Ekonomi

Cerita Marketing Memasarkan Perumahan Saat Pandemi Covid-19: Laku Satu Sudah Untung

Kamis, 18 Februari 2021 - 20:36 | 44.68k
Perumahan kelas menengah di Jember. Penjualannya ikut terdampak karena terdampak Covid-19. (Foto: Muhammad Faizin/TIMES Indonesia)
Perumahan kelas menengah di Jember. Penjualannya ikut terdampak karena terdampak Covid-19. (Foto: Muhammad Faizin/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JEMBER – Dampak pandemi Covid-19 pada sektor perumahan sangat dirasakan oleh para pelaku marketing properti. Penjualan mulai menurun ketika wabah corona melanda. Mereka harus bekerja keras untuk mengejar target penjualan rumah.

Biasanya, mereka bisa mengumpulkan banyak orang untuk promosi perumahan.

perumahan 2

Namun tidak bisa dilakukan lagi.

Akhirya, promosi dilakukan melalui penyebaran brosur dan memaksimalkan media sosial. 

Beruntung, pihak perumahan memberikan toleransi bila marketing tidak menjual sesuai target.

Mulai dari tiga hingga lima unit rumah setiap bulan. 

“Sebenarnya pembeli perumahan justru masih tinggi,” kata Abdul Aziz, salah satu marketing perumahan di Kelurahan Kebonsari pada TIMES Indonesia saat dihubungi Rabu (17/2/2021).

Namun, terkendala persyaratan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) perbankan yang semakin ketat. 

Perbankan selektif memilih calon debitur dari kalangan karwayan swasta.

Tujuannya untuk menghindari kredit macet.  

Aziz mencontohkan, dirinya sudah memiliki sepuluh calon pembeli perumahan subsidi yang mengajukan  KPR pada tahun 2020.

Mereka berasal dari kalangan karyawan swasta.

Hanya saja, pengajuan mereka masih tertunda oleh pihak perbankan. 

Setiap harinya, Aziz harus bergerak mencari calon pembeli perumahan.

Sebab dia berupaya mengejar target  menjual tiga unit rumah setiap bulan.

Baik rumah subsidi maupun nonsubsidi.  

Sebelum Covid-19, dia bisa menjual hingga lima unit rumah setiap bulan.

“Tapi karena ada Covid-19, laku satu  sudah untung,” aku dia. 

Hal itu membuat Azis harus bekerja keras untuk menjual perumahan.

Sebab dia melihat animo masyarakat membeli rumah masih tinggi.  

Banyak keluarga baru yang membutuhkan hunian. 

Dia mencoba mencari pembeli dari kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN), TNI-POlRI, dan pegawai BUMN. 

Pemasukan mereka tidak terdampak Covid-19 sehingga menjadi calon debitur prioritas perbankan. 

Selain itu, mencari pembeli rumah nonsubsidi dari kalangan karyawan swasta skala besar.

Kemudian, juga para pengusaha yang ingin menyisihkan uangnya untuk investasi di properti.  

Ketika ada pembeli yang tertarik, Aziz akan menunjukkan rumah pada calon pembeli, memperlihatkan lokasi dan kualitas perumahan.  

“Kami tetap optimis, 2021 ini penjualan akan lebih meningkat,” terang dia. 

Hal serupa juga dialami oleh Rahmad Purnomo, tenaga marketing perumahan di Kelurahan Tegalgede yang memasarkan rumah nonsubsidi.

Penjualan menurun karena persyaratan yang semakin sulit dari perbankan bagi karyawan swasta. 

perumahan 3Perbankan mulai kendorkan syarat kredit, sebagai salah satu strategi bertahan menghadapi lesunya penjualan. (Foto: Muhammad Faizin/TIMES Indonesia)

“Sebelum Covid-19, rumah nonsubsidi bisa terjual 120 unit setahun,” aku dia.

Namun, tahun 2020 lalu hanya terjual 76 unit rumah.  Dia juga menilai minat warga membeli rumah tetap tinggi. Sebab rumah merupakan kebutuhan pokok. 

Menurut Rahmad, penjualan akan meningkat bila persyaratan dari perbankan sudah mulai fleksibel.

Yakni menerima pengajuan dari karyawan swasta yang perusahaannya tidak terdampak langsung pandemi Covid-19.  

BTN  Mulai Longgarkan Syarat Pengajuan KPR

Branch Manager BTN Jember Sudaryanto mengatakan pihak BTN sudah melonggarkan persyarakat KPR di tahun 2021.  

Beberapa warga yang mengajukan KPR sudah mulai diproses.

“Sektor terdampak Covid-19, seperti perhotelan, tranportasi kami memang lebih selektif,” kata dia.

Hal itu untuk mengurangi risiko kredit macet karena bisnis perusahaan tidak berjalan terdampak Covid-19. 

Memasuki 2021, pihak BTN sudah melonggarkan pengajuan KPR.

Sejumlah karyawan perusahaan swasta yang sudah mengajukan  KPR sudah mulai di proses di BTN.

“Berkas mereka sudah kami proses lagi,” tutur dia. 

Baginya, sektor perumahan masih menjadi bisnis yang menjanjikan.

Sebab permintaan dari warga untuk rumah subsidi tetap tinggi.

“Realisasi kredit kami 2020 capai target sekitar Rp 230 miliar,” ungkap dia. 

Dia menilai Jember menjadi kabupaten yang memberikan kontribusi KPR subsidi.

Sebab mayoritas warga banyak memiliki perumahan subsidi.

Mereka akan tetap membeli perumahan karena harga terjangkau.  

Kelonggaran persyaratan KPR akan semakin meningkatakan penjualan perumahan.

Hal itu akan mendukung kegiatan perekonomian di Jember.

“2021 ekonomi akan bergerak lagi seiring vaksinasi,” tutur dia.  

Strategi Agar Tetap Bertahan

Dosen  Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember Agus Lutfi menilai ada berbagai upaya yang bisa dilakukan pengusaha properti untuk bertahan di tengah pandemi Covid-19.  

Mulai dari menyediakan rumah yang nyaman dan terjangkau. 

Selain itu, promosi perumahan sudah bisa dilakukan secara daring.  

Seperti memanfaatkan media sosial dan aplikasi yang sudah tersedia.

“Promosi sudah bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi,” kata dia. 

Dia menilai, rumah tetap menjadi kebutuhan pokok masyarakat.

Untuk itu, meskipun dilanda wabah corona, permintaan rumah tetap tinggi.

Hanya saja, penjualan berkurang karena persyaratan KPR yang cukup selektif pada tahun 2020.  

Dia menambahkan tantangan perumahan agar tetap bertahan di tengah wabah harus berlomba-lomba menyediakan rumah yang berkualitas.

Sebab, persaingan bisnis properti cukup banyak. 

“Tantangan lain harga tanah terus naik,” ucap dia. Untuk itulah, perlu cara yang berbeda dalam menjual perumahan. Karena setiap tahun selalu ada perubahan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dody Bayu Prasetyo
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES