Ekonomi

Ketua DPD RI: Pengembangan Varietas Unggul Diharapkan Mampu Atasi Persoalan Kedelai

Jumat, 19 Februari 2021 - 16:22 | 22.70k
Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattaliti. (FOTO: Dok. DPD RI).
Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattaliti. (FOTO: Dok. DPD RI).

TIMESINDONESIA, JAKARTAKetua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mengatakan pihaknya optimistis pengembangan varietas unggul bisa menutupi defisit kedelai terkait persoalan komoditas tersebut dalam sepekan terakhir ini.

"Dalam sepekan terakhir ini, harga kedelai impor mengalami kenaikan yang cukup signifikan berkisar Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per kilogram dan kedelai impor selalu menjadi pilihan dibanding kedelai lokal yang sering dikeluhkan kurang bersih," ujar LaNyalla dikutip dari Antara, Jumat (19/2/2021).

Menurut LaNyalla, mrngutip Data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, disebutkan bahwa setiap tahun terjadi defisit kedelai.

"Dari data yang ada, kami bisa ketahui jika pada tahun 2020 kebutuhan kedelai di Jawa Timur mencapai 447.912 ton, sedangkan produksi lokal hanya mampu menyuplai 57.235 ton, sehingga ada defisit yang harus ditutupi," tuturnya.

LaNyalla mengatakan pemerintah pun sudah mengambil langkah untuk mengatasi permasalahan kedelai tersebut. Ia mengatakan pemerintah menargetkan penanaman kedelai hingga 325 ribu hektare sampai pertengahan tahun 2021 dan menyiapkan enam varietas kedelai unggul.

"Kami berharap pemerintah bisa mempercepat proses penanaman varietas kedelai unggul produksi lokal hasil pengembangan dari Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi yang menghasilkan kedelai lokal berukuran besar dengan kualitas baik," kata LaNyalla.

Varietas kedelai unggul itu, lanjut dia, juga akan menegaskan posisi Jatim sebagai salah satu wilayah penghasil kedelai terbesar di Indonesia, sehingga provinsi tersebut bisa menghasilkan produksi kedelai yang tinggi dan dapat menutupi defisit kedelai.

La Nyalla mengatakan Indonesia sebenarnya pernah mencatat masa swasembada kedelai tahun 1992 dan saat itu luas panen kedelai di seluruh Indonesia mencapai 1,889 juta hektare sehingga produksi melimpah, tetapi saat itu penduduk Indonesia masih sekitar 170-an juta.

"Sekarang diperlukan luasan total lahan yang lebih dari itu, jika ingin mencapai swasembada. Tetapi tentu harus disiapkan bibit kedelai dan sarana produksi yang baik, sehingga biaya produksi tidak lebih mahal dari impor," demikian Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES