Kopi TIMES

Awal Tahun Kelabu Sektor Ritel dan Hotel di Masa Pandemi Covid 19

Selasa, 16 Februari 2021 - 15:34 | 117.73k
Dr Abid Muhtarom, SE, SPd, MSE, Dosen Fakultas Ekonomi / Dosen Pascasarjana Universitas Islam Lamongan (Unisla)/ Kordinator pengabdian masyarakat Litbangpemas Unisla
Dr Abid Muhtarom, SE, SPd, MSE, Dosen Fakultas Ekonomi / Dosen Pascasarjana Universitas Islam Lamongan (Unisla)/ Kordinator pengabdian masyarakat Litbangpemas Unisla

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Selama masa Pandemi Covid-19, berbagai sektor, termasuk sektor ekonomi dan kesehatan, terkena dampaknya. Di beberapa negara, sektor ekonomi bergerak melambat, bahkan sampai lumpuh. Dunia usaha ritel dan hotel juga mengalami nasib yang sama, sehingga satu persatu gerai dan hotel gulung tikar. Beberapa perusahaan ritel yang memiliki banyak cabang juga harus rela “gulung tikar”.

Apakah langkah yang diambil adalah diversifikasi perusahaan ke sektor kesehatan, seperti halnya rumah sakit? Saat ini kegiatan diversifikasi usaha pada perusahaan ritel sangatlah penting. Berlangsungnya masa pandemi Covid-19 dan ketidakjelasan kapan akan berakhir,  menjadikan perusahaan ritel semakin melemah, bahkan ada ancaman untuk tutup atau bangkrut.

Di kancah internasional, beberapa perusahaan ritel raksasa yang mengalami kebangkrutan di tengah wabah Covid 19, antara lain Neuman Marcus, Gitar Center dan Tailored Brands. Pertama, Neuman Marcus, merupakan toko serbanada di Amerika serikat yang  menyatakan bangkrut dan memiliki utang hampir 5 Miliar Dollar Amerika Serikat.

Pada bulan Mei 2020, perusahaan ini juga mengalami permasalahan utang yang cukup besar karena beban operasional yang lebih besar dari pendapatan yang diperoleh perusahaan. Meskipun sebelumnya mereka juga melakukan penutupan gerai.

Kedua, Gitar Center, perusahaan yang bergerak di bidang kesenian dengan  menyediakan alat-alat musik. Di saat pandemi Covid 19, banyak pembelian barang dilakukan secara online.  Hal ini berdampak pada menurunnya jumlah penjualan dan memiliki beban hutang hampir 1 Miliar Dollar Amerika, sehingga melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap para karyawan, dan disusul dengan pernyataan bangkrut pada akhir November 2020.

Ketiga, Tailored Brands, perusahaan yang bergerak di bidang mode. Perusahaan ini juga mengalami kebangkrutan yang disebabkan adanya perubahan sistem kerja selama masa pandemi, dari offline menjadi online yang biasa dikenal dengan sebutan Work From Home (WFH) atau bekerja dari rumah.

Sistem kerja dari rumah ini sangat mempengaruhi peminat pakaian kerja, seperti jas, dasi, dan pakaian kerja lainnya. Perusahaan ini telah menutup 500 toko dan melakukan PHK terhadap sejumlah karyawannya.
Selain di bidang ritel, perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan juga terancam mengalami kebangkrutan karena pandemi Covid-19.

Di Indonesia, permasalahan utama yang dihadapi oleh perusahaan perhotelan adalah pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan pemberlakuan Pembatasan kegiatan Masyarakat (PPKM) di beberapa daerah di Pulau Jawa dan Pulau Bali yang berdampak pada berkurangnya para pengunjung.

Selama masa pandemi, jumlah pengunjung hotel kurang dari 20 persen dari jumlah pengunjung sebelum masa pandemi. Hal ini disebabkan karena bidang perhotelan banyak berkaitan dengan bidang lainnya, seperti bidang pariwisata dan bidang transortasi, yang juga terkena dampak selama masa pandemi. Minimnya pengunjung juga diperparah oleh ongkos operasional yang sangat besar, wehingga kurang lebih 50 hotel dan restoran tutup.

Permasalahan ritel dan hotel pada awal kuartal pertama di tahun 2021 ini harus segera diatasi oleh pemerintah. Pemerintah harus segera mengeluarkan kebijakan yang bisa membantu pemulihan  perekonomian dalam negeri.

Bila di tahun 2021 pandemi Covid-19 belum berakhir, dikhawatirkan terjadi krisis ekonomi yang berakibat pada berhentinya roda perekonomian.

Sektor ritel yang dulunya diprediksi bisa bertahan selama masa pandemi covid 19 dengan melakukan diversifikasi usaha,  ternyata banyak perusahaan ritel besar mengalami kebangkrutan. UMKM harus siap menjadi pahlawan lagi guna menopang ekonomi nasional seperti pada peristiwa krisis ekonomi sebelumnya. (*)

***

* ) Penulis: Dr Abid Muhtarom, SE, SPd, MSE, Dosen Fakultas Ekonomi / Dosen Pascasarjana Universitas Islam Lamongan (Unisla)/ Kordinator pengabdian masyarakat Litbangpemas Unisla
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ardiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES