Kopi TIMES

Menyoroti Pendidikan Informal di Masa Pandemi

Jumat, 19 Februari 2021 - 13:07 | 73.55k
Arie Purwanto, S.Pd., M.Sc.Dosen Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Arie Purwanto, S.Pd., M.Sc.Dosen Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Pandemi Covid-19 layaknya musim paceklik bagi dunia pendidikan. Bagaimana tidak, hampir seluruh penyelenggara pendidikan formal di negeri ini turut ditutup untuk mengurangi laju penyebaran virus corona. Tak ayal banyak pelajar menjadi gundah dan risau dengan kondisi yang tak menentu ini.

Sistem pembelajaran yang umumnya dilakukan secara tatap muka, kini harus berubah menjadi sitem daring. Banyak survei dilakukan sebagai contoh, Kemendikbud RI menyatakan 90 persen mahasiswa memilih tatap muka, Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau KPAI survei bulan Juli menyatakan lebih dari 60 persen orang tua tidak setuju untuk pembukaan sekolah selama pandemi, dan masih banyak survei yang terkait sistem pembelajaran dimasa pandemi ini yang layak dijadikan bahan evaluasi kita bersama.

Menanggapi sekian banyak survei dilakukan, tersirat inti yang dapat disimpulkan adalah bagaimana membangun sistem pembelajaran yang aman, nyaman dan menyenangkan selama masa pandemi. Belajar tidak harus di tempat pendidikan formal seperti sekolah dan kampus namun bisa dilakukan dari rumah.

Oleh karena itu, perlu kiranya mengevaluasi sistem pendidikan informal dengan subyek orang tua sebagai guru dan sahabat belajar di rumah. Berkaca dari kondisi saat ini, perlu kiranya pendidikan informal dikaji ulang guna meningkatkan kualitas pendidikan kedepan.

Tidak sedikit orang tua yang merasa kewalahan ataupun merasa tidak puas dengan sistem pembelajaran daring dikarenakan ketidaksiapan kita dalam menghadapi masa-masa kritis seperti yang terjadi saat ini. Yang jelas pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan untuk dapat mengembangkan potensi para peserta didik.

Oleh karenanya orang tua tentunya harus dapat memahami porsi dan jenjang pendidikan yang sedang diampu anak-anaknya. Hal ini dikarenakan tingkatan pendidikan butuh penanganan dan pemahaman yang berbeda, karena tujuan dari masing-masing tingkat pendidikan pun berbeda.

Lantas apa yang dapat dilakukan orang tua dalam mendukung pendidikan peserta didik dalam masa pandemi ini? Haruskah orang tua diam dan pasrah menunggu kondisi ini membaik?Orang tua jelas tidak boleh diam begitu saja, ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam menangani masa pandemi ini berdasarkan tingkatan atau jenjang peserta didik yang berbeda.

Orang tua bisa menjadi bagian dalam kesuksesan pendidikan formal anak-anaknya bukan hanya dari segi materiil namun dari segi pendalaman keilmuan. Sebagai contoh, untuk anak yang mengambil jenjang strata, orang tua kiranya dapat menjadi partner dalam pendalaman ilmu dan teori-teori yang digunakan.

Apabila hal tersebut masih sulit dilakukan, maka jadikanlah anak-anak kita sebagai seorang ahli dalam bidangnya dan orang tua dapat mengambil bagian sebagai seorang klien dalam bidang ilmu yang sedang digeluti.

Pada jenjang sekolah menengah baik pertama ataupun atas orang tua dapat mengambil bagian sebagai teman diskusi. Dalam masa ini tidak ada salahnya orang tua melontarkan pertanyaan ataupun melakukan perdebatan ringan terkait materi yang dipelajari disekolah untuk mempersiapkan mental para peserta didik.

Adapun untuk sekolah dasar, orang tua dapat mengambil bagian sebagai guru dan sahabat belajar untuk anak-anaknya. Masa pendidikan dasar sangatlah penting dalam membangun karakter peserta didik kedepan, penanaman sikap, moralitas, dan budi pekerti anak ditanamkan dalam masa-masa pendidikan dasar ini.

Dari segenap penjabaran berdasarkan masalah yang disampaikan perlu kiranya orang tua memahami bahwa pendidikan tidak hanya sebatas teori dan materi yang disampaikan oleh pendidik, tidak lantas sarana dan prasarana belajar dirumah, namun pendidikan butuh suatu sentuhan perasaan, pemahaman, dan kasih sayang.

Terlebih dari itu, anak adalah titipan sang kuasa kepada para orang tua, oleh karenanya wajib bagi orang tua untuk menunjukkan dan mempertanggung jawabkan kepada-Nya pendidikan para anak-anaknya, baik ilmu, akhlak, moral, etika, dan budi pekertinya.

*) Penulis: Arie Purwanto, S.Pd., M.Sc Dosen Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES