Ekonomi

Batik Motif Corona Laris Manis di Tengah Pandemi Covid-19

Rabu, 17 Februari 2021 - 18:20 | 56.87k
Pengrajin Batik Waliri, Afrianto saat menyusun cetakan batik virus corona dan berbagai motif lainnya. (Foto : Nurlela for Times Indonesia)
Pengrajin Batik Waliri, Afrianto saat menyusun cetakan batik virus corona dan berbagai motif lainnya. (Foto : Nurlela for Times Indonesia)

TIMESINDONESIA, PALU – Pandemi Covid-19 memukul sejumlah sektor usaha khususnya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Sejumlah pihak pun harus memutar otak agar dapat bertahan di tengah pandemi.  Salah satunya yang dilakukan Afrianto, perajin Batik Waliri di Desa Beka, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi.

Ia memanfaatkan kesempatan, kreativitas, semangat untuk beradaaptasi dengan membuat batik motif virus corona. Hasil kreativitasnya itu ternyata cukup menarik minat masyarakat.

Dalam sepekan Afrianto hanya bisa memproduksi lima lembar kain batik berbagai motif. Dalam sebulan bisa memproduksi 20 sampai 30 lembar.

PEngrajin Batik aSalah satu pembeli batik motif virus corona saat memilih-milih kain batik motif virus corona. (Foto : Nurlela for Times Indonesia)

"Saya melihat pandemi Covid-19 ini bukan sebagai penghambat, maka dari itu saya memutar otak melihat peluang yang ada. Alhamdulillah produksi batik dengan motif corona ini banyak peminatnya," kata Afrianto disela-sela kesibukannya pada Selasa, (16/2/2021). 

Untuk bahan baku, kata dia, semuanya didatangkan dari Pulau Jawa. Begitupula dengan motif, hanya bisa diperoleh dari Jawa dengan harga bervariasi mulai Rp 500 ribu hingga Rp1 juta.

Menurut Afrianto, usaha batik yang dirintis sejak 2020 lalu itu telah memproduksi lebih dari 20 motif, mulai motif umum hingga khas Kabupaten Sigi. Ia tidak pernah berhenti berinovasi dalam situasi apapun. Termasuk dalam situasi pandemi seperti sekarang ini yang belum jelas kapan berakhir. 

Selain motif corona, ada juga motif Tai Ganja yang merupakan khas Sigi. Motif ini banyak dipesan oleh instansi di Pemkab Sigi sebagai pakaian seragam pegawai.  "Per lembar batik dijual mulai Rp200 ribu hingga Rp250 ribu," ujarnya.

Afrianto mengatakan, kendala yang dihadapi saat ini adalah pemasaran, karena aktifitas dan daya beli masyarakat kian menurun.  Namun, Afrianto tidak berputus asa, Ia menjajaki penjualan secara online melalui media sosial seperti Facebook dan Instagram.

PEngrajin Batik bSalah satu pengunjung saat melihat cetakan batik motif Tai Ganja, Motif Tai Ganja adalah salah satu motif khas Kabupaten Sigi. (Foto : Nurlela for Times Indonesia)  

"Saya bersyukur adanya media sosial dapat sedikit membantu memasarkan hasil produksi kami," ungkapnya. 

Afrianto berharap, pemerintahan ke depan memberikan perhatian untuk pengembangan usaha-usaha kecil masyarakat. Ia mengakui sejauh ini, dalam menjalankan usaha ini masih menggunakan modal sendiri. Meski demikian ada juga dukungan peralatan dari instansi terkait.

Ia pun meminta masyarakat agar tidak berputus asa dan lebih kreatif dalam menyikapi ekonomi di tengah pandemi Covid 19. "Bagi saya selalu ada jalan keluar di balik kesulitan," kata perajin batik yang juga tenaga kontrak Polisi Pamongpraja di Kabupaten Sigi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES