Dokter RSA UGM Sebut Long Covid Jadi Fenomena bagi Pasien Covid-19

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Dokter spesialis THT RSA UGM, dr. Anton Sony Wibowo menerangkan istilah long covid yaitu, suatu gejala Covid-19 jangka panjang yang dialami pasien beberapa bulan pascainfeksi atau saat masa pemulihan.

“Long covid adalah gejala Covid-19 yang menetap, dialami pasien setelah fase perbaikan kondisi lebih dari waktu yang diharapkan,” kata dokter Anton dalam siaran pers humas UGM, Jumat (19/2/2021).

Anton memaparkan, dari sejumlah studi diketahui bahwa gejala long covid banyak dijumpai pada pasien dengan rentang usia 18-34 tahun. Sementara itu, sekitar 20 persen pasien long covid mengalami gejala yang bersifat menetap.

“Laporan lain menurut Carfi dkk., disebutkan sebanyak 87,4 persen pasien yang telah mengalami perbaikan kondisi tetap mengalami gejala persisten selama 60 hari,” papar dosen FKKMK UGM ini.

Lalu seperti apa gejala yang biasanya muncul pada pasien yang mengalami long covid? Anton menjelaskan, pada umumnya gejala long covid yang muncul di bidang THT-KL antara lain hilangnya kemampuan untuk mencium bau (anosmia) dan  gangguan indera penciuman dalam mengidentifikasi bau-bauan (parosmia).

Selain itu, pasien juga akan mengalami hilangnya kemampuan mengecap (dysgeusia) menjadi salah satu gejala yang kerap ditemukan pada pasien dengan long covid.

Bahkan, gejala lain yang sering muncul adalah batuk, sesak nafas, nyeri otot, diare, mual, malaise, nyeri perut, dan gangguan saraf. Tak jarang pula muncul gejala berupa  kesulitan berpikir, nafas pendek pendek, gangguan irama jantung, dan gejala covid lain.

“Yang perlu diwaspadai adalah dampak long covid jelas mengurangi kualitas hidup seseorang dan tidak menutup kemungkinan akan muncul gejala berat pada kasus-kasus khusus,” ungkap Dokter spesialis THT RSA UGM, dr. Anton Sony Wibowo ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement