Kuliner

Rana Safira, Usia 19 Tahun Sudah Jadi Pengusaha Ayam Bakar dan Punya 4 Cabang

Selasa, 16 Februari 2021 - 12:37 | 163.87k
Pengusaha muda Rana Safira Muthmainnah, warung Uma Ai (FOTO: Syahir/TIMES Indonesia)
Pengusaha muda Rana Safira Muthmainnah, warung Uma Ai (FOTO: Syahir/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SAMARINDA – Hampir semua bidang terkena dampak dari virus corona, tidak terkecuali usaha mikro kecil menengah. Banyak pelaku usaha mesti gulung tikar, ratusan karyawan kehilangan pekerjaan, bahkan ada yang harus tutup padahal baru saja memulai usahanya.

Namun tidak bagi gadis remaja satu ini, usianya yang masih terbilang belia, berusaha bertahan dan mencari solusi agar usaha yang diteruskan dari orang tuanya, mampu bertahan di tengah terpaan badai covid-19

Rana Safira Muthmainnah (19), perempuan yang masih duduk di semester dua, fakultas ekonomi dan bisnis ini, meneruskan usaha kuliner orang tuanya yang dirintis sejak 2013 silam.

Ayam Bakar Uma Ai. Sebuah warung makan yang terletak di jalan Gerilya 60A Samarinda. Uma Ai dalam Bahasa Banjar adalah sebuah ungkapan perasaan, kaget, membenarkan atau mengekspresikan sesuatu, dapat pula diartikan respon terhadap sesuatu yang berlebihan. Dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan dengan ‘waduh’, ‘alamak’, ‘gile bener’, dan sejenisnya

“Sejak masih di sekolah dasar, saya diajak mama untuk membantu usaha ayam bakarnya ini. Mulai dari belanja ke pasar, hingga menjual dagangannya,” kisah Rana

Ayam-bakar-Uma-Ai.jpgAyam bakar Uma Ai (FOTO: Syahir/TIMES Indonesia)

Rana menceritakan awal mula berdirinya warung ayam bakar Uma Ai. Saat itu ibunya yang doyan makan dan masak, mencari menu ayam bakar, namun beberapa tempat yang didatanginya tidak membuatnya puas.

“Mama tidak menemukan ayam bakar yang sesuai seleranya, akhirnya dia coba untuk buat sendiri,” lanjutnya

Akhirnya Rana dan ibunya, Handayani (44) mulai membuat ayam bakar sendiri, dengan berbagai bahan untuk bumbu pun dicobanya. Tidak mudah menemukan rasa yang pas saat itu, hingga akhirnya rasa yang diinginkan pun tercipta

“Akhirnya bumbu yang diinginkan itu dapat. Hingga suatu saat mama berpikir kenapa tidak sekalian buka warung,” ujarnya

Selang beberapa lama, mereka pun berdiskusi, Rana mengisahkan saat itu dirinya masih belum terlalu paham tetapi berusaha untuk belajar dari kedua orang tuanya. Saat makan malam, berkumpul Rana, adik dan kedua orang tuannya, mereka membahas tentang nama warungnya nanti, hingga tercetuslah tanpa sengaja, ayah Rana, Ramadany (44) menyebutkan kata Uma Ai

“Waktu itu tidak sengaja tiba-tiba usulan kami ditanggapi dengan kata Uma Ai, lantas ayah bilang kenapa tidak pakai kata Uma Ai saja, selain mengandung unsur lokal, juga mudah diingat,” tuturnya

Akhirnya warung ayam bajar Uma Ai pun berdiri. Saat itu kata Rana, daerah yang paling murah sewa rumahnya adalah di jalan Gerilya, daerah rawa, becek dan jarang yang mau singgah. Menurutnya hanya itu tempat yang mudah dijangkau modal awalnya.

Hingga tahun 2017 warung ayam bakar Uma Ai berhasil membuka cabang hingga 12 cabang. Selain ayam bakar, juga tersedia menu ikan bakar. Namun tidak bertahan lama, karena kondisi persaingan yang ketat akhirnya beberapa cabang pun tutup, akhirnya tersisa 3 warung saja.

Usai sekolah menengah atas, tahun 2019, Rana melanjutkan pendidikannya di Bandung, mengambil bidang manajemen bisnis, namun karena pandemi dirinya harus kembali ke Samarinda.

Adanya pandemi ini, membuat usaha yang digeluti keluarganya mulai menghadapi penurunan omset yang luar biasa. Namun dirinya tetap meyakinkan orang tuanya agar tetap bertahan dan berusaha. Rana diberi tanggung jawab untuk mengatur manajemen usaha warungnya.

“Awalnya saya dan mama membuat list apa saja yang harus dilakukan, termasuk kerja sama aplikasi online, promosi media social dan lainnya,” ungkapnya

Rana pun mengaplikasikan ilmu yang pernah didapat sebelumnya. Dirinya mengaku ingin memulai sesuatu dari diri sendiri.

“Saya banyak belajar dari para pengusaha kuliner, bagaimana meraih omset yang stabil ditengah pandemi,” tuturnya

Kendati demikian, gadis yang hobi bermain gitar dan menyanyi ini, terus mencari metode-metode yang dapat digunakan.

“Jatuh bangun itu sudah sering, tapi orang tua selalu support saya,” ujarnya

Dengan sangat terpaksa efesiensi karyawan pun dilakukan agar usahanya tetap berjalan. Saat ini warung Uma Ai memiliki 17 karyawan yang dibagi menjadi 2 shift. Sebelum pandemi, dirinya mengaku dapat meraih omset dari hasil online Rp 3 jutaan pershiftnya, belum termasuk yang makan ditempat, namun di tengah pandemi omsetnya menurun hingga 70 persen.

“Akhirnya saya membuat menu dengan beberapa ukuran atau porsi, kemudian kembali memperluas distribusi dan mengandalkan repeat order,” imbuhnya

Menurut Rana, zaman pandemi ini bukan hanya pelaku usaha yang terkena dampak tetapi juga konsumen, melihat hal itu dirinya membagi porsi makanan yang disesuaikan dengan kemampuan konsumen.

“Ada paket murah, paket jumbo dan paket puas, sesuai dengan budget pembelinya,” bebernya

Hobi-menyanyi-dan-bermain-gitar.jpgHobi menyanyi dan bermain gitar (FOTO: Dok pribadi Rana)

Menu yang paling laris menurut Rana adalah paket jumbo sedang Rp 21 ribu, dan menu jumbo puas Rp 25 ribu, untuk yang ukuran lain diberi seharga Rp 14 ribu.

Ditanya mengenai usianya yang belia, Rana berpendapat siapapun bisa menjadi pengusaha, selama dirinya mau berusaha dan tidak pernah putus asa. Usia bukan jadi penghalang untuk menjadi orang sukses. Rana yakin dengan belajar dan tetap berusaha, cita-cita yang diimpikan pasti tercapai

“Memang seh tidak mudah tapi kan bukan berarti harus berhenti jika ada masalah, bagi saya itu bukan masalah tapi tantangan yang harus dilalui," tegasnya

Menjadi pengusaha di usia muda menurut Rana memang tidak mudah, namun tidak mungkin dilakukan. Baik usaha yang dibuat sendiri maupun melanjutkan usaha keluarga bukan hal mudah. Tetapi belajar usaha sejak dini akan menumbuhkan rasa kepercayaan diri. Selain itu, lanjut Rana, dalam sebuah usaha adalah sebuah pembelajaran usaha agar tidak mudah putus asa, dan terus memncari formula yang tepat

“Usia muda pasti juga berhubungan dengan teknologi terkini, Teknik marketing, bisnis online, influencer dan pastinya kita bisa lebih mengenal selera anak muda yang lagi tren,” bebernya

Bukan hanya karena warung ayam bakar Uma Ai adalah usaha keluarga tetapi, Rana lebih memilih mengembangkan usaha keluarganya karena ingin menguji kreativitasnya. Menurutnya, anak muda memiliki passion yang tinggi terhadap apa yang dikerjakan, tidak suka diperintah.

Saat ini dirinya mengembangkan warung Uma Ai di empat tempat yakni di jalan Gerilya, Sungai Dama, Jalan M Said dan Jalan Bung Tomo. Menunya pun bukan hanya ayam bakar, tetapi ditambah dengan menu kekinian dengan harga yang terjangkau diantaranya roti bakar, Steak, sop stengkel, konro, iga bakar dan rawon dengan harga Rp 13 ribuan

“Impian saya meraih omzet 1 miliar per bulannya. Jadi tidak perlu menunggu cukup umur untuk membangun usaha, kalau ada kesempatan sekarang kenapa tidak, usia muda merdeka finansial kan lebih baik,” tutur Rana Safira pemilik motto jualan adalah jalan ninjaku sambil tersenyum manis. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES