Peristiwa Daerah

Penjelasan Dukun Banyuwangi Soal Perbedaan Santet dan Sihir

Selasa, 09 Februari 2021 - 08:00 | 439.30k
Dewan Pembina Perdunu Gus Fahrur Rozi dalam forum klarifikasi yang digelar oleh Disbudpar Banyuwangi, Senin (8/2/2021). (Foto : Rizki Alfian/ TIMESIndonesia)
Dewan Pembina Perdunu Gus Fahrur Rozi dalam forum klarifikasi yang digelar oleh Disbudpar Banyuwangi, Senin (8/2/2021). (Foto : Rizki Alfian/ TIMESIndonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Persatuan Dukun Nusantara (Perdunu) menjelaskan terkait makna perbedaan antara santet dan sihir. Penjelasan itu disampaikan menanggapi rencana Perdunu yang akan menggelar Festival Santet pada bulan suro mendatang.

"Festival Santet ini masih berupa usulan. Kebetulan saya yang mengusulkan," kata Dewan Pembina Perdunu Gus Fahrur Rozi dalam forum klarifikasi yang digelar oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, Senin (8/2/2021).

Menurut Gus Fahru, ada perbedaan mendasar antara santet dengan sihir. Santet menurut dia merupakan ilmu putih berupa pengasihan atau mahabah dalam istilah agama Islam. Sedangkan sihir merupakan ilmu hitam yang tujuannya untuk mencelakai orang.

"Jadi berbeda. Santet dan sihir itu berbeda. Ini yang akan kita luruskan," kata Gus Fahru.

Gus Fahru yang merupakan pimpinan padepokan di Alas Purwo itu mengaku sering kedatangan tamu dari luar Banyuwangi. Hampir setiap tamu yang datang menanyakan kepadanya terkait santet. 

Gus-Fahrur-Rozi-2.jpg

"Jadi kalau ngomong image Banyuwangi sebagai Kota Santet, sampai sekarang masih belum hilang. Namun yang diketahui orang luar, santet itu sama dengan sihir. Itu yang harus kita luruskan," tegasnya.

Kemudian, praktek perdukunan khususnya yang berkonotasi positif, menurut Gus Fahru, sudah menjadi kearifan lokal bagi masyarakat Banyuwangi. Seperti pengobatan alternatif dan lain sebagainya.

"Kalau kita berbicara kiai, kiai itu tugasnya mengajar ngaji masyarakat. Namun, banyak orang bawa anaknya yang nangis terus tapi tidak keluar air mata, datangnya ke kiai. Ada ibu bawa anaknya yang sudah besar tapi nggak nikah-nikah, datangnya ke kiai," ucapnya.

"Kalau ditinjau dari sisi itu, sebenarnya apa yang dilakukan kiyai sama dengan dukun. Nah inilah yang harus diluruskan. Tidak ada niatnya Perdunu menyakiti orang," imbuh Gus Fahru.

Pengasuh Pondok Pesantren Al Abshor Purwoharjo itu mengatakan jika ilmu ghaib itu ada dan sebagai muslim harus percaya hal tersebut serta mengimani.

"Jadi hal-hal supranatural itu memang ada. Namun yang harus diperhatikan, semua itu hanyalah pelantaran. Karena semuanya datang dari Allah SWT. Inilah akidah yang akan kita luruskan," tegasnya. 

Ketua MUI Banyuwangi, KH Muhammad Yamin mengatakan, mungkin benar istilah santet bagi masyarakat Banyuwangi berbeda dengan sihir. Namun, bagi masyarakat luar Banyuwangi, santet tidak lain adalah sihir.

"Namun secara nasional mereka tidak bisa membedakan santet dan sihir. Apalagi isu santet menjadi isu nasional pada tahun 1998. Ini akhirnya menjadi kontroversi," katanya.

Apalagi MUI sudah dengan tegas mengeluarkan fatwa yang mengharamkan praktek perdukunan. Tentu ini menjadi hal yang kontra produktif.

"MUI sudah mengeluarkan fatwa yang melarang perdukunan," tandas KH Muhammad Yamin. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES