan mewujudkan cita-cita, harus percaya diri, dan selalu berprasangka baik kepada Tuhan. Insyaallah akan selalu ada jalan,” pungkas wisudawati Unej berjilbab yang mengidolakan kedua orangtuanya ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dody Bayu Prasetyo
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES